BABA IX Lawan Lama 1

260 19 0
                                    

Eyang Badranaya meningkatkan tenaga Padnumaya. Ia mengenali siapa yang telah datang. Sosok sakti yang pernah ia lawan ribuan tahun yang lalu, kini berada dihadapannya.

"Hah. Apa itu kau Badra?" Sosok hitam memulai pembicaraan. Ia mengenali pancaran tenaga yang meluap – luap.

"Lama terkurung membuatmu pikun Amahkra?"

"Hahahaha. Kenapa rupamu menjadi seperti ini? Andai saja aku tak mengenali tenaga dalammu, mungkin aku juga tidak mengetahui siapa yang ada didepanku."

"Eh eh eh... rupanya kau masih ingat dengan tenaga yang membuatmu kocar – kacir."

"Hahaha, tenagamu?! Jika saja benda keparat itu tidak ada, kau dan kelima bersaudara akan kutumpas." Amahkra memperhatikan sekelilingnya mencari – cari sesuatu. "Heh dimana lima bersaudara kebanggaanmu. Dan tempat ini, sepertinya memang kukenal. Hehehe."

Amahkra tidak menyadari bahwa ribuan tahun telah berlalu. Kelima bersaudara juga telah wafat. Yang ia tahu bahwa, ia di kururng dalam waktu yang lama.

"Tuan raja, selamat datang kembali." Iputini dan Dawuya tiba – tiba saja sudah bersujud menyembah dibelakang Amahkra.

"Siapa kalian?" Amahkra membalikkan badan.

Iputini dan Dawuya segera duduk bersimpuh. "Kami yang menghadap tuan raja." Keduanya berbicara sambil menyembah

"Oh kalian. Dimana Abire?"

"Ampun paduka raja, tuan Abire meninggal." Jawab Dawuya

"Ya, dibunuh oleh Badranaya." Iputini langsung memberikan tambahan informasi

"Keparat!" Amahkra membalikan badan kearah eyang Badranaya. Ia ingin segera menerjang, namun ada keragu – raguan. Ia memperhatikan dengan teliti lawan didepannya.

"Ayo, serang aku. Panggil juga kelima saudara itu. Serang bersama – sama." Amahkra sesumbar, sebenarnya ia sedang mencari – cari keberadaan pusaka Bumandhala. Pusaka yang telah mengalahkannya.

"Eh eh eh, tidak perlu beramai – ramai cukup aku saja."

"Hahaha masih saja kau memanjakan mereka Badra!"

"Maaf paduka raja, kelima saudara sudah mati semua." Dawuya menyela pembicaraan rajanya.

"Mati? Siapa yang membunuhnya?"

"Tidak ada yang membunuhnya, usia yang membatasi mereka. Tuan Amahkra sudah terkurung selama dua ribu tahun." Ujar Dawuya.

"Hooh... Selama itu aku terkurung." Ia terlihat antara percaya dan tidak

"Benar tuan, bahkan pusaka Bumandhala juga sudah rusak. Tidak bisa dipergunakan lagi." Imbuh Dawuya.

"Benarkah itu Dawuya."

"Benar."

"Huahahaha. HAHAHAHAHAHAHA." Amahkra melayang tinggi berputar – putar di udara sambil tertawa puas.

Zaapp. Tiba – tiba saja ia sudah berada di depan wajah eyang Badranaya. "Mau mengandalkan apa lagi kamu Badra...Hahahahaah." Ia pun melayang berputar – putar sekali lagi.

Wusss. Eyang Badranaya menggenjot Padnumaya ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Tidak adanya senjata pusaka dan lawan sudah mengetahuinya, membuat ia ekstra waspada.

"Yaa Badraaaaa, yaaa. Keluarkan semua kemampuanmu, hahahaha." Amahkra seakan tidak mempedulikan kekuatan eyang Badranaya yang sudah meluap – luap.

Beberap saaat kemudian Amahkra melayang turun keatas tanah. Melangkah kearah dua anak buahnya.

Plek, plek. Kepala Dawuya dan Iputini dipegang oleh rajanya. Dengan sekali hentak dari Amahkra, tenaga dalam keduanya tersedot kearah tangan yang menempel dikepalanya.

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang