BAB VII Memperbaiki Bumandhala 3D

276 18 0
                                    

Peperangan dan Menuju Khayangan

Brukk. Seketika keduanya jatuh berguling diatas tanah bersamaan dengan lewatnya dua bola sinar hitam diatas mereka. Sementara Tumpakkan mereka tetap berlari kencang. Beruntung mereka jatuh disemak belukar sehingga tidak menimbukan cidera.

"Ahhk. Guru, ada apa?" Khamsu yang dalam posisi terlentang merasa kesakitan dibeberapa bagian tubuhnya. Ia tidak mengerti apa maksud gurunya. "Ada penyergapan. Catratyanta." Dalik yang sudah dalam posisi setengah jongkok mengeluarkan jurus perlindungan untuk berjaga – jaga. Melihat hal itu, Khamsu melakukan hal yang sama, mengaktifkan Catratyanta.

"Hmmm, sigap juga ternyata." Sesosok makhluk gaib berwujud seperti banteng berkulit hitam legam namun berdiri dengan dua kaki layaknya manusia. Makhluk itu berdiri diatas pohon tidak jauh dari Dalik dan Khamsu berada. Mendengar suara itu, guru dan muridnya segera memalingkan pandangannya kesumber suara.

"Keparat, ada juga disini." Gumam Dalik sambil bangkit dari posisi sebelumnya. . "Heh, apa kamu takut berperang hingga sembunyi sampai disini!" Dalik setengah berteriak kearah makhluk gaib.

"Hahaha lalu kalian sedang apa. Berduaan ditempat sepi hahahah." Makhluk banteng tidak menjawab, malahan balik bertanya setengah meledek.

"Keparat." Dalik menghentakan tangan kanannya kedepan dengan telapak terbuka. Sebuah bola sinar biru melesat cepat kearah sosok yang mentertawakannya. Bum. Krakk. Dahan tempat berpijak makhluk hitam patah terkena serangan Dalik, namun sasaran berhasil lolos dan sudah berdiri diatas tanah didepan Dalik.

"Hahaha, serang sepenuh hati, jangan lemah seperti itu." Serangan Dalik memang hanya sekedarnya. Ia hanya ingin menumpahkan kekesalan hatinya akibat diserang secara tiba – tiba.

"Hh, tidak perlu sepenuh hati, setengahnya saja cukup untuk menjemput ajalmu."

Cuih. Makhluk banteng hitam meludah ketanah. Tiba - tiba, ia melesat kearah Dalik dengan sangat cepat. Pukulan secepat kilat penuh tenaga dalam diarahkan ke wajah Dalik. Wuss.

Dengan mudah dalik menghindar kesamping kiri. Namun serangan susulan langsung datang. Makhluk banteng hitam segera merubah serangan. Pukulannya yang gagal segera diubah menjadi serangan siku yang keras. Posisi Dalik yang belum ideal membuatnya tidak bisa menghindar. Ia menggunakan kedua lengannya untuk menagkis serangan. Bukk. Benturan penuh tenaga membuat tubuh dalik terpelanting kebelakang.

Melihat lawannya dalam kondisi tidak siap, makhluk banteng hitam segera melompat menyusul dalik yang sedang melayang. Ketika tepat diatas Dalik, Makhluk banteng hitam melayangkan pukulan. Melihat hal itu, Dalik merentangkan tangan kirinya dan mengeluarkan tenaga dalam untuk mendorong tubuhnya kearah kanan bersamaan dangan datangnya hantaman lawan. Bumm. Pukulan dahsyat hanya mengenai tanah, sedangkan Dalik sudah berdiri tanpa cidera.

"Hahaha masih mau setengah – setengah melawan Mayesa?" Makhluk banteng hitam berdiri dengan wajah bangga setelah menunjukkan kekuatanya baru saja.

"Setengah? Saya bahkan belum melakukan apa – apa." Ujar Dalik sambil melirik kearah kiri karena mendengar suara dedaunan terinjak. Ternyata Khamsu sedang merangkak mencari tempat persembunyian. "Wah bisa berbahaya bagi Khamsu." Segera, Dalik melesat ringan kearah kanan menjauh dari Khamsu sambil melontarkan serangan. Dua bola sinar biru melesat kearah Mayesa. Serangan untuk menarik perhatian dengan mudah dapat dihindari.

"Keluarkan kemampuanmu semua! Ngooeee." Mayesa berteriak, lalu melesat kearah Dalik. Tidak ingin menunggu, Dalik pun melesat kearah musuhnya. Pertarungan jarak pendek pun berlangsung. Saling pukul saling tangkis sesekali diselingi lontaran tenaga dalam.

Khamsu yang mengintip dari balik semak – semak merasa takjub sekaligus takut dengan pertarungan tersebut. Pergerakan yang sangat cepat dan benturan – benturan tenaga dalam yang besar baru kali ini ia saksikan.

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang