Berlatih 4

324 29 0
                                    

Disaat yang sama dengan latihan Khamsu, di markas Sandya sedang diadakan pertemuan didalam ruangan yang besar. Eyang Badranaya duduk diposisi paling ujung meja. Dalik dan Satera duduk berhadapan dengan posisi dekat dengan eyang Badranaya. Sementara dua puluh peserta pertemuan yang lain duduk berderet saling berhadapan memenuhi kursi – kursi lainnya.

"Baiklah, saya ingin mendengar berita dari saudara – saudara sekalian. Dimulai dari Mancaran Kritnov dari kerajaan es Rasatia." Eyang Badranaya menunjuk kepada lelaki berambut panjang berbaju tebal disebelah Dalik.

Yang ditunjuk menanggukkan kepala. "Terima kasih. Semenjak munculnya pancaran tenaga dahsyat yang saya sendiri belum mengerti dari mana asalnya beberapa waktu lalu, para Tamisra dan sekutunya semakin aktif bergerak. Namun beberapa hari belakangan, serangan dari mereka semakin bertambah gencar, dan mereka selalu menanyakan keberadaan pusaka Bumandhala yang telah menghilang sebelum melakukan serangan. Sekian laporan dari saya." Kritnov mengakhiri laporannya.

"Mmm ... selanjutnya Mancaran Teremun."

"Kondisi di kerajaan pasir Marsira tidak jauh beda denga kerajaan Rasatia. Makhluk – makhluk gaib kaki tangan Tamisra semakin gencar menyerang dan Bumandhala menjadi alasan mereka. Bahkan anakku... pun menjadi korban..." Teremun tidak mampu meneruskan perkataannya akibat rasa sedih yang mendalam.

"Saya ikut berduka atas kesedihan yang menimpa dirimu. Semoga perjuangan anakmu tidak sia – sia." Eyang Badranaya memberi empati kepada Teremun.

Lalu satu persatu para Mancaran memberikan laporan. Garis besar laporan mereka memiliki kesamaan. Bahwa Tamisra dan sekutunya mencari Bumandhala sambil melakukan penyerangan.

Eyang Badranaya pun menangkap kebingungan para peserta pertemuan tentang energi dahsyat yang muncul beberapa waktu silam. "Hmm sepertinya serangan Tamisra dibanyak negara memiliki alasan yang sama yaitu Bumandhala." Ujar eyang Badranaya.

"Perlu saya sampaikan kepada para Mancaran sekalian yang hadir pada pertemuan kali ini. Bahwasanya pancaran energi dahsyat yang kita semua rasakan merupakan energi dari senjata Pusaka Bumandhala." Lanjutnya dibarengi oleh ekspresi terkejut para mancaran. "Tentu saja di usia kalian sekarang, saya yakin kalian baru pertama kali ini merasakan pancaran energi dari senjata yang selama ini kita semua jaga dengan sepenuh tenaga." Eyang Badranaya kembali menjelaskan.

"Wow dahsyat sekali kekuatan pusaka tersebut. Apakah ini berarti pusaka Bumandhala mulai menunjukkan keberadaannya?" Kritnov mengajukan pertanyaan.

"Betul sekali. Bahkan bukan hanya petunjuk. Keberadaan pusaka Bumandhala sudah diketahui, namun untuk sementara kami belum bisa memberi tahu dimana pusaka tersebut berada. Dan saya minta kepada Mancaran semua untuk meningkatkan kewaspadaan agar serangan musuh dapat diatasi sesegera mungkin." Eyang Badranaya memberi penjelasan dan saran.

                                                              * * *

Sementara itu ditempat yang sangat jauh dari markas Sandya.

"Hey Jamig, disini mati. Kamu dapat apa?" Tansa terlihat berbicara sambil melempar tubuh manusia yang penuh luka.

"Uhh disini juga mati. Sial kita tidak dapat informasi apa – apa. Lain kali jangan terlalu keras." Jamig menjawab sambil menyenggol kepala mayat dengan kaki kanannya.

"Sepertinya para Sandya memang keras kepala. Mereka lebih memilih mati ketimbang memberi tahu yang bahkan mereka tidak mungkin akan memilikinya." Ujar Tansa.

"Yaa tapi kita mesti terus mencari, Marati terus menanyakan perkembangan Bumandhala." Jamig menimpali rekannya.

                                                          * * *

"Ya berhenti. Latihan kali ini selesai." Seorang guru memberi perintah kepada lima puluh orang murid Sandya yang sedang berlatih bersama – sama, termasuk Khamsu. Para murid segera membubarkan diri masing – masing. Sementara itu Khamsu duduk di pinggir sebuah bangku panjang terbuat dari kayu untuk beristirahat sambil menikmati langit senja. Baru kali ini ia mengikuti latihan bersama dengan murid – murid yang lain. Beberapa murid duduk di tempat yang sama dengan Khamsu.

"Hai saya Darji." Seorang yang duduk disebelah kiri Khamsu memperkenalkan diri sambil menjulurkan tangan untuk bersalaman. Orangnya nampak ramah dan seumuran dengan Khamsu. Namun rambutnya yang keriting panjang membuatnya terlihat lebih tua.

"Oh iya, saya Khamsu." Khamsupun menjawab sambil menjabat tangan Darji.

"Sepertinya saya baru pernah melihatmu, apa kamu murid baru?" Darji bertanya sambil memperhatikan muka Khamsu. "Benar. Saya baru bergabung kurang lebih satu minggu ini." Jawab Khamsu sambil memandang kearah lain karena risih di perhatikan oleh Darji.

"Mmm satu minggu ya..hehehe apa kamu sudah dikejar – kejar makhluk gaib ditempat latihan alam gaib?" Darji memberikan pertanyaan.

"I iya baru tadi siang saya mengalaminya. Kok kamu tahu?" Jawab Khamsu sedikit terkejut bercampur malu sambil memandang kearah Darji mengingat kejadian tadi siang.

"Hehe meski sudah dua tahun lebih berlatih disini, saya masih ingat ketika awal – awal memulai latihan. Masuk kedalam alam gaib disuruh menembak sasaran, tapi malah membuat makhluk gaib marah. Lalu guru pelatih saat itu mengambil makhluk tersebut dan membiarkan saya dikejar – kejar. Takut setengan mati saya." Darji menceritakan pengalamannya.

"Wah kok mirip dengan yang saya alami. Jangan – jangan semua murid baru sengaja diperlakukan seperti itu." Khamsu memandang kearah Darji.

"Hahaha mungkin – mungkin. Dari beberapa murid yang saya kenal semuanya mengalami hal yang sama." Darji terbahak – bahak hal itu membuat Khamsu ikut tertawa, beberapa murid yang masih istirahat ditempat itu memperhatikan mereka berdua.

"Hehe ternyata bukan cuma saya yang ketakutan." Ujar Khamsu dengan tawa yang mulai mereda.

"Ya ya.." Darji mengangguk – angguk.

"Oh iya, setelah nanti menyelesaikan semua latihan di tempat ini, selanjutnya kita melakukan apa?" Khamsu memberi pertanyaan pada Darji.

"Setelah lulus maksudmu?" Darji berhenti tertawa dan balik bertanya.

"Ya." Jawab Khamsu.

"Bermacam – macam, setelah lulus, umumnya mereka bekerja di istana kerajaan sebagai prajurit." Jelas Darji.

"Wah kerja di istana?"

"Ya benar. Ada juga yang menjadi pengawal saudagar."

"Berapa lama untuk menyelesaikan belajar ditempat ini?"

"Setahu saya, bagi yang bakatnya bagus dalam melatih tenaga dalam, cukup dua tahun saja mereka sudah lulus. Bagi yang kurang berbakat seperti saya bisa lebih dari itu. Namun bagi yang memiliki tenaga dalam istimewa, ada tambahan waktu untuk berlatih ilmu – ilmu gaib yang istimewa pula."

"Tenaga istimewa? Maksudmu Padnumaya?" Khamsu kembali bertanya. "Benar sekali, bagaimana kamu bisa tahu? Apa kamu memilikinya?" Darji nampak penasaran. "Entahlah, saya sendiri belum mengerti banyak tentang tenaga dalam. Hanya saja saya disuruh guru Dalik untuk berlatih disini." Jawab Khamsu.

"Wah kamu sudah kenal guru Dalik?"

"Ya sudah." Jawab Khamsu. "Eh iya seharian ini saya tidak melihat guru Dalik. Biasanya ia ikut mengawasi saat saya latihan?" Khamsu berbicara pelan.

"Mmm mungkin beliau ikut pertemuan bersama guru – guru yang lain sebab hari ini ada dua pertemuan. Pertama pertemuan khusus para Mancaran, setelah itu ada pertemuan dengan Regaran dan Lokra dari kerajaan kita ini. Itulah mengapa kita melakukan latihan bersama karena para guru sedang sibuk. Sepertinya ada hal besar sedang terjadi" Darji yang mendengar perkataan Khamsu memberi jawaban.

"Mancaran, Regaran? Apa itu?" Tanya Khamsu. "Oh kamu belum menerima pelajaran tentang Sandya ya. Jadi, Mancaran itu adalah sebuah jabatan dalan organisasi Sandya. Seorang Mancaran mempunyai wewenang ditingkat kerajaan. Dibawahnya ada Regaran, jabatan ini bertanggung jawab ditingkat propinsi. Lalu dibawahnya lagi ada Lokra, mereka bertanggung jawab dilingkungan kota. Dan hanya orang – orang berkemampuan istimewa yang dapat mengisi jabatan tersebut." Darji memberi banyak penjelasan.

"Mungkin nyai Ratri itu, memiliki jabatan Lokra." Khamsu berkata dalam hati sambil mengangguk – anggukkan kepala.

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang