I.10

418 29 0
                                    

Didalam sebuah rumah, Khamsu yang tidak sadarkan diri dibaringkan disebuah dipan bambu beralaskan tikar. Seorang ibu setengah baya nampak duduk diatas kursi kayu disamping dipan sambil mengipasi Khamsu pelan dengan sebuah kipas anyaman bambu. Sedangkan, beberapa warga lain hanya melihat saja. Tubuh Khamsu basah penuh keringat walau sudah dikipasi.

Gimin dan Dalik terlihat memasuki rumah tersebut, warga yang sedang melihat segera berpindah tempat memberi jalan dan ruang kepada kedua orang yang baru masuk. Keduanya langsung mendekat kearah dipan tempat Khamsu tergeletak tak sadarkan diri.

"Bagaimana yu Minem?" Gimin bertanya kepada perempuan yang sedang mengipasi Khamsu. "Belum sadar pak." Jawabnya sambil terus mengipas – ngipas.

"Apa saya boleh memeriksa kondisi anak ini pak." Dalik menawarkan bantuan kepada Gimin. Padahal sebenarnya, ia penasaran dengan pancaran tenaga yang cukup besar dari dalam tubuh Khamsu. Pancaran energi yang besar tetapi tidak beraturan.

"Oh boleh – boleh, silahkan." Gimin nampak senang dengan adanya bantuan.

"Permisi ya bu."Dalik berbicara pada si ibu yang mengipasi Khamsu. "Silahkan." Jawab si ibu lalu berdiri dan mundur memberi ruang.

Dalik sedikit membungkuk kemudian meraih telapak tangan kiri Khamsu dengan tangan kanannya. Dirasakan oleh Dalik gelombang tenaga yang tidak beraturan dan meletup – letup liar dibadan Khamsu. Kemudian Dalik menyalurkan tenaga gaibnya guna menyelaraskan dan menenangkan pancaran tenaga yang liar. Baru saja menyalurkan tenaganya, Dalik merasa ada sebuah tenaga dari dalam tubuh Khamsu yang menahan laju aliran tenaga gaibnya. Penghalang tersebut coba diterobos, namun gagal. Tenaga yang kokoh bagaikan tembok benteng istana seolah menolak tenaga milik Dalik.

"Hmm apa ini, Kuat sekali?" Dalik membatin. "Belum pernah kutemui yang seperti ini. Akan kucoba terawangan Paninggil." Dalik masih berbicara sendiri dalam batin. Lalu Dalik mengaktifkan mata ketiga tingkat tingginya. Ia memeriksa seluruh badan Khamsu dari kepala sampai kaki. Namun ia hanya melihat pancaran tenaga milik Khamsu yang tidak beraturan. Tenaga tembok penghalang tidak nampak diterawangannya.

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang