I.11

407 28 0
                                    

"Aneh...tidak ada tenaga lain, kecuali milik bocah ini." Dalik makin heran. "Akan kucoba menyalurkan tenagaku lagi." Dalik kembali menyalurkan tenaganya melalui tangan kanan ke tubuh Khamsu . Kali ini tidak ada tenaga penghalang. Perlahan – lahan pancaran tenaga Khamsu yang tidak beraturan terlihat mulai tenang. Letupan –letupan liar pun sudah menghilang. Hingga Dalik selesai menyalurkan tenaganya, Khamsu mulai siuman. Mata Khamsu pun terbuka. Ia terlihat memutar – mutar pandanganya kebingungan. Ingin bertanya tapi suaranya terasa tertahan.

"Bagus...sudah sadar." Terdengar seseorang berbicara. Khamsu terkejut mendengar suara dari sebelah kirinya. Ia pun melirik kearah suara, dilihatnya sorang lelaki berbaju biru berdiri memandangnya namun terlihat tidak jelas. Matanya masih terasa buram. Dialihkan pandanganya kearah lain. Walu nampak buram, ia melihat beberapa orang berkerumun yang juga memandanginya. Dalam kebingungan, Khamsu berusah duduk tapi tidak bisa. Badanya terasa lemas tanpa tenaga.

"Berbaring saja dulu, tenagamu belum pulih." ucap lelaki berbaju biru.

"Bener kata mbah Dalik, jangan bangun dulu." Terdengar suara ibu – ibu bicara. Gimin yang melihat agak jauh, perlahan mendekat kearah Khamsu.

"Oh iya sudah sadar." Gimin mendekatkan wajahnya melihat mata Khamsu yang sudah terbuka. "Yu minem, minta air minum." Gimin meminta minum ke yu Minem dengan melambaikan tangan sedangkan pandangannya masih kearah Khamsu.

Segera dituangnya air minum dari sebuah kendil tanah liat kedalam gelas bambu. Segelas air minum segera diserahkan ke Gimin yang sudah duduk dibelakang Khamsu menopang badannya supaya tidak terjatuh. "Sini saya bantu minum. Oh iya nama saya Gimin." Kata Gimin sambil mendekatkan gelas kearah mulut Khamsu. Khamsu yang ingin memperkenalkan diri terpaksa menunda, sebab gelas sudah depan mulutnya. Ia meminum air beberapa teguk dari gelas bambu dengan bantuan Gimin. Baru selesai minum, ia merasakan keningnya dipegang oleh seseorang. Ia melirik untuk mengetahui siapa yang memegang keningnya. Ia mengenalinya, orang ini mbah Dalik, yang menangkap hantu di kebun. Pandangannya yang sudah berangsur pulih bisa melihat dengan jelas.

Walaupun heran dengan apa yang dilakukan oleh Dalik, Khamsu hanya bisa terdiam dan menunggu apa yang akan terjadi. Tak lama, keningnya terasa hangat. Hawa hangat kemudian menjalar keseluruh kepala, turun keleher, pundak dan akhirnya keseluruh tubuh Khamsu. Setelah hawa hangat dirasa memenuhi badanya, sedikit demi sedikit tenaga Khamsu kembali pulih. Ia bisa menggerakkan jari – jari tangannya. Setelah beberapa saat, ia bisa duduk tanpa bantuan Gimin. Khamsu memandangi seluruh tubuhnya dengan takjub. Ia yang tadinya lemas tak berdaya, tiba – tiba tenaganya pulih setelah ada aliran hawa hangat merasuki tubuhnya.

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang