Sudah empat hari berlalu, kemunculan makhluk aneh didusun Khamsu masih berlanjut. Namun kini, keberanian Khamsu sudah mulai timbul. Ia tidak lagi ketakutan dan meringkuk disamping tempat tidurnya. Bahkan ia sudah mulai berkegiatan dikebunnya lagi. Hal ini disebabkan selama empat hari ini, makhluk aneh tersebut hanya berkeliaran diluar rumah. Tidak satupun ada yang masuk kedalam rumah Khamsu.
Warga yang lain pun tidak pernah bercerita tentang keberadaan makhluk –makhluk ini. Bahkan pada hari ketiga, ketika ia mengintip keluar, ia melihat kang Disro berjalan santai didepan rumah Khamsu. Padahal di samping kang Disro, berdiri makhluk kurus tinggi berkulit merah memperhatikannya. Namun kang Disro berjalan biasa saja, seperti tidak melihat hal aneh disampingnya.
"Aneh.. kenapa warga dusun tenang – tenang saja. Apa mereka tidak melihat hal ini? Padahal sudah empat hari mereka bermunculan tiap malam." Banyak pertanyaan dalam diri Khamsu sambil mencabuti rumput dikebun.
*
Menjelang petang, Khamsu dan tiga warga tengah berbincang di sebuah gardu keamanan yang terletak di tengah dusun. Mulai masalah tanaman di kebun, pasar yang semakin penuh pedagang sampai Khamsu yang belum juga kawin. Mereka terlihat tertawa dan bercanda satu sama lain.
Darr!
Ditengah obrolan mereka, Khamsu mendengar suara ledakan petir. Khamsu pun melihat kelangit. Dilihatanya langit petang nampak cerah berwarna jingga. "Wah cuaca cerah kok ada petir ya?" Khamsu berucap lirih. "Petir apa?" Samidi yang duduk di kanan Khamsu mendengar ucapan Khamsu dan bertanya heran.
"Lah tadi bapak ndak dengar?"
"Apa Kham?" Muroto yang duduk di hadapan Khamsu ikutan bertanya
"Tadi ada suara petir, apa pada ndak denger?" Baru saja Khamsu berbicara, suara petir kembali terdengar. Bahkan suaranya semakin dekat.
"Nah itu. Ada lagi." Khamsu melongok kearah belakang gardu, ia merasa suara itu berasal dari sana
"Ndak denger saya Kham." Giliran Jasirin yang duduk dikiri kang Muroto yang bicara.
"Halah, itu kang Gendar yang lagi bersin paling." Ujar Samidi
"Bener – bener, pak dhe Gendar kalau bersin bisa mbangunin mayat dikuburan. Hahaha" Ujar Muroto yang disambut gelak tawa Khamsu, Jasirin dan Samidi.
Tap tap tap. Disaat keempat orang yang di gardu jaga sedang tertawa, tiba – tiba, seorang lelaki berpakaian serba coklat berlari kencang kearah timur, melewati mereka. Keempat orang tersebut segera terdiam, berdiri dan melihat kearah orang yang berlari. Mereka saling pandang penuh tanya.
Selang beberapa detik, sesosok makhluk tinggi besar dengan badan penuh rambut riap - riapan berlari sambil mengaum keras melintasi orang - yang sedang bingung.
Makhluk itu sepertinya sedang mengejar lelaki yang baru saja lewat. Khamsu yang melihat sosok itu langsung melompat masuk kedalam gardu jaga kaget setengah mati. Namun ketiga orang lainnya tidak melihat hal itu dan tetap ditempat.
"Kenapa kamu Kham?" Jasirin bingung melihat polah Khamsu yang tiba – tiba melompat masuk .
"I..itu pak..lari." Khamsu menutup mata sambil menunjuk – nunjuk kearah timur.
"Loh kamu kenal sama orang itu?" Tanya Samidi.
"Itu itu.." Khamsu tetap memejamkan mata sambil menunjuk.
"Sadar Kham, sadar!" Muroto lalu mendekati dan mengguncang – guncang tubuh Khamsu. Hal ini membuat Khamsu berangsur tenang. Muroto pun menghentikan guncangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)
FantasyMunculnya pertanda senjata sakti yang telah lama menghilang, memicu perang masa lampau terulang kembali. Ambisi - ambisi serakah untuk menguasai dunia mendapatkan perlawanan. Perjalanan musti dilakukan demi tercapainya ketrentaman alam ini. Akan te...