Patah dan Terluka 3

302 20 0
                                    

"Tuan Dalik, saya minta tolong dibuatkan Kacapuri mengitari altar." Dalik yang sedari tadi berdiri diluar altar kemudian membuat Kacapuri guna menahan kemungkinan pancaran tenaga Bumandhala terpancar. Kacapuri di buat mengelilingi mereka hingga melewati beberapa stalagmit.

"Terimakasih." Ucap Sanggala, sedang Dalik mengangguk kecil.

Sanggala kemudian meletakkan kedua tangannya keatas masing - masing bola kristal hijau. Kepalanya menunduk dengan kedua mata terpejam. Bola kristal perlahan bersinar. Sinar tersebut lama kelamaan semakin terang dan, wuuzz, sinar hijau tersebut tiba – berubah menjadi uap dan menghilang. Setelah sinar itu menghilang, terlihat muncul sisik – sisik ular berwarna hijau kehitaman yang mengkilap dari ujung jari hingga pangkal telapak tangan Sanggala. Kini ia terlihat seperti memakai sarung tangan kulit ular berwarna hijau. Kemudian, tangan kanannya dijulurkan kedepan hingga telapak tangannya yang terbuka berjarak satu jengkal dengan dada Khamsu. Sedangkan tangan kirinya tetap ditempat. Sanggala nampak berkomat – kamit membaca sesuatu.

"Ha!" Selesai berkomat – kamit, ia menghentakkan tenaga melalui tangan kanannya. Lalu sebuah lobang pintu gaib berbentuk lingkaran selebar piring tercipta diantara dada Khamsu dan telapak tangan Sanggala. Lobang pintu gaib itu terlihat gelap dan dalam serta mengeluarkan bunyi seperti angin yang menderu – deru. Setelah lobang pintu gaib terbuka, Sanggala menggerak – gerakkan telapak tangannya kekanan dan kekiri beberapa kali lalu menarik lengannya pelan sedikit kebelakang. Tiba – tiba muncul sebuah logam lancip berwarna hitam. Itu merupakan ujung dari keris pusaka Bumandhala. Ujung keris Bumandhala keluar sepanjang lima senti dan berhenti. Bersamaan dengan itu kepala ular sinar hijau keemasan sebesar jempol kaki ikut muncul. Sinar ular hijau adalah perwujudan dari segel Rana Jaladri, sedangkan warna keemasan adalah tenaga Padnumaya Khamsu yang ikut tersegel. Setelah kepala ular terlihat, Sanggala menengadahkan telapak tangan kanannya. Tidak lama kemudian, dari telapak tangannya muncul lah sinar hijau cerah berbentuk kepala ular dengan ukuran yang sama dengan ular yang muncul dari lobang pintu gaib. Kembali, telapak tangan didekatkan kearah dada Khamsu. Kali ini posisi telapak tangannya dibawah ujung keris menghadap keatas. Sedangkan telapak tangan kirinya ikut didekatkan dengan menghadap kearah Khamsu.

Dengan mengerahkan tenaga gaib, Sanggala perlahan – lahan menarik keris pusaka Bumandhala keluar. Ular berwarna hijau keemasan pun ikut keluar, namun segera ditahan dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri Sanggala. Sedangkan sinar ular hijau ditelapak tangan kanan Sanggala terus memanjang dan melilit ujung keris. Sanggala kembali menarik keris pusaka Bumandhala dengan tenaga dalam. Sinar ular hijau keemasan pun kembali ditahan ketika ikut keluar. Sedangkan sinar ular hijau cerah dari telapak tangan kanan Sanggala kembali memanjang melilit keris. Kejadian itu terus berlangsung hingga seluruh keris keluar dari pintu gaib, dan terlilit sinar ular hijau. Nampaklah sebuah keris sepanjang satu hasta dan agak lebar terbuat dari logam berwarna hitam mengkilat dengan bagian tengah berwarna emas. Terlihat jauh lebih besar ukuran aslinya daripada yang terlihat beberapa waktu lalu. Ukiran berbentuk kepala burung bermahkota menghiasi bagian pangkal keris. Gagangnya yang terbuat dari kayu hitam nampak mengkilap dengan ornamen ukiran yang menambah indah. Bumandhala terlihat melayang diatas telapak tangan kanan Sanggala. Pancaran tenaga Bumandhala walaupun sudah disegel, tetapi masih dirasakan. Dingin dan tajam itulah dirasakan oleh mereka bertiga. Pancaran tenaga itu hanya berputar – putar didalam ruangan yang tertutup Kacapuri. Sanggala meletakkan pusaka tersebut diatas pangkuannya, sedangkan tangan kirinya terlihat memegang kepala ular hijau keemasan. Keringat pun mengalir di wajah Sanggala. Proses penyegelan ulang senjata pusaka ternyata memerlukan tenaga yang lumayan banyak. "Haahhh." Sanggala meletakkan tangan kanannya kebelakang untuk menyangga tubuhnya, ia beristiraha sesaat.

"Sekarang tinggal memisahkan segel Rana Jaladri dengan Padnumaya milikmu." Ucap Sanggala yang masih terlihat lelah.

Bum! Blemm! Goa pun sedikit bergetar. Baru saja Sanggala selesai berbicara, terdengar ledakan dari luar goa mengagetkan mereka bertiga. Mereka pun saling pandang penuh tanya. "Biar aku yang periksa." Dalik segera berlari keluar goa.

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang