13

6.5K 526 34
                                    

Berikan vote, saran, koment, serta keritikan(positif) anda untuk mendukung cerita ini, aku sangat berharap kalian bisa bekerja sama dengan ku, dengan kata lain, kalian sudah menjadi bagian yang sangat terpenting di cerita ini.

___________________________________________

Suara Pintu terdengar sangat pelan seakan tak terdengar sampai ke telinga, mampu membuat seseorang disana tak merasakan kehadiran wanita itu.
Wanita itu melanjutkan langkah kakinya dengan pelan, seakan tak mampu lagi untuk berjalan, mimik yang tak terbaca serta aura yang di bawanya terasa kentara tidak baik.

Perasaannya hampa, matanya menatap kosong langit-langit atap. Berdiri dengan tubuh bergetar, seakan tak mampu lagi menahan beban dihidupnya.

Dengan cekatan tangan nya memutuskan menghapus air matanya yang merembes. Suara isak nya sudah tak terdengar, matanya menemukan ART yang sudah dipekerjakan dua hari ini. Wanita yang sudah tak muda lagi itu sedang melap lemari hias dengan kaku.

" Mbak? "Panggil Gracia dengan suara seraknya.

" Eh-Nenek mu Monyong-Eh" lata wanita yang tak muda lagi itu, hal itu mampu membuat menerbitkan garis dibibir Gracia.

" Eh, Eneng! Untung nih Guci,kagak Jatuh, kalau jatuh Gimana? Saya juga yang rugi ngeganti! Eh-maaf neng! Bukan-maksud-saya.. Engg! "Gracia hanya menggeleng.

" Mas Rexan sudah pulang, mbak? " Tanya Gracia, merindukan suaminya yang sudah jarang dilihatnya, profesi Dokter suaminya itu,membuat Rexan sulit menuangkan waktunya dengan Gracia akhir-akhir ini.

" Udah Neng! Udah dari tadi malah, kayak-nya udah tepar. Tapi Eneng gak perlu khawatir, makan sudah, kopi tadi sudah, terus apa ya? Ohh.. Dimandiin belum-ehh walah-walah, maksudnya belum mandi Neng! "Gracia sempat melotot, dan hal hasil sang asisten langsung cepat mengelak apa yang baru saja diucapkannya.

" Saya keatas yah mbak! "

" Oh iya neng! "

Gracia melanjutkan langkahnya, berjalan dengan cepat dengan menenteng tasnya. Kecemasan mulai menghinggapi Gracia, tanpa menunggu lama jemarinya memutar knop pada pintu, matanya menyusuri keberadaan Suaminya. Nafasnya berangsur normal. Senyum terbit disudut bibir Gracia.

Melangkahkan kakinya dengan pelan lalu menutup pintu dengan pelan dan tak lupa menguncinya. Menjatuhkan tasnya keatas meja disamping pintu.sungguh, wanita ini sangat merindukan Suaminya itu, hanya saja bibir ini seakan tak sanggup untuk mengucapkannya dengan ribuan kalimat buaian.

Rexan yang sedang tertidur terlentang, dengan kaos putih dan celana polos putih tak mengurangi ketampanan suaminya itu.

Gracia menggulung rambutnya dengan cepat, melangkahkan kakinya kearah Rexan dan menarik selimut yang sudah terjatuh dilantai. Membawa gulungan selimut itu disamping Rexan. Karena Gracia tahu suaminya ini selalu beralasan dengan kalimat panas bila menggunakan selimut.

Gracia duduk disamping Rexan, mengelus kening itu yang tampak mengerut, mengelus nya dengan lembut sampai ke rambut belakang Rexan.
Gerakan jemari Gracia berhenti,dia berdiri lalu menjatuhkan tubuhnya keatas Rexan. Tak peduli dengan pakaian dress nya yang telah tersingkap. Dia hanya ingin memeluk Rexan dengan pelukan yang biasanya mereka lakukan.

Tangan kokoh itu menyambut Gracia semakin mengerat, merasakan pinggul Gracia yang sudah terlilit kencang oleh lengan Rexan. Gracia tersenyum, ditatap nya wajah Rexan yang dibawahnya, lalu menyerang seluruh wajah itu dengan kecupan.

Rexan membuka Matanya sebelah, lalu mengangkat alisnya sebelah. Bingung dengan sikap Gracia yang terasa asing.

" Kenapa? "Satu pertanyaan itu mampu membuat Gracia luluh.

Mistaken [21+] SUDAH TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang