Pandi menatap kosong kedepan. Hamparan danau di depannya membuat pikirannya kembali hanyut kemasa lampau, dimana ia hanya mengenal tawa tanpa ada luka karena Cinta.
Pikirannya terus bergulat dengan masa lampaunya.
*FlashbackON
Langit diselimuti oleh awan oranye karena sinar matahari mulai menghilang. Sore di balut senja seorang gadis tengah berdiam di kursi taman depan rumah, menatap luka di lututnya
"Ndiiiiii....! Sinii siniii! " panggil seorang gadis kecil, yang baru ia kenal selama beberapa minggu ini. Gadis kecil itu cucu dari sahabat kakeknya.
"Kenapa diss?? " seru anak laki-laki yang di sebut ndi oleh gadis kecil itu.
"Ihhh kok manggilnya adis sihh..? " rajuk gadis itu.
"Hehehe... Itu bakal menjadi panggilan kesayangan aku ke kamu sampai kita besar nanti! " ucap seorang anak laki-laki itu dengan cengiran khas di wajahnya.
"Ishh di.. Kamu harus ingat ya,, namaku Arinda Putri Adisurya! Bukan adis! Tapi gak papa deh, demi ndii! " ucapnya dengan senyum malu-malu.
Anak laki-laki kecil yang bernama pandi itu tersenyum, mengacak gemas rambut seorang gadis yang di panggilnya adis.
"Lutut kamu kenapa dis?? " tanya pandi yang baru menyadari adanya luka di lutut gadis kecil dihadapannya.
"Aku jatoh dii..! " isak tangis terlontar dari mulut gadis kecil itu.
"Cupp.. Cupp.. Jangan nangis dis,, kamu kan gadis kuat! " ucap pandi menyemangati. Lalu ia mencium luka di lutut gadis kecilnya.
Gadis itu tersenyum gembira.
"Dii kenapa kamu cium luka aku?? " tanya polos gadis kecil itu.
"Biar cepet sembuh! " jawab pandi dengan menunjukan deretan giginya yang rapih.
"Kamu janji?? Jika kita besar nanti akan menjadi pacar? " ucap polos gadis kecilnya sambil menjentikkan jari kelingkingnya.
"Janji!!,, aku akan menjaga kamu dis" ucap pandi menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking milik gadis kecil di hadapannya.
*FlashbackOF
Pandi menghembuskan nafas panjang, ia mengingkari janjinya. Sudah beberapa bulan ini ia bertemu kembali dengan gadis kecilnya. Namun, sepertinya gadis kecil itu tak mengenali pandi, karena semenjak mereka masuk ke sekolah dasar gadis kecilnya di bawa oleh kedua orang tuanya ke luar kota.
Dan mereka baru berjumpa bulan lalu. Entah kenapa perubahan wajah gadis itu sangat pesat dan berbeda. Bahkan pandipun tak mengenalinya, sebelum ia tau nama gadis itu.
Gadis yang ia janjikan akan menjaganya, dan akan menjadi pacarnya, kini malah tak mengenalinya. Bahkan mungkin tidak tau kalo pandi masih hidup atau sudah lenyap di muka bumi ini.
"Gue pendusta dis.. Maap! " gumam pandi menundukkan kepalanya.
"Gua janji dis,, gua akan menjaga lo, walaupun itu dari kejauhan! " lanjutnya
___________________
Di dalam kamarnya Laska merenungkan kembali ucapan Pandi. Apa yang dikatakan pandi memang benar, tak seharusnya ia melampiaskan dendamnya kepada Arinda. Tapi apa daya, ia terlanjur melakukannya.
"Ahh masabodo soal perasaan Arinda, yang penting gue bisa melampiaskan kekecewaan gue..! " Laska tersenyum miring.
Seketika ada rasa sedikit sesak didalam hatinya, apa yang ia katakan seakan melukai hatinya."Arrggghhhh.. Bastarddddd! " teriak Laska. Untung saja dirumahnya sedang tidak ada siapa-siapa jadi Laska dengan leluasa berteriak seenaknya.
Laska merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya. Pandangannya terarah ke atas langit-langit kamarnya.
"Ketika hati, logika, dan perasaan bersebrangan. Kekacauanlah yang terciptakan! " gumam Laska lirih. Ia pun bingung dengan perasaannya sendiri.
Tak lama kemudian ia terlelap dengan sepatu dan sweater yang malih melekat.
__________________
"Assalamualaikum! " ucap Salam Arinda selepas pulang dari sekolah. Tidak ada yang menyaut, sepertinya tidak ada siapa-siapa di rumah ini. Arinda bergegas menyimpan tasnya kedalam kamarnya.
Membuka buku yang tadi ia pelajari, mencoba memahami kembali. Namun, pandangannya malah beralih menatap poto Laska yang terpajang disana.
"Laksa dimana ya?? " gumam Arinda.
Lantas Arinda keluar dari kamarnya berniat mencari Laska ke lantai atas.
"Ka... Laska..! " panggil Arinda dibalik pintu kamar Laska.
Tidak ada yang menyaut, tapi pintu kamarnya terbuka.Arinda mendapati Laska yang tertidur di atas ranjangnya dengan sepatu dan sweater yang masih melekat di tubuhnya.
Arinda mendekat ke arah Laska, mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Laska, sepertinya Laska tertidur pulas.
Tiba-tiba tangan Arinda terulur melepaskan sepatu yang menempel di kakinya. Menyelimuti Laska setengah badan, Arinda kaget ketika Laska mengerang. Buru-buru Arinda kembali ke kamarnya sebelum Laska bangun dari tidurnya.
Arinda menuruni tangga menuju dapur, Arinda merasakan lapar diperutnya. Ia mengecek kulkas hanya ada beberapa telor dan cabai juga mentimun.
Arinda berpikir sejenak, bisa membuat apa ia dengan ketiga bahan itu. Seketika senyumnya mengembang, ia langsung mengambil ketiga bahan tersebut lalu menyatukannya dengan nasi, sehingga tak lama kemudian tersaji lah 2 piring nasi goreng di meja makan.
Arinda kembali menaiki tangga menuju kamar Laska.
"Ka.. Bangun!! Makan! " ucap Arinda mengoyah-goyahkan pundak Laska.
Laska mengerjap-ngerjapkan matanya, mendapati Arinda berdiri di hadapannya.
"Kenapa rin?? "
"Makan! " ucap Arinda singkat lalu berniat pergi meninggalkan Laska.
"Ha?? Emang bunda udah pulang? "
"Gue yang masak! "
Laska menahan tawanya
"Emang lo bisa masak?? "
"Ngeremehin gue lo? " Arinda yang sudah berada di ambang pintu membalikan badanya 180° menghadap Laska kembali setelah mendengar penuturan kata dari mulut Laska.
"Ya nggak juga,, yaudah nanti gue turun..! " seru Laska, Arinda kembali melangkahkan kakinya.
"Enak kan?? " tanya Arinda ketika Laska menyuapkan sesendok nasi goreng buatan Arinda kedalam mulutnya.
Laska berekspresi seloah berpikir menilai masakan Arinda.
"Lumayan sihh! " jawab Laska.
"Cihh.. Dusta banget, bilang aja enak banget kan..! " tegur Arinda lalu menyuapkan nasi goreng bikinannya kedalam mulutnya sendiri.
"Tuh kan nasi goreng gua emang gak ada duanya deh! " seru Arinda membanggakan dirinya.
"Iya iya.. Nona flat! " seru Laska dengan senyuman ya yang menggoda Arinda, Arinda hanya mendelikan bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampah Sekolah
Teen FictionManusia biasa yang mampu menaklukan seluruh siswa dengan tingkahnya yang subhanalloh luar biasa. SMA Indika Karya tempat mereka berekspresi, menyalurkan tradisi yang tidak dapat dipungkiri. Mampu membuat guru-guru darah tinggi. Tadaaaaa...! Penasa...