Part 37

1.2K 42 4
                                    

Bel masuk sudah berbunyi Laska DKK seperti biasa tengah nongkrong di tempat tongkrongan baru mereka, warung bi asih diluar area sekolah. Disana memang tempat yang paling strategis untuk bersantai, baru saja 2 minggu bersekolah mereka sudah membuat ulah.

Itulah mereka, jika hidup mereka datar-datar saja menurut mereka itu bukan hidup tapi jalan tol.

"Ka ka..  Ambilin rokok dehh.. Di tas yang resleting yang kecil..!" titah Pandi yang sedang mengaduk es nya yang baru saja diberikan oleh bi asih.

"Berasa diulang tahunin banget ya..! " gerutu Laska sambil mencari barang yang dimaksud Pandi.

"Yeuu cuma gitu doang,  dumel mulu,  kayak bukan cees aja lo..! " sergah Pandi.

"Bacot mulu,,  nih makan..! " ucap Rifal sambil melempar kuaci di hadapan mereka.

"Tumben baek..! " ceplos Pandi.

"Dari dulu asuu.. " cerca Rifal.

"Ehhh btw Pan..  Lo sama Arinda sahabatan?? " Tanya Laska yang sukses membuat keadaan menghening. Ketiganya beridam termasuk Pandi yang sedang merangkai kata-kata.

"Emm..  I--iya !" jawab Pandi kaku.

"Kenapa gak bilang? " tanya Laska menautkan kedua alisnya.

"Maksud lo gimana sih ka?? " tanya Rifal yang tak mengerti.

"Pan jelasin..! " seru Laska sambil memakan kuaci yang tadi di lempar Rifal.

Pandi menghembuskan napas panjang.
"Gini,  gue sahabatan sama Arinda dari kecil,  tapi semenjak masuk SD gue sama Arinda dipisahin, karena alasan tertentu, Semenjak Masuk SMA gue gak sadar kalo Arinda yang selama ini jadi incaran Laska, itu Arinda sahabat kecil gue, tapi setelah beberapa hari kita membuat perjanjian yang taruhan itu, gue baru sadar Kalo Arinda yang kita maksud itu Arinda sahabat gue, makanya gue sering Larang Laska buat ngelanjutin pertaruhan ini..!" jelas Pandi membuat Rifal menganga untuk beberapa detik.

"Dan gue rasa.. Sekarang gue benar-benar jatuh cinta sama Arinda!" celetuk Laska yang sukses membuat detak jantung Pandi berdetak dua kali lipat.

Sudah berbagai macam cara agar perasaan pandi tidak tumbuh, tapi hasilnya nihil. Semakin ia menjauh semakin perasaannya tumbuh. tidak mungkin jika Pandi harus mengorbankan persahabatnnya demi kisah cintanya,  itu mustahil bagi pandi. Tapi, pandi mengingat kembali kehadiran Laras. Ya perempuan yang berhasil mengubah Laska sampai sebejat ini.

_________________

"Rinn kantin bareng yuk..! " ucap Rangga yang sudah ada di sebelah meja Arinda.

"Gue sama Jian..! " ucap Arinda cuek.

"Jian bilang gue boleh ikut kok..! "

"Sejak kapan gue bilang gitu..!" sergah Jian

"Diem lo... Rinn ayolahh! " bujuk Rangga

"Sendiri aja sana..! " celetuk Arinda yang masih merapihkan buku bukunya.

"Rinnn,,  gue gak mau sendiri, maunya sama lo..! "

"MHOODUUSS! " itu bukan suara Arinda,  melainkan suara Hilwa yang baru saja datang ke kelas Jian dan Arinda.

"Datang lagi kan bodyguardnya..! "

"Apaan si lo asu..! " celetuk Hilwa menampol Kepala Rangga.

"Ishh bangsatt..! " gerutu Rangga sambil merapihkan rambutnya yang berantakkan akibat ulah Hilwa.

"Kalo kalian mau ke kantin, ke kantin aja gue disini..! " seru Arinda.

"Gue pesenin batagor deh ya..  Yu ji! " seru Hilwa sambil menarik tangan Jian lalu mereka melenggang pergi.

"Ngapain masih disini..?" celetuk Arinda.

" pulang sekolah gue tunggu.." ucap Rangga dengan seringainya. Perasaan Arinda tidak enak. Ada sesuatu yang akan dilakukan oleh Rangga. Arinda harus mewanti-wanti dari sekarang Agar pulang sekolah nanti ia tidak bertemu Rangga.

________________

Bel pulang sekolah berbunyi,  Hari ini berlalu begitu cepat,  Arinda mulai resah ia di tinggalkan kedua sahabatnya tadi,  pasal nya mereka berdua di panggil oleh guru ke kantor sebelum pulang.  Tadinya Arinda ingin ikut namun kondisi tubuhnya tidak merespon dengan baik.

Arinda segera berlari ke Arah toilet rasa yang mengganjal diperutnya ini sungguh menyiksa. Tapi Arinda Ragu, ia takut ketika selesai di toilet ia bertemu Rangga, tapi ini rasa melilit di perutnya benar-benar menyiksanya.

Tanpa pikir panjang Lagi,  Arinda berlari ke Arah toilet,  setelah beberapa menit di toilet ia merapihkan kembali seragamnya, meskipun ini jam pulang Arinda tetap menjaga penampilannya.

Bbrrraakkk

Pintu utama toilet dibuka secara paksa oleg seseorang. Dugaan Arinda diawal tidak meleset sedikitpun. Rangga. Ya Rangga kini berada didepannya.

"Sengaja nunggu?? " seru Rangga menyeringai di depan Arinda.

"Apaan sih lo..! "

"Akhir-akhir ini gue coba sabar ya buat dapetin lo..  Tapi, gue rasa Sabar gue gak ada gunanya, lo itu sok jual mahal, gak tau diri..! "

"Apa hak lo ngatain gue kayak Gitu..! " tegur Arinda yang tidak terima dirinya direndahkan.

"Ohh lo berani ya sekarang..? " seringai Rangga,  lalu ia mendekat ke arah Arinda, Refleks Arinda terus memundurkan Dirinya sampai sampai membentur tembok.

Dalam Waktu beberapa detik, tubuh Arinda terkunci,  kiri kanan terdapat tangan kekar Milik Rangga.

"Mau apa lo?? " sergah Arinda yang mulai takut.

"Lo maunya apa?? " ucap Rangga dengan senyum semriknya.

"Dari kecil apapun yang gue mau pasti terlaksana, apapun itu..  Termasuk lo..! Rupanya lo lebih senang cara kekerasan.. " ungkap Rangga. 

Rangga benar-benar menunjukkan sisi bejatnya di hadapan Arinda,  tidak banyak orang tahu termasuk Hilwa dan Jian.

"Lo harus jadi milik gue..! Tidak ada yang bisa mengubah itu termasuk Laska sekalipun..! " Lanjutnya lagi,  kini tangan Arinda di cekal keras Oleh Rangga. 

"Lepasin Anjingg...! " seru Arinda brontak.

"Wess wess..  Lambe lo pedes juga ya,,  jadi pengen nyoba, lo tau?? gue suka yang pedes-pedes..! " seru Rangga yang mulai mendekatkan wajahnya.

Detik berikutnya Arinda berhasil menendang masa depan milik Rangga,  membuat si empunya menjerit kesakitan, tak butuh waktu Lama,  Arinda mengambil seribu Langkah untuk menjauh.

Arinda berlari sekuat tenaga menyusuri koridor,  sedangkan di belakang sudah ada Rangga yang mengejarnya.

Arinda melupakan Tasnya yang masih ia simpan di toilet sekolah. Arinda tak menghiraukan itu,  ia terus berlari Mengelilingi sekolah. Dan bodohnya Ia berlari ke arah Perpustakaan tentu tempat yang sangat strategis bagi Rangga,  dan ancaman Bagi Arinda.

Arinda kewalahan,  ia tidak bisa berlari lagi, ada tembok besar menjulang didepannya. Ia membalikkan badannya sudah ada Rangga berdiri disana dengan seringai yang menghiasi wajahnya.

"Munafik ya lo.. Buktinya Lo lebih memilih tempat yang lebih sepi dari pada di toilet tadi. " ucap Rangga dengan masih senantiasa dengan seringainya.

Arinda menggeram kesal.
Perlahan Rangga mendekat ke arahnya. Membuat Arinda semakin mundur kebelakang.

"Ayolah rinn..  Lo itu gak bisa bohongin perasaan lo sendiri,!" seru Rangga.

Sedetik kemudian,  tubuh Arinda kembali terkurung.

"Ini saatnya..! " seru Rangga mendekatkan wajahnya.

"BAAANGGGSAATTTTT...! "

Buuggghhh

Sampah SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang