Oke gaeeess❤ jadi gini ya, cerita yang aku buat ini bikinnya sesuai mood😅 jadi monmaap aja kalo jarang update pluus cerita ini mungkin gak akan ada klimaksnya ya, bisa jadi juga tamat secara tiba-tiba😙 monmaap kawan.
___________________
Selesai kegiatan kemarin Arinda mengistirahatkan tubuhnya yang drop, terlalu banyak bekerja. Tidak biasanya Arinda seperti ini.
Suara bel rumahnya berbunyi, Arinda tidak peduli kepalanya terasa amat berat, toh ada Mama tirinya di bawah.
Beberapa menit kemudian kini pintu kamarnya yang diketuk seseorang dari luar.
"Masukk, gak di kunci" ucap Arinda sedikit berteriak namun dengan suara yang parau, tangan kanannya terus memegangi dahinya yang terasa pusing, matanya terpejam.
Sepertinya ada seseorang disampingnya ia merasakan tangannya dipegang oleh tangan seseorang yang dingin.
"Kenapa gak kedokter hm?" Suara itu sangat familyar di telinga Arinda, segera Arinda membuka matanya.
"Laska, kok ada di sini?" Ucap Arinda kaget, bagaimana bisa Laska berada dirumahnya, diizinkan masuk oleh Mama tirinya.
"Gak ada istilahnya orang bertanya dijawab sama pertanyaan juga!" Seru Laska dengan wajah datarnya sambil terus memegangi tangan Arinda yang terasa Panas.
Laska menempelkan tangannya dipipi Arinda, benar-benar panas.
"Kedokter ya, gue anter.."
"Gak usah ka.. "
"Kenapa??"
"Gue gak suka dokter"
"Kok gitu sihh?"
"Gak mau pokonya"
Laska menghembuskan napasnya berat. Ia beranjak dari duduknya.
"Kemana??" Seru Arinda yang melihat Laska melangkahkan kaki.
"Pulang, orang lo nya juga gak mau di ajak kedokter" seru Laska lalu menutup Pintu kamar Arinda.
Tangan Arinda bergerak menangkup wajahnya yang panas, ia mengusapnya gusar, ia menghembuskan napasnya kasar, sebetulnya Arinda masih ingin ada Laska disampingnya. Tapi, melihat respon Laska seperti tadi kecil kemungkinan bahwa Laska benar-benar sayang kepadanya.
Setetes Air matanya meluncur dari sudut matanya. Air matanyapun terasa panas.
Arinda hanya berdiam diri tanpa ada yang merawatnya, mungkin jika Mamanya masih hidup ia akan dirawat oleh Mamanya. Air mata Arinda semakin deras kala mengingat Almarhumah Mamanya.
"Heeiii.. kok nangis" seru seseorang dari balik pintu dengan mangkuk plus handuk ditangannya.
Arinda mengusap Air matanya.
"Katanya mau pulang?" Tanya Arinda dengan nada lemah.
"Mana bisa gue ninggalin lo kayak gini" ucap Laska lalu mulai telaten mengompres Arinda dengan Air hangat, ya sebenarnnya tadi Laska hanya pergi kedapur menyiapkan air hangat untuk mengompres Arinda.
"Makanya kalo di suruh istirahat tuh dengerin, kalo di suruh makan tuh jangan nanti-nanti, kalo gabolehin makan pedes tuh nurut, kalo disuruh banyakin minum air putih tuh nurut, biar gak kayak gini jadinya, ini mah yang dimakan tiap hari yang pedes mulu, esss terus gimana mau sehat.." ucap Laska seperti seorang ibu yang sedang mengomeli anaknya. Sedangkan Arinda hanya tersenyum.
"Dibilangin malah senyum-senyum" tutur Laska yang menyadari Arinda dari tadi hanya tersenyum mendengar celotehannya.
"Abisnya lo lucu" ucap Arinda.
"Maksudnya gue kayak badut gitu?"
"Nggak bukan gitu ishh, gatau pokonya lo lucu, gue suka" ucap Arinda dengan senyumnya yang terus merekah.
Seperti menular, Laska pun ikut tersenyum.
"Gitu dong senyum, lo kan strong, jangan sakit-sakitt lagi ya.." seru Laska mengelus rambut Arinda yang tergerai."Makasih ka.." seru Arinda
"Urwel my be" ucap Laska lalu menempelkan dua jarinya ke pipi Arinda yang sebelumnya ia beri kecupan.
Arinda tersenyum, lalu ia melakukan hal sama yang dilakukan oleh Laska.
_______________
Setelah beberapa hari Arinda beristirahat. Akhirnya Arinda kembali kesekolah, bahkan ia di sambut hangat oleh kedua sahabatnya juga Laska dan teman-temannya. Hidup Arinda terasa lengkap terasa lebih berwarna ketika mengenal mereka semua. Arinda menjadi salah satu diantara berjuta jiwa yang merasa bahagia hari ini.
-TAMAT-
Monmaap ya teman teman.. akutu gakda mood lagi buat nulis terimakasih;) udah ngeluangin waktunya buat baca cerita absurd ku💕
GAIIIIIISS JANGAN LUPA BACA CERITA KEDUA AKU YAAA
"ALONE"MAKASIHHH
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampah Sekolah
Teen FictionManusia biasa yang mampu menaklukan seluruh siswa dengan tingkahnya yang subhanalloh luar biasa. SMA Indika Karya tempat mereka berekspresi, menyalurkan tradisi yang tidak dapat dipungkiri. Mampu membuat guru-guru darah tinggi. Tadaaaaa...! Penasa...