Malam ini tak seperti malam biasanya. Malam yang lebih gelap. Membawa kawan-kawannya. Si awan hitam, si angin kencang juga si petir dasyat.
Arinda termenung menangkup kedua lututnya di tengah-tengah kasur dengan selimut membaluti tubuhnya. Hujan disertai angin juga petir malam ini mengingatkan kembali kepada masa lalunya yang sudah lama tenggelam.
Arinda beranjak keluar dari kamarnya mencari teman. Ia tak mau sendiri, ia takut menangis. Ia takut mengeluarkan air matanya kembali.
Dilihatnya Laska yang tengah Asik memainkan laptop di pangkuannya tanpa memperdulikan petir yang sedari tadi dengan gemuruhnya mendominasi setiap penjuru bumi.
Dengan terpaksa Arinda melangkahkan kakinya menuju sopa di samping Laska. Ia tak mungkin jika harus ke bundanya Laska. Arinda tak mau mengganggu bundanya Laska yang mungkin tengah menikmati malamnya.
"Ka lo jangan ke kamar dulu ya! " ucap Arinda lalu duduk disopa yang disamping Laska.
Laska mengernyitkan dahinya.
"Kenapa?? " tanyanya."Cuma tinggal bilang iya aja susah bangett siiii! " celetuk Arinda jengkel, menurutnya Laska itu cerewet banyak tanya, Arinda tak suka itu.
Dduuuuarrrr
Arinda kaget bukan main. Sama halnya dengan Laska, ia langsung menyimpan laptopnya. Lalu Laska menengok ke arah Arinda.
Dilihatnya Arinda, dengan lututnya yang ia tangkup. Tubuhnya yang gemetar. Matanya yang mulai berkaca-kaca. Laska menatap Arinda heran.
"Rinn..! " seru Laska pelan.
Dengan tangan yang gemetar Arinda mengusap kedua bola matanya agar tak mengeluarkan air mata.
"Ahh.. Ya?? " tanya Arinda berusaha tegar.
"Ko lo gemetaran gitu sihh?? Lo takut?? " tanya Laska dengan raut wajahnya yang heran.
Arinda menggeleng cepat. Ia membalikkan badannya membelakangi Laska. Lalu ia bersender kepunggung sopa. Tapi tubuhnya tetap membelakangi Laska.
Laska menghampiri Arinda. Memegang pundaknya yang gemetar.
"Rinn lo gak papa kan?? " tanya Laska sekali lagi. Tidak ada sautan sedikitpun dari Arinda. Hanya tubuhnya lah yang bergetar.
Laska melepaskan pegangannya berniat mengambilkan Arinda selimut. Baru saja Laska beranjak namun suara isak tangis Arinda membuat Laska kembali menghampiri Arinda. Kini Laska berada di depan Arinda. Disamping sopa kecil yang didudukinya.
"Rinn.. Lo kenapa nangis?? " tanya Laska semakin heran. Arinda hanya diam, menyembunyikan wajahnya di sela-sela lututnya yang ia tangkup.
Laska semakin khawatir, kedua orang tuanya sudah tertidur. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang ini.
Tubuh Arinda semakin bergetar hebat. Laska menangkup kepala arinda. Menyalurkan ketenangan dan kehangatan. Mengusap-usap punggung Arinda dengan pelan, berharap Arinda merasa tenang.
Detak jantungnya kembali berdetak secara tidak beraturan, berdetak lebih cepat dari biasanya. Laska melepaskan pelukannya. Ia tak mau jika ia terlalu nyaman dengan Arinda. Tujuannya mendekati Arinda hanya satu. Membuat Arinda jatuh hati kepadanya Lalu meninggalkannya tanpa belas kasihan seperti yang ia rasakan dulu.
Laska berlari ke arah Kamarnya mengambilkan Arinda selimut agar Arinda merasa hangat.
Setelah mengambil selimut, Laska menempelkannya di tubuh Arinda, melihat Arinda yang terus bergetar ketakutan, Laska merasa iba.
"Rinn.. Udah dong,, jangan gini mulu! Gak tega gua liatnya..! " seru Laska dengan Raut wajahnya yang melemas.
Laska jongkok di hadapan Arinda memegang tangan Arinda yang terasa begitu dingin. Laska benar-benar takut Arinda kenapa-napa.
Laska kembali menangkup kepala Arinda. Berharap Arinda merasakan kehangatan dan ketenangan. Setelah beberapa menit Laska memeluk Arinda, akhirnya perlahan Getaran di tubuh Arinda mulai menghilang, hembusan napas Arindapun mulai teratur di dada Laska. Laska Rasa Arinda tertidur di dadanya.
Laska menatap Arinda. Cantik. Kata itu yang kini mewakili benaknya.
"Ishhh apaan sih gue..! " gumam Laska sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Menepis pikirannya yang memuji-muji Arinda dengan Sebutan Cantik. Laska memangku Arinda menuju kamarnya, lalu membaringkan arinda dengan selimutnya. Dan membiarkan Arinda beristirahat dengan nyaman.
Perlahan Laska menutup pintu kamar Arinda, agar Arinda tidak terbangunkan oleh suara pintu. Dengan langkah gusar , Laska kembali ke ruang tengah. Memainkan laptopnya kembali.
Pikirannya hanya di penuhi oleh Arinda, membuat ia tak fokus menonton pertandingan bola di laptopnya.
Laska mengacak Rambutnya.
"Ka inget tujuan awal lo..! " gumam Laska pada dirinya sendiri.Laska mengalihkan layar laptopnya menjadi ke kertas putih yang siap diberi sedikit ketikan Laska yang menurutnya mampu menenangkan pikirannya.
"Malam ini, langit bergemuruh, awan menghitam legam. Menjatuhkan beban, berupa air hujan. Kamu salah satu insan, yang tak menyukai hujan. Mungkin masalalu yang sudah lama tenggelam, muncul kembali diingatan. Membuat kamu enggan menyaksikan . Aku berharap dan berdo'a, semoga engkau selalu mendapatkan kenyamanan dan ketenangan. "Teruntukmu 'Arinda Putri Adisurya'
Dengan jari-jari lentiknya Laska membuat sebuah Tarian diatas keyboard Laptop di depannya. Entah mengapa, di dalam otaknya hanya kata itu yang berhasil terungkap.
Lalu ia tertidur diatas sopa, tanpa menutup Laptop di depannya. Perlahan mantanya mulai menutup beralir ke alam mimpi.
_________________
Arinda mengerjap-ngerjapkan matanya, dilihatnya ke arah selimut yang membalut tubuhnya, ini bukan selimutnya, Arinda melihat ke sekeliling, tapi ini kamar yang di tempatinya.
Arinda berpikir apa mungkin Laska yang memindahkannya kesini. Arinda Laska tidak mungkin, mengingat kelakuan Laska yang menjengkelkan Arinda. Tapi kalau bukan Laska siapa lagi. Bukankan ia terakhir tertidur di dekapan Laska??.
Arinda menepuk jidatnya. Ia menyadari betapa bodohnya Arinda menangis dihadapan Laska. Merasa ketakutan di depan Laska. Arinda benar-benar mengutuk perbuatannya.
Arinda menghela napas panjang, menengoknya jam yang masih menunjukkan jam 3 malam.
Ia merasa tenggorokannya seret sekali.Arindapun beranjak keluar kamar mengambil minuman di kulkas.
Baru saja Arinda ingin beranjak, sepertinya Arinda melihat seseorang tertidur di sopa. Arinda mendekati orang itu, dan ternyat benar. Itu adalah Laska.
Arinda mendekati Laska. melihat Laska yang meringkuk sepertinya kedinginan. Arinda bergegas mengambilkan selimut di dalam kamarnya, yang di pakaikan Laska kepada Arinda malam tadi.
Ketika Tangan Arinda terulur menyelimuti Laska. Matanya teralih ke laptop yang masih menyala. Dengan Keponya Arinda membaca ketikan yang terdapat dilaptop Laska.
Arinda mengulum senyumnya. Lalu mengetikkan sesuatu dibawah kata yang Laska ketik.
___________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampah Sekolah
Teen FictionManusia biasa yang mampu menaklukan seluruh siswa dengan tingkahnya yang subhanalloh luar biasa. SMA Indika Karya tempat mereka berekspresi, menyalurkan tradisi yang tidak dapat dipungkiri. Mampu membuat guru-guru darah tinggi. Tadaaaaa...! Penasa...