5

3.4K 243 18
                                    

Semua fokus teralih pada letupan indah yang menyala di langit. Namun, sang vampir tak terusik. Kembali ia bersiap untuk menyerang.

Kali ini Zaiga bergerak cepat. Mengawasi setiap gerak vampir amatir di hadapannya dengan begitu intens. Mata gagak memicing tajam. Tubuh mungil ditariknya kuat. Membuat wajah manis menubruk dada.

Zaiga berhasil menangkis serangan si vampir dengan pedangnya. Suara kuku bergesek pedang tersamar oleh bunyi letupan kembang api yang masih meriuh di angkasa.

Satu kali. Tebasan pertama berhasil memutus dua lengan sang vampir. Anggota regu Zaiga akhirnya berhasil mengunci pergerakan vampir amatir. Sebuah alat panjang beralas datar dipasang pada kedua lengan buntung. Membuat luka berdecis kemudian mengeluarkan asap putih, regenerasi gagal. Benda itu terbuat dari perak.

Setelah berhasil mengikat vampir tersebut, mereka segera membawanya pergi.

Si manis melongok dari celah lengan Zaiga, mencoba melirik vampir yang sedang diseret paksa. Ia tak menduga makhluk seperti itu ada di dunia. Meski banyak isu yang mengarah pada keberadaannya, bahkan sering dipelajari dalam ilmu-ilmu sejarah. Namun Zen tak pernah seratus persen percaya dengan legenda konyol itu. Hari ini si makhluk berdiri di hadapannya. Hampir merengut hidup rumitnya.

Ia shock. Bahkan sulit bergerak meski otak memberinya perintah. Anggota gerak seakan lumpuh. Seutuhnya membeku.

Benda dingin menarik lengan. Sebuah telapak tangan besar pucat. Zen tersentak sadar lalu menghempasnya kasar. Ia mendongak, menatap wajah datar dari pemuda yang sedang menatapnya heran. Kaki mungil berlari kecil, memungut topi yang sempat terjatuh. Zaiga hanya menatapnya tanpa minat, bocah itu terlihat lebih sayang topi dari pada nyawanya sendiri.

Entahlah, ia tak peduli.

"Zaiga-san, vampir terakhir terlacak di arah utara dekat kantor pusat kota." seorang anggota regu datang melapor, Zaiga sedikit membetulkan jubah bronzenya, lalu menatap si anak buah.

"Ho, memilih menjadi seorang pengkhianat.." gumamnya kecil, "persiapkan diri, kita berangkat." Zaiga memberi perintah, namun jemari mungil hangat menahan jubahnya. Kapten tim khusus itu menoleh, sebelah alisnya terangkat naik. Dia baru membetulkannya beberapa detik lalu dan sekarang jadi kusut lagi.

"Aku banyak pertanyaan untukmu, Tuan.." Zen menatap Zaiga dingin, dengan bola mata jernih. Menawan seperti langit malam. Zaiga tak berekspresi, datar masih menjadi andalan utamanya. Menunggu remaja manis itu untuk menyelesaikan pertanyaannya.

"Pertama, siapa kau.."

Si manis kembali bersuara setelah membiarkan beberapa detik terbuang tanpa bicara.

Zaiga mengacuhkannya. Membalik tubuh menghadap beberapa prajurit yang masih mematung disana.

"Perubahan rencana. Aku percayakan tugas ini pada kalian." prajurit itu sedikit terkejut. Tidak biasanya sang kapten mengubah perintah.

"B-baik!"

Setelah kepergian si prajurit, Zaiga kembali menghadap Zen. Si manis terlihat kesal karena dibiarkan menunggu. Memang apa peduli Zaiga?

"Aku kapten pasukan CBK. Apa itu sudah menjawab pertanyaanmu?" Ia melirik si manis dengan ekor matanya.

"Belum!"

Terkejut. Bocah ini membentaknya?

"Apa kau orang yang sudah membuangku ke panti asuhan?" tanyanya lagi, namun kali ini volume suaranya sedikit turun.

Jadi dugaanya benar.

Tak salah lagi.

"Ah, nenek tua itu tak bisa dipercaya." Zaiga mengeluarkan sebatang rokok, menyelipnya di antara bibir. Pemantik ia hidupkan.

The Battle Against Vampire (BoyXBoy) 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang