13

2.2K 200 11
                                    

Keesokan malamnya, Zaiga merasa risih. Bocah tengil itu tak menemuinya seharian penuh. Latihan pun si mungil enggan memandangnya. Zen seolah menghindar. Bukan berarti dia ingin dicari oleh anak itu, kalau terlalu lama mendiamkannya Zaiga tetap merasa khawatir.

Malam itu, tanpa sepengetahuan Zaiga, Zen berkunjung ke rumah Naoki. Bangunan sederhana namun nyaman membuatnya betah.

Banyak pepohonan rindang dan sungai panjang yang dialiri air jernih.

Dua puluh menit perjalanan dari batalion menggunakan motor. Rumah sederhana itu berada di pedesaan yang minim penduduk. Jauh dari kota namun tak membuatnya ketinggalan zaman.

Sampai disana, Zen disambut oleh seorang wanita cantik dan dua anak lucu. Sepasang putra dan putri.

Naoki memperkenalkan mereka sebagai anak dan istrinya.

Setelah selesai makan malam, Zen di ajak untuk duduk di luar. Si mungil mengambil tempat di tepi anak tangga, sedangkan Naoki duduk di atas balkon rumahnya.

Dari sini, hiasan bintang terlihat jelas. Naoki menghisap kopi hitamnya penuh khidmat.

"Zaiga tahu?" ia membuka suara.

"Tidak."

Naoki tersenyum kecil.

"Dia akan khawatir."

Zen memeluk lututnya. Menatap anak tangga di bawah dengan tatapan sendu.

"Tidak mungkin. Aku yang selalu mencarinya."

Naoki terkekeh.

"Belum terlalu memahaminya ternyata."

Zen menoleh

"Bantu aku." pintanya. Naoki meletakkan cangkir kopi dan beralih menatap Zen.

"Kamu mau tahu apa tentangnya?"

Kepala perak itu mendongak, maniknya menatap Naoki penuh harap.

"Semua."

Pemuda itu membuang wajah, kembali menatap langit.

"Aku hanya bisa kasih 25% dari 100% kisah hidupnya."

Zen mengernyit.

"Kenapa begitu?"

"Yang kutahu hanya 40%. 15% itu nggak bisa ku kasih tahu dan 60% kamu cari tahu sendiri."

Zen berdecak.

"Tidak akan bisa."

"Bisa, kalau kamu mau bersabar dan membuatnya mengatakan sendiri. Seperti saat kamu berusaha mengendalikan sepatu militer itu. Bukankah lebih bagus mengetahui langsung dari orangnya?" Ia berusaha menjelaskan agar Zen bisa mengerti.

Zen menangkap jangkrik yang melompat di dekat kakinya.

"Beritahu aku 25% itu.."

Naoki menatap hiasan bintang di langit malam dan memulai dengan sebuah kisah masa kecilnya bersama seorang bocah menyebalkan yang ditemuinya di rumah sakit.

Si mungil mendengarkan dengan seksama. Memahami setiap kata yang keluar dari mulut si ketua divisi militer itu.

Dan ini kisah kehidupan asli Zaiga sesudah kematian ayahnya.

Puluhan tahun lalu, seorang remaja laki-laki ditemukan pingsan di dekat hutan lebat dekat penggunungan berapi. Jarang orang yang melalui daerah itu. Namun, ada seorang petani, dia berburu ke hutan dan menemukan sosok mungil yang tergeletak tak jauh dari sungai besar tempatnya berburu.

Saat dibangunkan, anak itu tak mengingat apapun selain namanya sendiri yaitu, Zaiga. Karena kasihan, si petani membawanya pulang ke rumah.

Pria itu memiliki seorang istri dan lima anak di rumah. Zaiga diperlakukan baik oleh petani tersebut. Tapi lama-kelamaan, rasa dengki dan kesal membuat keluarga petani itu marah dengannya. Mereka merasa sang kepala keluarga lebih menyayangi anak pungut itu.

The Battle Against Vampire (BoyXBoy) 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang