Setelah kejadian itu, Zaiga dan Zen tidak berhasil menemukan penjahat yang mereka cari. Untuk menjaga keselamatan Zen, Zaiga mulai menjaga jarak. Dia sudah memperingatkan bocah nakal itu untuk tak mendekatinya namun Zen sangat keras kepala dan selalu mencari alasan untuk bertemu dengannya. Zaiga tidak tahu harus bagaimana menahan diri agar tak memasung anak itu di sel tahanan lagi.
Zen sudah kembali ke asrama militernya, itu karena dia merasa bosan di rumah terus sedangkan Zaiga setiap hari pergi bertugas. Sebenarnya, Zen khawatir soal Zaiga. Jika musuh yang belum diketahui siapa itu melakukan penyerangan terhadap Zaiga, dia tak ada disana dan tak bisa melindunginya.
Sesungguhnya, Zen tidak begitu suka di asrama, orang-orang selalu menjauhinya bahkan teman seasramanya sendiri. Dia sudah menjelaskan dan meminta maaf, tapi tak ada yang sudi meresponnya. Karena itu, Zen tak punya teman selain mengganggu Zaiga di kantornya.
Soal Kamito, entahlah dia tidak muncul setelah Zen bertemu dengannya beberapa hari lalu. Dilapangan pun tidak terlihat, padahal dia yang paling peduli dengan Zen saat seseorang berani menjahilinya. Kalau Yuko, Zen tidak diperbolehkan mengunjunginya karena masih dianggap berbahaya. Petugas yang melarangnya untuk berkunjung ke batalion lain. Lagipula terlalu jauh dan Zaiga juga tidak mengizinkannya.
Dua bulan berlalu begitu cepat, Zaiga masih tak melepaskan pencaharian terhadap musuhnya. Dia sudah menyuruh beberapa bawahan untuk terjun ke daerah yang dicurigai, yakni desa Zen dan beberapa desa tetangga yang masih berdekatan dengan desa Zen. Zaiga juga turun tangan sendiri, kadang meminta ijin beberapa minggu untuk melihat perkembangan yang ada disana.
"Bagaimana?"
"Kami menemukan sebuah busur yang diyakini sebagai milik dari salah satu mata-mata."
"Berikan panahnya padaku."
Zaiga mengambil anak panah yang dibungkus menggunakan kain hitam untuk diperiksa. Tangannya mengelus ujung bambu lalu memeriksa mata panahnya.
"Tidak. Bambunya berbeda."
"Benarkah? Saat kami berhasil menemukan pemilik barang ini dia melarikan diri ke dalam hutan dan bunuh diri. Hal itulah yang membuat kami curiga kapten."
Zaiga masih tak berekspresi. Jika orang itu bunuh diri berarti memang dia adalah salah satu anggota mata-mata.
"Lain kali, jangan langsung menemui mereka, lapor padaku dulu."
"Baik kapten."
.
Si mungil berlarian di lorong koridor. Wajahnya berseri dengan senyuman manis yang menghias bibir ranumnya. Zen tak sabar untuk menemui Zaiga yang baru saja pulang dari bertugas. Dia sudah sangat merindukannya, bahkan rasanya perasaan ini akan membuncah lalu pecah bersamaan dengan leganya dia melihat wajah tampan itu lagi.
Sayangnya pertemuan mereka hancur karena satu hal. Saat Zaiga sudah berjalan kearahnya, seseorang tiba-tiba muncul dan mencium Zen tepat dimulut dengan kedua tangan yang melingkari pinggangnya. Kejadian itu begitu cepat, bahkan mata bulat Zen masih terbelalak menatap Zaiga yang membeku di tempat dari balik bahu pemuda besar yang sedang menciumnya.
Zen segera mendorong bahu si pencium untuk melihatnya lebih jelas.
"K-Kamito-san?"
Wajah datar didepannya menyiratkan kesungguhan.
"Zen, aku menyukaimu. Maukah kau menjadi kekasihku?"
Mata bulat Zen kembali melotot. Ia baru saja dikagetkan dengan sebuah ciuman dan sekarang jantungnya hampir berhenti saat Kamito malah menambah keterkejutannya dengan mengatakan bahwa dia menyukainya?!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Battle Against Vampire (BoyXBoy) 3
Fantasy[selesai] Happy ending Kisah baru dimulai. Dipungut lalu dibuang. Lima belas tahun kembali bertemu. Apakah ia mampu membunuh bangsawan yang telah menghabisi keluarganya ataukah terjebak kisah asmara dengan si pembunuh? CINTA atau DENDAM yang akan i...