Bonus (Extra Chapter)

1.3K 85 13
                                    

Chapter sebelumnya..

Zen menoleh, senyum menawan menghiasi wajahnya, "Tidak. Aku menyukainya!" Ia terlihat begitu senang saat menatap ke arah bawah, "tempat ini mengingatkanku ketika kita mencari pembantai di Panti dan melewati sebuah desa. Aku ingin merasakan hidup bebas ditempat ini, berbaur dengan orang-orang. Ayo hidup menjadi orang biasa!"

Zaiga tersenyum lembut, lalu berjalan mendekati Zen untuk memeluk pinggangnya dari belakang, menghirup dalam aroma segar dari surai perak yang baru selesai mandi itu.

"Tentu saja. Kita akan melakukan banyak hal menyenangkan bersama." Ya, apapun itu, asalkan selalu bersama vampir kecil kesayangannya, Zaiga rela meninggalkan semuanya, harta dan tahta tidak berarti. Mereka bisa mencarinya bersama, tidak perlu sampai bergelimpangan, cukup untuk membeli makanan Zen saja sudah cukup.

"Benar, benar!" Sahut Zen semangat, lalu kembali meragu, "Tapi bagaimana dengan kerajaanmu? Ibu sangat merindukanmu kau tahu." Ia menjauhkan sedikit wajahnya.

Zaiga menyisir helaian rambut yang mengganggu di wajah zen.

"Jangan pikirkan itu dulu."

"Kalau raja iblis, bagaimana?"

"Aku sudah menghancurkan dia bersama batu segel itu. Dia tidak akan mengganggu kita lagi." Zaiga mengecup belakang telinga Zen. Sesungguhnya, mau dileyapkan berapa kalipun makhluk itu tidak akan pernah musnah. Benih iblis selalu lahir dari hati manusia yang penuh kebencian. Namun Zaiga tak ingin membahasnya.

"Malam ini ada pesta kembang api disini, mereka mengadakan festival."

"Ikut! Ikut! Aku mau ikut!" Zen meloncat-loncat semangat.

Zaiga menahan bahunya, anak itu pun menatapnya, "Aku mencintaimu Zen."

Zen tersenyum lebar

"Aku juga mencintaimu."

Kedua bibir itu saling menyatu.






.
Malam itu, Zen bersama Zaiga mengelilingi tempat yang mengadakan festival. Zen menarik Zaiga untuk bermain beberapa permainan, salah satunya menangkap ikan mas dengan menggunakan saring kertas yang gampang robek. Zen mencoba sepuluh kali dan sepuluh kali pula ia gagal. Wajahnya cemberut dan menyalahkan bapak-bapak yang membuat permainan tersebut.

"Bapak membuat permainan konyol, meski aku mencobanya seratus kali pasti kertas itu akan koyak sebelum membawa ikannya keluar dari air." Sunggutnya kesal

"Tidak anak muda. Memang begini cara tangkapnya, kau yang terlalu kasar saat menariknya dari air." Ujar pria paruh baya itu sambil mengayun-ngayun kan saring kertas di depan wajah Zen.

Zaiga tertawa pelan saat melihat wajah cemberut itu mulai memerah karena malu. Zen lalu mendelik galak ke arahnya.

"Memangnya kau bisa?" tanya Zen meremehkan. Zaiga tersenyum miring. Bapak-bapak itu menepuk tangannya sekali.

"Benar, biar abangmu saja yang mencobanya."

Zen mengerjap, "Abang?" beonya, kemudian melirik ke arah Zaiga yang masih tersenyum mengejek ke arahnya. "Baiklah kau pangeran sok bisa. Perlihatkan padaku caranya, ayo!"

Zaiga melirik saring ikan yang diulurkan Zen, "Jika aku berhasil kau akan ku makan malam ini." Bisiknya kecil

Zen melotot dengan mulutnya yang mangap, ia mencubit pinggang Zaiga yang berdiri di sampingnya. Kepalanya mendekat, "Apa yang tadi pagi tidak cukup, kau mau membunuhku? Tidak mau!" bisiknya menolak. Lalu ia tersenyum usil, "Aaa.. aku akan memberimu hadiah jika kau bisa menangkap dua ikan sekaligus. Bagaimana?" anak nakal itu memainkan alisnya naik turun.

The Battle Against Vampire (BoyXBoy) 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang