18

2.1K 188 11
                                    

Si mungil berlari kecil menyusuri lorong sepi, beberapa buku tebal tengah ia peluk erat. Kaki-kaki mungil menuruni anak tangga dengan tergesah.

"Kalau penasaran ya coba aja. Rasanya enak, sumpah."

Langkah kaki Zen memelan saat didepannya berkumpul beberapa senior yang ia kenali sedang membahas sesuatu. Dia tidak begitu mengerti pembahasan mereka.

"Apanya yang enak main sama cowok. Anal sex menyakitkan tahu."

"Ya, kalau mau enak awalnya tetap harus merasa sakit. Tapi kalau udah gerak, sumpah susah dijelasin. Kaya nyampe surga!"

"Matamu surga. Kek pernah mati aja."

Mereka terkekeh, masih tak menyadari kedatangan makhluk mungil yang sudah sangat dekat dengannya.

"Eh serius tahu. Itu sih Kamito aja udah nyoba. Dibanding jepitan cewek, cowok lebih ketat, pokoknya luar biasa." tambahnya lagi.

Mereka terbahak kencang, Zen semakin mendekat, menautkan alis bingung.

"Kok goblok sih ngomongin ini."

"Halah, kamu aja betah denger. Ngeluhnya pas udah kelar. Munafik AJG."

Salah satu diantara mereka murka dan terjadilah sedikit kekerasan.

"Ah, sakit bego!"

"Hentikan, malu sama anak kecil. Noh, si Zen dateng." tunjuk salah satu dari mereka yang sedang menggigit rumput liar di sela bibirnya.

Mereka menoleh, Zen berhenti tepat dihadapan mereka yang sedang menatapnya lekat, seolah ingin mengintimidasi si mungil.

"Kemana aja kamu. Ngilang lama, munculnya baru sekarang."

"Tau nih anak. Waktu di bar kamu pulang duluan?"

Zen bersender di belakang dinding, masih memeluk bukunya.

"Ada sedikit masalah, aku langsung pergi, maaf." lirihnya pelan.

"Nggak papa sih tapi kamu melewatkan sesuatu yang seru."

Zen menatap mereka. Tidak untuk kedua kalinya, dia sudah cukup dikerjai.

"Aku tidak minat."

Mereka berpandangan lalu tersenyum mengejek.

"Waktu mabuk, kamu terus-terusan manggil satu nama. Apa.." Ia mendekat ke arah Zen, "Kalian punya hubungan spesial?" Zen mengerjap lalu menggeleng cepat. Wajahnya memerah.

"Jangan bohong. Jangan-jangan masalah asmaramu itu dengan kapten Zaiga? Kamu suka sama kapten?"

Ditodong dengan pertanyaan begitu, Zen tak dapat berkutik, yang jelas pernyataan itu benar.

Manik indahnya mengerling sedih, "Apa.. Aku aneh?"

Mereka berpandangan. Anak ini bahkan tidak menyangkalnya.

"Nggak sih. Kamu tahu cowok seperti kapten itu idaman banget. Apalagi dia poluler dikalangan cewek, cowok juga banyak yang iri." Zen mencoba mencerna kalimat itu. Ya, diakui, Zaiga sangat mempesona, bahkan membuatnya terpikat.

"Benar. Lihat tubuhnya yang bagus. Kapten pasti hebat sekali diatas ranjang." pancing yang satunya dengan seringai tipis.

Si mungil lagi-lagi mengerjap. Pembahasan macam apa ini.

"Aku ingin bertanya sesuatu. Saat mabuk apa ada.. seseorang yang kugoda?" Cicitnya pelan. Mereka terbahak.

"Bukan ada lagi. Bahkan orang itu tergila-gila sama kamu. Kamu menyebut nama Zaiga dan menciuminya." jawab senior yang suka mengigit rumput dengan begitu jujur. Yang lain menggangguk setuju.

The Battle Against Vampire (BoyXBoy) 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang