"Zen, maafkan aku. Selamat tinggal.."
.
"ZAIGAAA!!"Ia spontan terbangun dari mimpi panjang yang sangat mengerikan. Keringat dingin telah membanjiri seluruh tubuhnya, kedua tangannya gemetaran tanpa henti. Nafasnya memburu dengan detak jantung yang terus berpacu.
Manik delimanya melirik sekitar. Ia tampak kebingungan.
"Ini dimana.." ia bertanya pada ruangan kosong dengan bibir yang terasa sangat kering, tenggorokannya pun sakit dan suaranya serak. Kepala yang terasa pusing itu dipijit dengan pelan sebentar.
Tempat kuno indah yang sangat asing. Zen tidak ingat apapun setelah kesadarannya hilang karena pingsan. Terakhir kali dia duduk sambil memangku Zaiga dan terus memanggil namanya.
Matanya melebar, ia terkesiap sebentar.
"Zaiga?! Dimana dia? Zaiga!" panggilnya panik. Ia segera melompat turun dari ranjang serba putih lalu berniat pergi dari tempat aneh itu untuk mencari Zaiga, namun siapa sangka tangannya dirantai oleh sesuatu yang berat dan berwarna perak.
Ia mulai menjerit dan memanggil-manggil nama Zaiga seperti orang gila, hingga seseorang masuk dan memarahinya. Zen tidak kenal, wajahnya tampak asing.
"Bisakah diam? Kau mengganggu ketenangan disini."
Seorang wanita paruh baya membawa nampan berisi cairan kental berwarna merah masuk dan meletakkannya ke atas meja makan kecil yang berada di kamar tidur ukuran satu rumah itu. Zen tak mempedulikannya dan malah bertanya dengan nada galak.
"Dimana Zaiga! Kau apakan dia?!"
Wanita itu mendeliknya.
"Diamlah anak kecil. Habiskan makananmu dan jangan memanggil Putra mahkota dengan nama lahirnya seperti itu jika kau masih mau melihat matahari terbit besok."
Kening Zen mengerut. Ada beberapa hal yang membuatnya bingung. Pertama, orangtua ini menyuruhnya menghabiskan makanan, tapi yang Zen lihat, ibu ini membawa cairan aneh berwarna merah yang mirip darah! Kedua, sejak kapan Zaiga yang memiliki gelar Kapten di militer itu sekarang diangkat menjadi putra mahkota seolah-olah dia berasal dari kerajaan, anak dari seorang permaisuri dan raja! Omong kosong apa ini.
"Anda bercanda? Dia seorang kapten, bukan pangeran, raja, pejabat atau putra mahkota yang anda sebut. Sepertinya terjadi kesalahpahaman disini, ada beberapa orang yang meniru wajahnya. Dia Zaigaku, bukan putra mahkotamu! Kembalikan dia, Hei! Apa kau tidak dengar!" si mungil segera berdiri berniat mengerjar wanita tadi yang sudah melangkah pergi lebih dulu namun ia malah jatuh terduduk di ranjangnya ketika rantai itu kembali mengunci pergerakannya.
Ibu-ibu itu berhenti untuk menoleh lagi pada Zen.
"Jaga sopan santunmu dan jangan menyebut pangeran dengan nama seperti itu, kau bisa dieksekuti mati hari ini. Pangeran sedang pemulihan jadi jangan berisik dan jadilah anak baik."
"Hei–"
Pintu depan ditutup kuat. Zen menjerit tak terima
"Aku tak percaya ini! ZAIGAAAAAAA! KEMBALIKAN DIA PADAKU!"
.
"Ada apa dengan anak itu?""Dia baru bangun setelah pingsan lebih dari empat hari, permaisuri kedua, lalu tiba-tiba berteriak dan memanggil nama kecil pangeran pertama."
"Aku ingin dia diam. Tidak ada yang boleh mengganggu konsentrasi pemulihan dari putra mahkota."
"Baik, permaisuri kedua. Saya akan segera kesana untuk menyuruhnya diam."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Battle Against Vampire (BoyXBoy) 3
Fantasy[selesai] Happy ending Kisah baru dimulai. Dipungut lalu dibuang. Lima belas tahun kembali bertemu. Apakah ia mampu membunuh bangsawan yang telah menghabisi keluarganya ataukah terjebak kisah asmara dengan si pembunuh? CINTA atau DENDAM yang akan i...