Gerald dan Misaki mengajak Zen berkunjung ke pemukiman penduduk yang pernah di datangi oleh Rei dan Raito dulu. Anak itu tidak dapat menolak sesuatu yang berkaitan dengan orangtuanya, tanpa penolakan, ia pun langsung merima ajakan mereka.
Cuaca di hari itu tidak buruk, salju yang menutupi jalan juga tidak terlalu banyak. Untuk sampai ke desa mereka menggunakan kereta kuda sebagai sarana. Zen hanya diam sepanjang perjalanan, ia memperhatikan interaksi dua sejoli yang sejak tadi berisik di bangku yang berada di depannya. Kepalanya menoleh ke samping, tepat ke arah jendela bulat kecil yang mengarah keluar, pandangannya pun berubah sendu. Seandainya orang itu masih disini, dia akan duduk disampingnya dan bercanda ria seperti pasangan didepannya.
Gerald dan Misaki bukannya tidak meengajak Zen untuk mengobrol, tapi anak itu memang tidak bisa bersosialisasi dengan mereka. Dia hanya menjawab pertanyaan mereka dengan beberapa kata lalu kembali termenung menatap keluar jendela kereta.
Setengah jam dan mereka akhirnya sampai. Gerald turun lebih dulu dan menangkap satu persatu remaja mungil dari kereta untuk diturunkan dengan hati-hati ke bawah.
Penduduk masih beraktivitas seperti biasa dengan mengenakan pakaian tebal pada tubuh mereka. Melihat keramaian itu membuat Zen teringat kenangan ketika ia mencari dalang pembantai panti asuhan yang masih belum ditemukan sampai sekarang. Kenangan yang sudah begitu lama. Apalagi saat ia melihat sebuah ladang yang dipenuhi bunga berwarna kuning, itu membuat hatinya berdenyut sakit.
"Bibi, kenapa bunga itu tidak layu saat musim dingin?"
"Ah, bunga-bunga itu memang tak akan terpengaruh oleh empat musim. Kami disini menyebutnya bunga abadi."
"Mendengar dari namanya, apa bunga itu tidak akan pernah mati?"
"Kata siapa, dia tetap akan mati setelah mencapai usianya selama dua tahun. Kenapa kami menyebutnya bunga abadi sedangkan dia masih bisa layu dan mati, itu karena dia tidak akan mati meski dipotong ribuan kali. Meski kau membakarnya dia tetap akan tumbuh dan semakin subur jika memang belum waktunya untuk mati."
Misaki semakin antusias dengan hamparan bunga di depannya, "Apakah dibalik bunga abadi ini ada kisah yang membuatnya dikenang oleh orang-orang?"
"Tentu saja, dahulu kalah ada sepasang kekasih, mereka pada awalnya hidup bahagia. Setiap hari hubungan mereka dipenuhi sukacita. Tapi setelah empat tahun pernikahan mereka, ada seorang wanita yang iri pada dengan istri dari pria yang ternyata dicintainya. Dia membuat rencana untuk memfitnah istri dari pemuda itu. Mendengar laporan dari wanita yang sudah menjadi sahabat baiknya, sang suaminya terbakar api cenburu, ia merasa dikhianati. Pemuda itu marah besar lalu ngusir istrinya. Istrinya sangat terluka dan berusaha menjelaskan namun si suami tidak mau mendengar penjelasannya dan lebih percaya pada wanita lain. Istrinya pun menyerah, dia menyiram tubuhnya dengan minyak dan berkata seperti ini pada suaminya, "aku dan kau sudah bersumpah hidup dan mati akan selalu bersama, aku hanya mencintaimu, bagaimana mungkin aku akan berselingkuh, kau mempercayai wanita lain dibanding dengan aku istrimu. Jika memang aku berkhianat padamu maka setelah tubuhku terbakar dia akan hitam seperti arang, tapi jika aku jujur, maka tubuhku akan lenyap menjadi serpihan cahaya dan halaman ini akan ditumbuhi bunga yang tidak akan mati seperti cintaku padamu." lalu dia membakar dirinya sendiri, pada akhirnya si suami menyesal setelah melihat bunga-bunga kuning tumbuh di halaman rumahnya, cinta mereka memang abadi. Si suami memutuskan untuk bunuh diri di taman itu hinggga darahnya mengenai bunga-bunga tersebut dan begitulah asal mula bunga abadi yang berwarna kuning kemerahan."
Misaki mengangguk mengerti, ia menyeka air matanya karena terlalu mendalami kisah tersebut. Gerald menepuk kepalanya pelan dan menyuruhnya untuk tidak cengeng.
Sedangkan Zen, dia hanya mendengar kisah itu dan menyimpannya dalam hati. Kakinya melangkah mendekati ladang bunga yang tumbuh setinggi pinggangnya. Meski ini bukan bunga yang sama tapi warnanya tetap mengingatkan Zen pada hamparan bunga liar yang tumbuh di kaki pengunungan saat ia mencari pembunuh bersama Zaiga. Ingatan pada masa itu pun mengisi kepalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Battle Against Vampire (BoyXBoy) 3
Fantasía[selesai] Happy ending Kisah baru dimulai. Dipungut lalu dibuang. Lima belas tahun kembali bertemu. Apakah ia mampu membunuh bangsawan yang telah menghabisi keluarganya ataukah terjebak kisah asmara dengan si pembunuh? CINTA atau DENDAM yang akan i...