Pagi itu Zen terbangun di kamar asramanya. Semalam bukan mimpi, jubah Zaiga masih ada padanya.
Teman-temannya shock, apa mereka sekebo itu sampai tak menyadari Zen sudah kembali semalam.
Mereka bertanya banyak hal, namun seperti biasa Zen hanya menjawab seperlunya.
"Sepertinya kalian sangat dekat." Akane membuka suara, dia sedang melakukan push-up dengan kaki bertumpu pada ranjang.
"Apa terdengar seperti itu?" Zen masih baringan sambil memeluk erat pakaian Zaiga.
"Aku memang tak berhak mengatakan ini, tapi kamu harus jaga sopan santun kalau bicara sama kapten." Waru tiba-tiba bersuara, kalimatnya terdengar tidak nyaman.
Zen mengerjap. Sejak kapan harus begitu? Dia ngomong sama Zaiga juga kayak anak muda sepantaran. Padahal orang itu udah tua.
"Memang kenapa?"
"Astaga, kamu masih baru, nak. Tak tahu cerita kelam tentang kapten muda itu."
Kening Zen semakin mengerut.
"Benar. Dia sangat kejam. Bahkan pernah mematahkan anggota gerak salah satu peserta disini." tambah Jugo yang sedang melakukan sit-up pagi.
Ingatan Zen jatuh pada saat Zaiga memelintir tangannya dulu.
"Uhm.. itu menyakitkan.." gumam si mungil sembari mengelus lengan. Dia sudah pernah merasakannya
"Kami tak sedang menakutimu. Dia prajurit terkeji sepanjang masa. Ada gosip yang beredar, kapten pernah meninggalkan anggotanya di tengah misi dan mengabaikan strategi awal yang sudah komandan arahkan."
Zen membalik tubuhnya menghadap mereka. Dia terlihat tak senang dengan cerita teman-temannya.
"Itu hanya kabar burung. Kau tak bisa membagikan berita tanpa bukti seperti ini."
Waru memasang wajah serius.
"Nggak. Ini beneran. Bagian buruknya adalah.."
Tiba-tiba debaran jantung Zen memacuh kencang. Terasa begitu menegangkan.
"Kapten Zaiga membantai semua rekannya karena memberontak saat beliau mengubah arahan." lanjutnya dengan nada yang sengaja dipelankan.
"Rekannya.. sendiri?" Zen bertanya ulang.
"Iya! Karena itu kamu harus berhati-hati. Lebih baik jaga jarak dengan dia."
Zen mengernyit, menatapnya tak suka. Kenapa teman-temannya suka menjelekkan Zaiga?
"Kenapa aku harus?"
"Karena kapten berbahaya."
"Aku memang penasaran dengan masalalunya, tapi bukan berarti setelah tahu keburukannya aku akan langsung membencinya."
Mereka bungkam. Kenapa Zen jadi serius begini? Benarkah diantara mereka tak ada hubungan apapun?
"Setiap manusia punya masa kelam dimana dia melakukan kesalahan yang tak seharusnya dilakukan. Aku percaya dia sudah berubah. Dia tidak bodoh untuk mengulang kesalahan sama. Aku pribadi tidak masalah dengan masalalunya."
Jika memang dia tak berubah, aku yang akan mengubahnya.
Teman-temannya hanya melotot dan terperangah. Anak ini bisa mengatakan sesuatu yang WOW. Ungkapan si mungil terdengar begitu membela kapten muda itu.
"Kurasa hubungan kalian nggak sekedar kenal lalu akrab gitu aja." Akane melirik Zen.
"Kata siapa semudah itu. Aku berjuang keras demi mendapat simpatinya." ia mencicit. Mereka terdiam, tak begitu mengerti tentang hubungan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Battle Against Vampire (BoyXBoy) 3
Fantasy[selesai] Happy ending Kisah baru dimulai. Dipungut lalu dibuang. Lima belas tahun kembali bertemu. Apakah ia mampu membunuh bangsawan yang telah menghabisi keluarganya ataukah terjebak kisah asmara dengan si pembunuh? CINTA atau DENDAM yang akan i...