BAB 4

6.4K 420 23
                                    

Selesai kuliah di kelas, mereka berkumpul di taman, Indra membaca buku, Yasa dan Icha sedang asik memotret dari hanphon mereka. Evan sedang asyik menikmati cokelat caramel sementara Vika hanya terdiam bengong. Evan memperhatikannya dan menyolek Indra.

"Vik lu kenapa?" tanya Evan.

"Lagi ada masalah? cerita lah ke kita. Setidaknya bisa bikin hati lu tenang." sahut Indra. Yasa dan Icha menatap Vika yang terdiam.

"Eh Vik, lu yakin gak apa-apa?" tanya Icha.

Vika menggelengkan kepala dan tetap terdiam. Mereka bingung melihat tingkah aneh Vika.

"Vik, ngomong dong, lu lagi ada masalah?" tanya Yasa. Vika menatap Yasa dengan serius.

"Kotak makan lu ilang?" tanya Evan. Lagi-lagi Vika menggelengkan kepala dan terdiam menunduk.

"Ayolah Vik cerita sama kita, mungkin kita bisa bantu kalo lu ada masalah." kata Yasa.

"Se... semalem gua mimpi..." kata Vika.

"Mimpi apa?" tanya Yasa. Mereka serius menatap Vika yang benar-benar berubah menjadi diam.

"Gua mimpi ada seorang wanita yang seolah meminta tolong." kata Vika.

"Hah? minta tolong gimana maksud lu Vik?" tanya Yasa. Vika memutup mukanya dengan kedua tangannya dan menangis.

"Eeh Vik, lu kenapa nangis?" tanya Evan. Icha mengambil tisyu dari dalam tas nya dan memberikan pada Vika. Evan melihat Icha yang mengambil tisyu dalam tas.

"Kenapa lu ngeliatin gua!?" tanya Icha.

"Oh lu punya tisyu Cha? gua pikir lu pake sapu tangan. "jawab Evan.

"Punya lah! kan gua cewe!" kata Icha.

"Ohh lu cewe, gua pikir lu preman pasar." canda Evan sambil komat kamit mulutnya. Icha menggerakkan tangan seolah ingin menyikut Evan.
Setelah Vika menghapus air matanya dan mengelap hidungnya. Yang lainnya dengan muka sedikit jijik memandang Vika yang asyik memutar-mutar tisyunya ke lubang hidungnya.

"Gak nyangka ya, Vika yang girly gini kelakuannya kaya gitu." kata Evan perlahan memandang yang lainnya, Icha mengangguk memberi respon jawaban ke Evan.

"Cerita Vik, gimana mimpi lu?" tanya Yasa. Vika menarik nafas panjang, saat menarik nafas panjang kedua kalinya ia membuka mulutnya dan mengambil botol minumnya yang bergambar kodok berwarna hijau.

"Yah, ditungguin malah minum dianya!" kata Evan.

"Oh ceritanya ada iklannya." canda Icha, Evan pun dengan mulut komat-kamit memandang Icha dan kembali melihat Vika.

"Udah ah kalian berisik!" kata Yasa.
"Iya semalem gua mimpi pas masuk ke sebuah kamar ada seorang wanita, dia duduk berlutut di lantai terus tangan kanannya kaya mau meraih gua, dan gua takut!" kata Vika menjelaskan.

"Tapi dia ngomong gak Vik?" tanya Yasa.

"Nggak, tapi cuma mukanya ketutupan rambut, bajunya kaya warna orange gitu deh tapi kaya ada tetesan darahnya dari kening nya sambil bersuara tapi serak." kata Vika, menarik nafas panjang.

"Terus di mimpi itu lu nolongin?" tanya Icha.

"Nggak, gua teriak terus kebangun, dan gua liat jam di samping meja langsung nyalain lampu tidur deh." kata Vika.

"Emang lu liat jam berapa pada saat itu?" tanya Yasa.

"Jam dua pagi Yas." jawab Vika.

"Terus abis itu?" tanya Yasa.

"Gua nyalain lampu kamar dan lama-lama gua mulai ngantuk lagi." jawab Vika. Yasa dan yang lainnya saling menatap.

"Mungkin lu kecapean kali, namanya mimpi biasanya bunga tidur." kata Evan.

JINGGA (Bab 1 s/d Bab 38) ENd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang