BAB 25

3.3K 231 29
                                    

     Malam itu semua tertidur dengan nyenyak. Terdengar suara kipas angin yang berhembus, seperti biasa Evan tertidur dengan gaya kaki yang menguasai kasur, sementara mulutnya terbuka lebar, berbeda dengan Yasa dan Indra yang tidur dengan gaya memeluk guling. Tiba-tiba terlihat ada sebuah tangan yang merayap ke jendela, munculah sosok yang menyeramkan seperti ingin menerkam Indra, dengan leluk gerak yang sedikit patah-patah tak beraturan mahluk itu melihat Indra yang sedang tertidur pulas. Namun Indra tak menyadarinya.

 Namun Indra tak menyadarinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*hanya gambaran ilustrasi

     Pagi itu setelah mengambil dagangan Ibu kost, Yasa, Indra dan Evan berjalan menuju kampus. Sampai di kampus mereka menawarkan dagangannya.

     "Aldo, ini beli dagangan kita dong." kata Evan sambil membawakan kotak makan.

     "Ini kalian yang bikin sendiri?" tanya Aldo dengan wajah tersenyum.

     "Iyaa, gua yang bikin sendiri hehehe, eh bukan deeeenggggg! Ini titipan Ibu kost."

     "Ohh..." jawab Aldo singkat dan sedikit ragu untuk mengambil kue nya.

     "Udah beli aja, gak apa-apa Al, anggep aja lu bantuin dagangan Ibu." kata Yasa tersenyum. Kemudian Aldo mengambil sebuah kue dan menikmatinya. "Gimana enak gak?"

     "Enak! Gua beli sepuluh ya!" kata Aldo mengangguk.

     "Okehhhh, siapp." kata Yasa sambil memasukkan sepuluh kue dan memasukkannya dalam plastik makanan.

     "Ini lu bagi-bagiin buat yang lainnya aja." kata Aldo sambil memberikan bungkusan kue yang ia beli pada Evan.

     "Wahhh Aldo marah hati ya orangnya." kata Evan.

     "MURAH HATI! BUKAN MARAH HATI!" sahut Yasa sambil menatap Evan dengan tatapan melotot. Yang lainnya pun tertawa melihat reaksi Yasa.

     "Oh salah ya? Haduhh gua selalu salah di mata lu Yas!" sahut Evan dengan mulut komat kamit, tak lama Vika dan Icha datang, mereka duduk di samping Aldo.

     "Eh umpetin tuh dagangan, ada dosen lagi mau masuk ke sini loh." kata Icha. Kemudian semua terlihat kembali ke bangku masing-masing, sementara dengan gaya nungging Evan memasukkan kotak makanan ke dalam tas. Tak lama dosen masuk dan mengucapkan salam, yang lainnya pun menjawab salamnya.

     "Evan! ngapain kamu nungging begitu?" tanya Pak Dosen.

     "Eh Bapak, ini Pak…, lagi masukin kotak makan saya, resleting tas saya macet kaya arus mudik lebaran. Bapak gak mau nolongin?" tanya Evan. Dengan menggelengkan kepala Pak Dosen hanya melihat tingkag Evan. Setelah tertutup Evan kembali duduk dan menghadap ke arah depan, sementara yang lainnya hanya melihat tingkah Evan yang lucu. Evan pun dengan mulut komat kamitnya menutup wajahnya dengan sebuah buku menahan malu.

     Saat jam makan siang mereka berjalan menuju kantin, namun saat tiba di kantin Evan melihat seserorang yang sedang menikmati sepiring nasi goreng. Evan pun dengan sigap langsung menghampiri.

     "Naaaahhh! ketangkep lu Aris! Eh nih tadi gua bawa dangangan sisa dua kue, lu beli ya? Sumpah enak banget loh kue nya, lu kan suka ngemil. Tapi.tinggal lumpia sama bola ubi goreng, Lumayan buat campuran makan nasi goreng, biar kenyang, hehehe." kata Evan sambil memberikan bungkusan plastik berwarna putih bening.

     "Harus beli banget kak?" tanya Aris.

     "Iya, harus! biar lu tau rasanya sebuah perjuangan dan kualitas rasa yang enak ini. Beli ya?" kata Evan dengan memaksa.

     "Dikira dikasih buat saya kak, kemaren aja akhirnya saya gak di traktir bakso. Saya yang bayar, katanya di traktir?" kata Aris sambil mengambil plastik kue nya dan memasukkan dalam tas.

     "Ya abisnya Yasanya gak tau kemana, ya udah kali ini dibayarin deh baksonya." jawab Yasa tersenyum. Kemudian semua menikmati makan siang bersama.

Setelah makan siang mereka membayar pesana makanan dan berjalan menuju kelas.

     "Aris! Kalo enak besok lu beli kue di gua lagi ya!" kata Evan sambil melambaikan tangan. Sementara Aris mengangguk dan berjalan ke kelasnya.

     "Yas lu gak mau bareng kita ke kelas?" tanya Indra.

     "Duluan deh, gua masih mau makan nih sama Aldo." kata Yasa. Kemudian mereka meninggalkan Aldo dan Yasa. Setelah suasana terlihat aman Yasa membuka tas nya dan memberikan diary pada Aldo.

     "Harus baca sekarang Yas?" tanya Aldo.

     "Lu bawa pulang aja, lu baca dirumah, tapi inget, lu jangan sedih, trus kalau sudah, terserah lu mau simpen atau lu balikin ke gua." kata Yasa sambil memandang Aldo yang menerima buku diary dan melihatnya dengan raut wajah sedih.

     "Ya udah gua bawa dulu ya. Makasih ya Yas, setidaknya gua masih bisa mengenang Jingga dengan melihat buku diary ini." kata Aldo.

     "Ya udah yuk kita masuk kelas lagi." kata Yasa.

     "Lu duluan aja, gua nanti mau ke toilet dulu." jawab Aldo.

Akhirnya mereka berjalan menuju kelas. Sampai di depan kelas Yasa masuk ke dalam kelas, sementara Aldo melanjutkan perjalanan melewati lorong kelas menuju kamar mandi. Setelah selesai Aldo membasuh tangan dan mencuci muka, kemudian Aldo keluar kamar mandi dan menutup pintu. Saat pintu tertutup terlihat sosok gadis yang berdiri mendunduk menghadap pintu kamar mandi. Terlihat raut wajah mahluk itu yang sedikit tersenyum.

JINGGA (Bab 1 s/d Bab 38) ENd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang