BAB 7

6.4K 378 17
                                    

     Sore itu mereka pulang ke kostan saat diperjalanan mereka bertemu mbak-mbak di sebrang kostan. Icha dan Vika pamit untuk melanjutkan perjalanan pulang ke kostan mereka.

     "Sore mas-mas ganteng semua, wah baru pada pulang kuliah ya?" tanya mbak pertama.

     "Iya nih mbak." jawab Yasa tersenyum.

     "Eh si dedek sekarang udah gak cemong lagi bedaknya. Gitu dong kan jadinya ganteng." kata Evan menggoda anak tenangganya.

     "Iya om, kan biar dedek tambah ganteng kaya om-om ini hehehe." kata mbak ke dua.

     "Kemarin kalian kerja bakti ya bersihin halaman? udah ganteng kalian juga rajin-rajin ya." kata mbak ke tiga.

     "Hehehe makasih mbak, cuma bantuin Ibu kost aja kok." kata Yasa.

     "Dedek mau di gendong gak sama om?" tanya Indra. Kemudian anak tetangga mau merespon ajakan Indra.

     "Ih dia mau, pinter ya kamu, udah mamam belum?" kata Indra tersenyum. Anak itu tetap menunduk malu namun ia kembali menunjuk kostan mereka.

     "Eh dedek liat apa disana? kok nunjuk kesana?" tanya Indra mengedong anak tetangga sambil melihat kearah kostan. Indra pun menghampiri sebuah pohon dekat pagar dan memetik sebuah bunga berwarna ungu dan memberikan kepada anak tetangga itu. setelah anak tetangga itu mengambil bunganya ia menunjuk ke sebuah pohon dan mimik mukanya seperti ingin menangis. Indra bergegas membalikkan badan berjalan menuju mbak-mbak ke dua.

     "Oh dia mau nangis nih mbak liat pohon itu." kata Indra sambil menyerahkan anak tetangga ke mbak ke dua.

     "Emang dedek lihat apa disitu?" tanya Yasa. Anak itu hanya melihat Indra dan Yasa dan kembali melihat pohon di pekarangan kostan dan seperti ingin menangis.

     "Cup.. cup... cup nggak ada apa-apa kok." kata mbak ke dua. Yasa dan Indra saling menatap.

     "Mungkin dia serem kali lihat sesuatu di atas pohon itu?" tanya mbak ke tiga.

     "Serem kenapa mbak? kan masih sore." kata Evan.

     "Yah namanya anak-anak suka peka sama hal seperti itu kata mbak pertama."

     "Ya udah kita pamit pulang dulu ya, dadah dedeee.." kata Yasa berpamitan melambaikan tangannya. Mereka pun melangkahkan kaki menuju pagar kostan. Indra melihat Jaka sedang bermain mobilan duduk di teras, Indra menyolek Yasa melihat Jaka seperti sedang berbicara.

     "Jakaaa.. lagi ngapain?" tanya Evan dengan senyum. Tiba-tiba Jaka menoleh ke mereka dengan wajah penuh misterius. Mereka terkejut melihat wajahnya.

     "Ih kok kaya serem gitu sih dia natapnya?" tanya Evan sambil membuka pagar.

     "Udah ah yuk kita masuk." jawab Yasa sambil melihat Jaka yang kembali serius bermain sambil mengobrol sendiri."

     Ketika malam mereka berkumpul di meja makan untuk belajar selesai makan malam. Evan kadang bertanya kepada Indra tentang pembahasan dalam bukunya. Yasa pun juga membantu menjawabnya sambil sesekali menyeruput susu cokelat hangat di cangkirnya. Mereka terlihat serius membahas satu mata kuliah. Cuaca saat itu sedikit terasa dingin karena rintik hujan mulai turun. Selesai belajar Indra mengunci pintu dan mematikan lampu meja makan. Indra dan Yasa masuk ke dalam kamar menyalakan televisi. Mereka tidur di ranjang melihat tayangan tv yang ramai. Saat semakin larut Evan beranjak dari kasur untuk ke kamar mandi, setelah kembali ke kasurnya Yasa mematikan lampu dan mereka mulai beristirahat ditemani suara rintik hujan dan kipas angin. Perlahan mereka mulai tertidur lelap. Suasana di kamar sedikit gelap hanya pencahayaan dari ventilasi dan lampu di luar jendela yang menerangi dengan redup, perlahan selimut Evan seperti ada yang menarik, Ia pun tetap tertidur dan membalikan badan menarik kembali selimutnya. Indra yang menghadap Evan juga terlelap dengan hawa dingin malam itu, Yasa membalikan badannya ke arah kaca dan tertidur dengan pulas. Terdengar suara nafas panjang persis di samping kuping kanan Yasa, Ia mengibas kupingnya dengan tangan dan kembali tidur. Evan membalikan badan ke arah tembok memeluk gulingnya, tak terasa ada sebuah tangan yang merayap ke perutnya, Evan tersenyum merasakan antara dingin dan hangatnya tubuh serasa dipeluk seseorang. Indra perlahan membuka matanya melihat ada sosok mahluk yang berada di samping Evan berbaring menghadap tembok hanya terlihat rambut sedikit acak-acakan. Mata indra membelak melihat sosok itu, jantungnya berdetak kencang dan perlahan ia memejamkan matanya dan membalikan tubuhnya ke arah Yasa.
     Pagi itu suara burung berkicau merdu, Yasa membuka pintu depan memegang secangkir kopi hangat, Indra keluar kamar mengusap-usap rambut basahnya dengan handuk dan menjemurnya di belakang. Kemudian Indra ke dapur membuat roti bakar, Yasa berdiri di teras melihat mbak-mbak berdaster melambaikan tangan kearahya di sebrang kostannya. Yasa tersenyum mengangkat tangannya dan masuk ke dalam.

JINGGA (Bab 1 s/d Bab 38) ENd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang