BAB 24

3.4K 240 20
                                    

*kembali ke percakapan Aldo dan Yasa.

     "Jadi, kata dokter mengatakan kalau Jingga sudah meninggal terseret bersama motor." kata Aldo. Sementara Yasa memandang Aldo dengan pandangan sedih. Yasa mengangguk tanda mengerti.

     "Trus, siapa yang menghubungi Ibunya Jingga?" tanya Yasa.

     "Bokap gua yang hubunginnya, namun saat sadar gua dibawa pulang sama orang tua gua, jadi gua gak sempet ketemu dengan Mamahnya Jingga. Saat pemakaman juga gua gak bisa hadir karena kondisi gua, dan gua gak berani untuk tanya dimana makam nya. Tapi orang tua gua hadir ke pemakanan."

     "Trus kenapa gak lu tanya sama orang tua lu?" tanya Yasa.

     "Gua gak kuat, gua pasti sedih kalau datang melihat makamnya, jadi gua cuma kirim doa tiap malam sebelum tidur."

     "Trus lu pernah di mimpiin atau di gangguin gak sama Jingga?" tanya Yasa.

     "Kalo di gangguin gak pernah, tapi klo di mimpiin pernah beberapa kali."

     "Trus apa yang lu liat?" tanya Yasa.

     "Diaa... tersenyum aja di mimpi itu, trus gua pernah mimpi lihat diri gua sendiri lagi tertidur, trus dia dateng ke kamar gua, dan lu tau? Tiba-tiba dia cium kening gua dan cuma tersenyum. Saat gua bangun tidur gak disadar air mata gua keluar gitu aja."

     "Mungkin dia pamit sama lu kali, atau sayang sama lu sebagai sahabat atau.…"

     "Gak ngerti deh, makannya semenjak itu gua gak berani datang ke rumah nya dan ketemu sama Mamahnya." kata Aldo.

     "Trus kenapa Jingga suka hadir dan menampakkan diri ya di kostan gua ya? Apakah dia mau menyampaikan sesuatu? Tapi gua belum baca sepenuhnya buku diary nya.  Karena setelah pas baru baca sebagian, kita udah ngerasa dia hadir. Jadi kita gak berani lanjutin. Hmmm.. Ataauu.…." kata Yasa.

     "Atau apa Yas?" tanya Aldo.

     "Atau besok buku nya gua bawa ke kampus deh, biar kita baca sama-sama, tapi cuman kita berdua aja, gua gak mau sahabat-sahabat gua ngalamin hal-hal aneh, kali aja lu bisa bantu."

     "Yakin gak apa-apa?" tanya Aldo.

     "Yakin, menurut gua sih Jingga gak marah sama lu, pasti lu gak akan di hantui." kata Yasa.

     "Tau dari mana lu? Kenapa lu bisa se yakin itu?"

     "Lahh, lu kan cerita tadi kalo dia datang ke mimpi lu dengan cara yang baik-baik." jawab Yasa. Sementara Aldo mengangguk. "Eh ya udah yuk masuk kelas. Makasih ya Al buat ceritanya."

     "Sama-sama Yas!" jawab Aldo. Sementara Yasa sempat terdiam berfikir sesuatu, dan kemudian mereka beranjak dan masuk ke dalam kelas.

     Sore itu Yasa, Indra dan Evan sampai di depan kostan. Saat Indra membuka pintu depan Yasa menengok ke arah Evan karena di colek oleh Evan.

     "Apaan sih Van? Colak colek aja lu!" kata Yasa.

     "Ituu, lu di dadahin sama Mbak-Mbak sebrang." kata Evan sambil melambaikan tangan. Kemudian Yasa ikut melambaikan tangan sambil tersenyum.

     "Ya udah yuk masuk!" ajak Yasa.

     "kita dadah-dadah begini berasa lagi di kapal Titanik yak! Itu yang kapalnya tenggelem gegara nabrak es cendol." Kata Evan.

     "NABRAK GUNUNG ES! BUKAN NABRAK ES CENDOL PA'UL!" kata Yasa sambil menjitak-jitak kepala Yasa sambil bercanda.

     "Aduuh Yas! Ampuuunnn... Indraaa tolongin guaa, ini nih si Yasa, pala gua di unyeng-unyeng." kata Evan sambil berjalan masuk ke dalam kamar.

    "Biarin! Bikin emosi mulu omongannye!" jawab Yasa. sambil ikut masuk ke dalam kamar.

Saat Indra dan Yasa sedang mandi, Evan membuka laci meja belajar dan mengambil buku diary nya. Yasa sempat terdiam berfikir sesuatu dan kemudian ia meletakkan di dalam tas nya. Tak lama Evan keluar kamar mandi sambil mengusap-usap rambutnya yang basah.

     "Lu gak mandi Yas?" tanya Yasa.

     "Mandi dong, ya udah gantian gua mau mandi, minggir!" kata Yasa sambil mendorong perlahan pundak Evan.

     "Astaga, ini orang, sradak - sruduk aje jalannya!" Jawab Evan dengan mulut komat kamit, kemudian Evan berganti baju dan menyisir rambut nya. Setelah menyiris Evan mengangkat tangannya mencium keteknya. "Hmm wangii..., coba yang sebelahnya." kata Evan sambil mengangkat tangannya sebelah kirinya. Kemudian Evan kembali merapihkan rambutnya sambil memandang kaca. Namun tiba-tiba Evan terdiam, mengendus sesuatu. "Bau apaan nih? kayaknya bukan bau sabun gua deh, wangi banget! Hmm... apa bau bangke kapal! Hiii serem ahh." kata Evan saat menengok ke sekeliling kamar dan keluar menuju ruang makan.

     Malam itu Yasa Evan, dan Indra sedang belajar, sesekali Indra menyeruput secangkir susu cokelat. saat ia meletakkan cangkir nya, ia kembali membaca buku, namun ia tersadar cangkirnya seperti bergerak sendiri. Tatapannya semakin kuat melihat cangkir nya untuk memastikan, namun cangkir itu tetap di posisi yang sama, kemudian Indra kembali membaca buku, namun ia terkejut melihat cangkirnya terangkat dan pandangannya tertuju pada Evan.

     "Lah kok lu minum susu punya gua?" tanya Indra.

     "Ck aaaaahhhhh, enyaaaakkkkkk, bagii dikitt sih!" kata Evan sambil menjilat bibir atasnya memberi isyarat nikmat.

     "Sana bikin sendiri." kata Indra.

     "Males ah, jauh jaraknnya, jadi yang ada di depan mata aja gua icip dikit." kata Evan dengan gaya nyengirnya.

     "Yaelah tinggal berdiri jalan ke dapur aja, dasar pemalas." kata Indra.

     "Kalo lagi males tuh berasa jauh banget jaraknya ke dapur Ndra, kayaknya tuh gua harus menempuh perjalanan ribuan kilometer, naek angkot dulu, trus nyambung naik privat jet, pas mendarat gua nyambung lagi naek beca, belum lagi nanti ngantri tiket kereta, pokoknya berasa jauh deh jaraknya." kata Evan.

     "Hayalan lu luar biasa, orang dapur ada di belakang lu aje.!" kata Indra. Sementara Evan dengan mulut komat kamit hanya memandang Indra dengan tatapan ngedumel.

     "Eh Yas denger musik dari hanphone lu dong..!" kata Evan.

     "Emang lu mau lagu apa? Ah ntar minta nya yang aneh-aneh lagi, males gua!" jawab Yasa.

     "Nggak, gua minta lagunya Shawn Mendez dong." kata Evan.

     "Judulnya? Gua gak banyak lagunya doi, cuma punya sedikit." kata Yasa sambil membuka handphonenya.

     "Itu yang nyanyinya badak dan ikan!" kata Evan. Sementara Yasa bingung memandang Evan.

     "Ohh gua tau, itu yang judulnya Treat You Better." sahut Indra.

     "Emang ada gitu kalimat badak dan ikan nya?" Tanya Yasa heran.

     "Sekilas doang pas di reff nya mirip kata-katanya, padahal lyiric nya bukan itu." Sahut Indra.

   "ITU BETTER THAN HE CAN...!!! PANJUL!! BUKAN BADAK DAN IKAN!" kata Yasa kesal sambil membuat gerakan seperti ingin melempar handphonya ke arah Evan.

     "Ohh udah dirubah ya lyric nya? Sabar Pakkk, jan emosiii, ntar henpon mahalnya yang bisa beli gerobak cilok itu retak loh! Daripada di lempar mendingan buat gua. hehehehe" kata Evan sambil melindungin wajahnya dengan tangan. Kemudian Yasa kembali melihat handphonya dan memasang lagu permintaan Evan. "Lagian percuma yak, henpon bagus gitu kagak ada pulsanyaa." kata Evan berbisik pada Indra.

     "Ngomongin apaan lu!" kata Yasa.

     "Ehh nggak kok, cuma bilang, handphond lu keren,  suaranya jernih." Kata Evan dengan wajah nyengirnya.

     "Hmm.... penjilat! bisa aje lu kulit lumpia!" jawab Yasa. Namun Evan kembali melihat wajah Yasa dengan mulut komat kamit.

JINGGA (Bab 1 s/d Bab 38) ENd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang