BAB 35

3.2K 202 14
                                    

     Saat sampai di pemakaman Aldo dan Yasa mencari makam Jingga, setelah tiba mereka duduk di samping makam. Perlahan Aldo membuka bungkusan plastik berisikan kelopak bunga beraneka warna, suasana sore itu tidak begitu ramai, namun ada beberapa petugas kebersihan yang sedang merapihkan rumput liar di beberapa pemakaman.

Dengan pandangan sedih dan mata yang berkaca-kaca Aldo menyiramkan air mawar ke area tanah. Kemudian mereka menunduk sambil berdoa. Tak kuasa menahan sedih akhirnya tangisan Aldo pecah.

Yasa berusaha menenangkannya sambil mengusap usapkan punggung Aldo. Air mata Aldo menetes deras, dengan isak tangis yang menggebu-gebu Aldo mengusap batu nisan makam yang ada di hadapannya.

     "Udah Al..., lu sabar, yang penting kita disini mendoakan agar Jingga bisa tenang." Kata Yasa yang tetap mengelus pinggungnya Aldo berusaha menenangkan.

     "Tapi Yas, gua merasa bersalah." kata Aldo sambil menangis.

     "Gak usah merasa bersalah, mungkin ini sudah jalanNYA. Sekarang gua tanya sama lu, sebenarnya lu sayang gak sama Jingga?" Tanya Yasa.

     "Sayang banget Yas.…"

     "Kalo sayang berarti lu bisa mengikhlaskan dia, lu selalu berdoa untuk Jingga aja udah termasuk sayang dan bagus kok. Gua ngerti kok sama perasaan lu, tapi gua juga yakin, kalau Jingga juga pasti sayang sama lu." kata Yasa. Kemudian Aldo mengangguk dan mengusap air matanya, perlahan Aldo menaburkan kelopak bunga di tengah-tengah pusaran makam Jingga. Aldo pun juga membantu menaburkan bunga yang harum sambil terus berdoa dalam hati. "Ya udah yang penting lu sudah datang kesini, Jingga juga pasti senang kok." kata Yasa.

      "Maafin aku ya Jingga, kamu yang tenang disana, aku mohon, jangan gangguin teman-teman aku lagi, kita semua sayang sama kamu. Kamu seperti warna Jingga di sore hari yang cantik. Sama seperti nama mu. Kamu selalu menghangatkan dan tetap membahagiakan. Kamu akan selalu ada di hati aku untuk selamanya. Izinkan aku menyimpan buku diary kamu ya. Aku akan selalu berdoa untuk kamu." kata Aldo sambil mengusap batu nisan di makam Jingga.

     "Ya sudah, yuk kita pulang, sebentar lagi gelap." Ajak Yasa. Kemudian Aldo dan Yasa pergi meninggalkan makam Jingga yang penuh dengan taburan bunga warna - warni.

Saat masuk ke dalam mobil Aldo menyalakan mesin mobil sambil mengusap wajahnya.

     "Ya udah kan, lu udah lega.., trus sekarang lu laper gak? kita beli makan yuk! Gua sekalian mau beliin makanan buat Evan dan Indra." kata Yasa.

     "Iya, makasih ya Yas, lu emang teman terbaik gua, makasih udah mau bantuin gua, nasehatin gua. Tapi.……"

     "Kenapa lagi? tanya Yasa binggung.

     "Lu inget kan cerita gua saat gua mimpi ketemu Jingga trus dia kasih sesuatu sama gua?" tanya Aldo.

     "Eeehh... iya, emang kenapa?"

     "Gua seperti menemukan sebuah petunjuk." kata Aldo.

     "Petunjuk apa?" tanya Yasa heran.

     "Nanti gua ceritain kalo udah sampe di tempat makan, skarang kita jalan dulu ya, takut kena macet." jawab Aldo. Kemudian Yasa mengangguk bingung dengan ucapan dari Aldo. Akhirnya mobil Aldo pergi meninggalkan halaman makam menuju rumah makan.

     Setelah membeli makan Yasa dan Aldo tiba di depan kostan. Yasa hanya terdiam mendengar ucapan Aldo.

    "Lu yakin sama yang lu omongin?" tanya Yasa.

    "Yakin Yas, gua masih inget di dalam mimpi itu. Setelah bangun tidur gua lansung mencatat mimpi itu di memo handphone gua " kata Aldo.

    "Waduh, sampe se begitunya?" tanya Yasa.

     "Iya gua takut lupa makannya gua langsung nulis di memo, setiap gua keinget sesuatu atau melihat kejadian sesuatu pasti gua langsung catat di memo handohone." jawab Aldo. Sementara Yasa hanya mengangguk tanda mengerti.

     "Ya sudah, yuk kita turun." ajak Yasa.

     "Hmmm.. gua balik aja deh Yas." kata Aldo.

     "Ah mana bisa begitu! Pokoknya lu harus makan bareng sama kita, baru lu pulang, istirahat dulu lah, atau lu cuci muka dulu kek, istirahat sebentar." ajak Yasa.

Tak lama Aldo mengangguk dan mereka turun dari mobil. Saat tiba di teras depan, Indra membuka pintu dan melihat Yasa dan Aldo datang membawa makan malam, menyuruh mereka masuk ke dalam. Sementara Yasa dan Aldo saling menatap dan masuk ke dalam.

     "Wahh lu beli apaan Yas?" tanya Evan yang keluar dari kamar sambil membantu menyiapkan gelas dan piring makan.

     "Ini, tadi gua sama Aldo beli sate ayam, kita makan sama-sama ya." kata Yasa.

Mereka menikmati makan malam bersama sambil mengobrol masalah kuliah dan games. Suasana malam itu terasa hangat seperti persahabatan yang abadi. Dengan kekonyolan Evan mereka melihat Evan menikmati sate ayam dengan mulut yang ternoda oleh bumbu kacang.

     "Lu berantakan banget sih makan sate! Kaya anak TK lu makannya! Hahahahaha." kata Yasa.

     "Biasanya gua tuh dagingnya gua pisahin dari lidi nya, soalnya gua suka ketusuk-tusuk makan sate pake lidi." kata Evan sambil mengunyah.

     "Lu pake susuk yak?" canda Yasa.

     "Kagak lah, buat apaan gua pake gituan! Emang dari sononya gua udah ganteng! Yah boleh di bilang mirip lah sama Aldo, yekan Al?" canda Evan.

     "Aldonya gak mau di samain sama lu Yas. Geli katanya hahahahahahha." sahut Indra. Mereka pun tertawa bersama menikmati makan malam.

Setelah makan dan beristirahat Aldo pamit untuk pulang, Yasa dan Evan mengantarkan Aldo sampai ke pintu pagar.

     "Makasih ya Yas udah di temenin, makasih juga buat keseruan hari ini. Gua pamit dulu, besok kita ketemu di kampus lagi." kata Aldo.

     "Siap! sama-sama Al, ati-ati lu pulangnya." sahut Yasa.

     "Oh ya Van!" kata Aldo.

     "Apaan Al?" jawab Evan.

     "Besok pisahin kue dagangan nya lima ya, buat gua sarapan." Kata Aldo sambil membuka pintu mobil.

     "Beresssssssss Allldooo.. Besok gua pisahin pesenan lu hehehehe." Jawab Evan sambil tersenyum. Kemudian Mobil Aldo meninggalkan mereka di depan pagar.

     "Gembok Van pagernya." kata Yasa sambil membalikkan badan dan berjalan di garasi.

     "Yass.… Yassss.…." kata Evan dengan sedikit gugup."

     "Apaan lagi sih!" tanya Yasa menengok ke arah Evan.

     "Tuhhh si pencot lewat! anjing yang waktu kemaren nguber kita. Masa dia ngeliatin kita sambil jalannya miring gitu sih, sonong banget gayanye." kata Evan. "

     "Songong, bukan sonong Van! Ya udah sih dia juga gak ganggu kita, cuma mau kenalan aja." jawab Yasa. Tiba-tiba anjing itu menggonggong sambil menatap Evan.

     "Apa lu pencot! Berani nya gonggong doang! Sini kalo berani!" kata Evan menantang anjing itu. Namun saat Evan menengok ke belakang Yasa masuk ke dalam dan menutup pintu depan. "Wah jangan-jangan gua mau di konci lagi nih.

"YASAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!" teriak Evan. sementara anjing itu masih tetap menggonggong di depan pagar.

 sementara anjing itu masih tetap menggonggong di depan pagar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*hanya sebuah gambar ilustrasi.

JINGGA (Bab 1 s/d Bab 38) ENd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang