BAB 14

4K 279 15
                                    

     Jam menunjukkan pukul setengah dua pagi, suasana di kamar benar-benar senyap, terdengar hembusan kipas angin yang meredam suara kesepian di ruangan kamar. Yasa, Indra dan Evan tertidur dengan lelap. Namun tiba-tiba seperti terdengar aktivitas di ruang makan. Dengan mata masih terpejam Indra mendengar suara seperti aktivitas di ruang makan. Matanya pun mulai membuka, melihat sekeliling ruang kamar dan teman-temannya. Perlahan Indra menggerakkan tubuhnya untuk berusaha duduk di kasur. Ia pun kemudian beranjak dari kasur, membuka pintu kamar secara perlahan-lahan. Matanya sekilas melihat sekeliling ruang depan, hanya terlihat lampu ruang makan yang masih menyala. Ia pun membuka pintu kamar dan berjalan menuju dapur untuk mengambil gelas.

Saat ia menunduk membuka kulkas, ia menghetikan pergerakan tubuhnya, ia merasa dari belakang tubuhnya seperti ada yang berdiri menghampirinya. Perlahan ia menutup pintu kulkas dan berdiri tegak. Mata nya melirik ke sebelah kanan, keringatnya mulai menetes dan merinding dengan suasananya. Ia pun memberanikan diri menengok ke belakang. Namun ia hanya melihat pintu kamar. Indra tak sadar di hadapannya berdiri sososk gadis dengan rambut sedikit acak berlinangan darah menyender pada pintu kulkas. Saat Indra kembali menoleh ke arah kulkas bayangan itu sekelebat menghilang.

       Kemudian Indra meletakkan gelas di atas meja, namun ia melihat buku diary yang tertutup rapat ia sempat berfikir sesuatu di dalam hatinya.

      "Perasaan tadi bukunya kebuka deh, trus kenapa masih disini? hmm.. Mungkin pada lupa masukin bukunya ke laci meja kamar kali." gumam Indra. Ia pun meraih buku diary nya. Saat ia mengambil buku itu, terdengar seperti suara isak tangis. Indra terdiam memfokuskan dari mana arah suara tangisan itu. Namun suara itu kembali menghilang. Perlahan Indra membalikkan badan, ia melihat seperti ada yang masuk ke dalam kamar kosong di ujung ruangan. Indra pun penasara dan memberanikan diri menghampir kamar kosong itu sambil membawa buku diary nya. Namun tetap senyap tak ada suara apapun. Saat ia membalikan badan ia melihat Evan sedang menunduk membuka kulkas. Nafas nya sedikit lega.

     "Tumben lu berani keluar kamar malem-malem gini?" sapa Indra.

Namun tak ada jawaban. Indra hanya mengangkat pundaknya merasa dicuekin sikapnya. Namun ia tetap terlihat santai dan masuk ke dalam kamar. Saat membuka laci meja belajar mata dan memasukkan buku diary nya, Indra membelak terkejut. Degup jantung nya berdetak kencang, perlahan ia menoleh ke arah kasur, ia melihat Evan sedang tertidur pulas dengan gaya seperti kayang.

       "Trus yang barusan gua liat buka kulkas itu siapa???" katanya dalam hati. Perlahan indra menghampiri Evan, melihat gaya Evan yang tertidur kayang, Indra meyakinkan dirinya untuk menyentuh kaki Evan dengan tangannya.

     "Aduuhhh! sialan ya tangan gua ditendang, kaget gua!" Dengan terkejut melihat reaksi kaki Evan yang memendang tangannya. Tapi Indra yakin bahwa yang di hadapannya adalah temannya. Indra menarik nafas panjang berusaha menenangkan diri. Indra pun kembali ke kasur untuk beristirahat.

     Pagi hari sangat cerah, Yasa terbangun dan segera mandi. Sementara Indra dan Evan masih tertidur dengan pulas. Setelah mandi Yasa keluar kamar dan membuka pintu depan, menghirup udara pagi yang segar. Ia pun mengambil sapu untuk menyapu lantai, setelah itu ia membuat secangkir susu cokelat dan duduk di bangku teras. Tak lama Evan keluar kamar sambil menggaruk-garukkan kepalanya. Ia pun menghampiri Yasa sambil menguap dan menghirup udara segar.

      "Indra mana?" tanya Yasa.

     "Masih tidur doi!" jawab Evan ikut duduk di bangku teras menikmati pemandangan halaman di pagi hari.

     "Hari ini kita ada kelas siang ya? Haduh males banget gua kalau jalan ke kampus siang-siang." kata Evan.

     "Yah mau gimana lagi, emang jadwalnya ada kelas siang. Eh mau sarapan apa nih kita?" tanya Yasa.

JINGGA (Bab 1 s/d Bab 38) ENd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang