BAB 22

3K 248 2
                                    

     Saat Aldo berjalan menuju toilet di ujung lorong, Yasa berlari dan menghampirinya.

     "Eh lu mau ke toilet juga?" tanya Aldo.

     "Nggak sih, gua cuma mau tanya sesuatu sama lu, cuma gua gak mau tanya di depan anak-anak."

     "Mau tanya Apa?" tanya Aldo. Kemudian mereka sampai di depan toilet.

     "Lu masuk dulu deh, gua nunggu di luar." kata Yasa.

     "Oke, bentar ya gua masuk dulu." kata Aldo. Kemudian ia masuk kedalam toilet dan mengunci pintunya. Sementara Yasa menunggu di depan toilet sambil bolak balik, tak lama Aldo keluar sambil mengeringkan tangannya yang basah setelah cuci tangan.

     "Ehh... kita ngobrol berdua sebentar boleh?" Tanya Yasa.

     "Boleh." Jawab Aldo. Kemudian mereka duduk di bangku dekat lorong kelas. "Mau tanya Apa? Kayaknya serius banget?" tanya Aldo.

     "Hmmm.. gua langsung to the point aja ya, hmm.. lu pernah kenal sama yang mananya Jingga?" tanya Yasa. Aldo pun sedikit terkejut dengan pertanyaan yang di lontarkan pada Yasa.

     "Ehh... Ia. kenal... Lu juga kenal?" tanya Aldo dengan sedikit panik.

     "Hmmm.. nggak sih, cuma gua taunya dari  buku diary dia..." kata Yasa.

     "Hah? Buku diary Jingga? Kok bisa?" tanya Aldo bingung.

     "Jadi gini, gua sama Yasa, dan Indra nge kost di salah satu rumah di belakang kampus, kan gua pernah kasih tau lu, nah di rumah itu ada tiga kamar,  cuma satu kamar itu gak di sewain sama Ibu kost, alesannya itu gudang, pada suatu hari….."

     "Oh jangan-jangan lu kost di rumah yang pagarnya warna abu-abu itu ya?"

     "Banyak yang abu-abu di komplek itu." jawab Yasa.

     "Hmmm, yang depan rumahnya suka ada Mbak-Mbak ngobrol di depan rumah mereka kan?" Trus yang sebelah rumah abu-abu itu pagar hitam? Bentuk rumahnya kaya model jaman belanda gitu, maksudnya bukan rumah modern." Kata Aldo.

     "Nahhh iaa bener! Berarti lu paham kan kita tinggal distu?"

     "Wah bukannya itu rumahnya Jingga?" tanya Aldo.

     "Iya tapi di kostin, nah Ibunya tinggal di sebelah rumah. Singkat cerita gua sama anak-anak pernah nemu buku diary nya, kenapa kita ambil buku itu? Karena selama kita tinggal disitu tuh suka didatengin sosok yang seperti Jingga." kata Yasa.

     "Lu tau dari mana wajahnya Jingga?" tanya Aldo.

     "Ada fotonya di kamar kosong itu, trus di buku diary nya juga ada beberapa foto, termasuk foto lu. Nah maaf nih sebelumnya, lu pernah suka ya sama dia?" tanya Yasa. Namun Aldo terdiam, pandangannya seperti membayangkan sesuatu.

     "Hmm. iya, dulu dia itu adik kelas gua."

     "Iya gua tau kok, soalnya Ibunya yang cerita sama gua."

     "Emang Ibunya bilang apa? Pasti marah sama gua."

     "Hmmm... gua gak tau  deh, tapi waktu kemarin Ibunya Jingga cerita sih cuma marah sama si Jingga nya karena waktu itu dia nekat pergi hujan-hujanan." kata Yasa. Namun Aldo terdiam menunduk, matanya merah dan berkaca-kaca menahan air mata.

     "Iya sebenarnya gua suka sama Jingga, tapi.…., dia lebih memilih orang lain yang baru dia kenal dari sosial media. Trus dia minta temenin untuk ketemuan sama cowok itu. Mungkin Jingga hanya merasa nyaman sama gua karena cuma gua yang ngertiin perasaan dia saat itu. Jingga seperti kehilangan arah saat Bokapnya meninggal, jadi dia mungkin menganggap gua teman terbaik nya. Tapi gua sayang sama dia."
      "Trus?" tanya Yasa.

      "Trus dia jujur kalau lagi deket sama cowok itu, nah pada saat itu…………….."

JINGGA (Bab 1 s/d Bab 38) ENd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang