BAB 27

3.1K 238 19
                                    

     Pagi itu seperti biasa setelah mengambil dagangan milik Ibu kost yang akan di jual di kampus, Yasa, Indra, dan Evan bertemu dengan Mbak - Mbak depan kostan.

     "Selamat pagi Mas-Mas ganteng, wah udah pada wangi banget nih." kata Mbak pertama.

     "Pagi Mbak? lagi nunggu siapa Mbak?" tanya Yasa sambil tersenyum.

     "Biasa, lagi nunggu tukang sayur langganan kita." jawab Mbak ke dua.

    "Oh gitu, ya sudah kita pamit dulu ya Mbak." kata Yasa.

    "Iya, eh itu apa yang di bungkusan?" tanya Mbak ketiga.

    "Oh ini dangangan punya Ibu Kos, Mbak mau beli? Kue ini enak loh." kata Evan.

    "Ohh sekarang Ibu kost bikin kue ya? Wah nanti deh saya bilang sama majikan saya, kali aja mau beli." kata Mbak pertama.

     "Iya bener ya Mbak, bilang suruh pesen gitu, enak loh kue buatan Ibu kost kita." kata Yasa tersenyum.
Kemudian mereka pamit untuk berangkat ke kampus.

Sampai di kelas seperti biasa banyak yang membeli kue dagangan Ibu kost, dengan semangat Yasa di bantu Indra melayani teman-temannya. Tak lama Aldo datang dan duduk di samping Yasa.

     "Yas, nanti kita perlu bicara, tapi nanti aja ya." kata Aldo. Dengan wajah bingung Yasa mengangguk tanda menyetujui. Tak lama Icha dan Vika datang ke dalam kelas.

     "Ayooo siapa lagi yang mau beli sarapan? Biar belajarnya makin semangat! Enak loh kue nya." kata Evan menawarkan di dalam kelas, bahkan ada beberapa anak dari kelas lain yang masuk ke dalam kelas mereka untuk membeli kue dagangan.

     "Van, masih ada gak kue nya?" tanya Aldo.

     "Ada dong, lu mau berapa Al? mau yang mana aja?" tanya Evan dengan wajah semangat. Aldo pun beranjak dari duduknya dan membeli beberapa kue dagangan.

    "Eh jidat lu kenapa? kok kayak benjol gitu?" tanya Aldo.

     "Nohhh...! Kelakuan si obeng kembang! Dia masuk ke kamar pas gua lagi ambil koin di depan pintu kamar, jadinya gua kepentok pintu deh. Masih puyeng dikit nih." Jawab Evan sambil menatap Yasa dengan mulut komat kamit.

     "Waduhh masih jual derita? minta perhatian? Apa perlu gua telfon ambulance?" canda Evan dengan gaya cengengesan.

Tak lama Dosen pembimbing masuk dan semua siswa bubar ketempatnya masing-masing, hanya tinggak Evan yang sibuk membereskan dagangannya.

     "Apa itu?" tanya Dosen pembimbing sambil menatap Evan dan meletakkan buku di meja depan.

    "Ini Pak, dagangan saya, eh.. maksudnya dagangan punya Ibu kost saya, cuma niat bantuin jualin aja kok Pak, lumayan buat sarapan anak-anak." kata Evan sambil merapihkan di dalam tas.

     "Coba bawa kesini!" kata Dosen pembimbing dengan wibawanya, sementara Evan hanya menengok ke arah Yasa dan Indra. "Ayooo bawa sini!" sambung Dosen pembimbing. Kemudian dengan gayanya yang sedikit gugup Evan membawa bungkusan dagangan ke depan meja Dosen.

     "Pak saya mohon, jangan di sita dagangan saya, sumpah Pak saya cuma niat bantuin dagangan Ibu kost, selain mendapat keuntungan yang sedikit juga mendapat pahala Pak." kata Evan dengan wajah sedikit sedih.

     "Taro bungkusan Itu di sini!" kata Dosen pembimbing sambil menunuk ke arah mejanya dengan penggaris.

     "Tapi Pakkk.……."

     "TARO DI MEJA SAYA!" kata Dosen pembimbing dengan nada lantang dan tatapan melotot memandang Evan.

     "Ehh iya Pak." Jawab Evan, dengan gugup Evan meletakkan bungkusan makanan di atas meja dan melirik ke arah Evan dan Yasa memberi kode mengangkat alisnya.

     "Saya mau tanya sama kamu, apa cita-cita kamu?" tanya Dosen pembimbing.

     "Hmm.. kenapa Pak?" tanya Evan bingung.

     "JAWAB PERTANYAAN SAYA!" kata Dosen pembimbing dengan tegas menatap Evan. Dengan wajah pucat Evan sedikit menunduk.

     "Hmm.. Anuu.. Pak..  hmm.. penjinak bom." kata Evan. Sontak membuat satu kelas menahan tawa dengan jawaban Evan.

     "Apa hubungannya dagang sama penjinak bom?" Tanya Dosen pembimbing.

     "Eehh bukan Pak, maksud sayah, kalo saya punya cita-cita jadi pebisnis, maap Pak Tadi gugup jawabnya." kata Evan dengan mulut komat kamit.

     "Hmmm.. Pebisnis ya?  Coba kalian lihat! Ini adalah salah satu contoh bahwa seorang dengan kegigihan mau berjualan apapun demi memenuhi kebutuhan hidup dan membantu sesama! Kalian harus punya jiwa seperti ini! Karena masa depan bangsa ini hanya kalian lah yang dapat merubah menjadi lebih baik. Inilah yang bisa membuat perekonomian bangsa ini jadi lebih maju! Siapa lagi yang dapat merubah bangsa ini jadi lebih baik kalau bukan semangat dari para pemuda seperti kalian!"

Sontak satu kelas bertepuk tangan dengan riuh mendengar nasihat dari Dosen pembimbing.

     "Ah Bapak bisa aja, saya sampe deg-degan, jantung saya berasa kaya naek kemedi puter!" jawab Evan dengan mengelus lengan Dosen Pembimbing.

     "Eh kamu ngelap kotoran ke baju saya ya?" tanya Dosen pembimbing.

     "Nggak Pak, cuman ngebersihin debu - debu masa lalu yang mengendap biar gak masuk ke pori-pori kulit Bapak." kata Evan sambil tersenyum membersihkan kemeja Dosen pembimbing.

     "Ya udah sana, kamu duduk!" kata Dosen pembimbing.

     "Tapi Pak.…..?" tanya Evan dengan gugup sambil menunjuk ke bungkusan dagangan yang berada di atas meja.

     "Biar saya beli sisa kuenya semua." kata Dosen pembimbing.

     "SERIUS PAK?" tanya Evan terkejut. Dengan wajah menatap Evan Dosen pembimbing mengangguk. " Ihh Bapaak baik banget deh... makasih banyak ya Pak." sahut Evan sambil mencubit pipi Dosen pembimbing.

     "Ishh! Apa ini! Sana duduk!" kata Dosen pembimbing sambil menahan tangan Evan dan menyuruhnya duduk dengan tatapan tegas.

Dengan mulut komat kamit dan jalan menjinjit Evan kembali duduk di bangkunya dan memberikan tanda jempol pada Indra dan Yasa. Mereka pun membalas tanda jempol pada Evan. Namun Saat Yasa memberikan balasan tanda jempolnya Evan langsung terdiam dan buang muka dengan mulut komat kamit sambil mengelus bejolnya yang terletak di keningnya.

     "Baiklah kita lanjutkan mata kuliah ini, saya akan beri beberapa pertanyaan untuk mengevaluasi pelajaran, yang bisa menjawab boleh tunjuk tangan, saya akan memberikan satu hadiah kue secara gratis!" kata Dosen pembimbing. 

     "Horeeeeeee!!!!!" Sontak satu kelas merasa bahagia dengan ucapan dan janji dari Dosen pembimbing.

JINGGA (Bab 1 s/d Bab 38) ENd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang