Minggu pagi yang sejuk setelah semalaman hujan turun membuat Indra dan Evan masih tertidur dengan pulas, sementara Yasa sedang membuat secangkir kopi susu dan duduk di teras depan menikmati udara pagi yang sangat segar. Terlihat beberapa penjual mendorong gerobaknya melewati jalan komplek. Tak lama petugas sampah datang, Yasa pun meletakkan cangkir nya di meja dan membuka pagar. Saat bersamaan Ibu kost juga sedang menyapu garasi.
"Pagi Bu.…" Sapa Yasa.
"Pagi, eh udah bangun, yang lain pada kemana?"
"Masih pada tidur kayaknya."
"Iya semalam hujan turun deras, jadi pasti masih pada nyenyak ya tidurnya." kata Ibu kost tersenyum. Namun sesaat terlihat Evan keluar sambil menggeliat tubuhnya dan menghirup udara pagi.
"Pagi Bu.." sapa Evan.
"Pagi.…. Eh panjang umur, baru Ibu tanya hehehe." kata Ibu kost, Yasa menoleh ke arah Evan yang sedang duduk di teras, dan kembali menengok ke arah Ibu kost. Tak lama petugas sampah berpamitan pada Yasa dan Ibu kost.
"Terimakasih ya Pak!" kata Yasa dengan wajah tersenyum.
"Kalian udah sarapan?" tanya Ibu kost.
"Belum Bu, paling nanti bikin roti bakar aja, oh ya Bu, maaf sebelumnya, apakah saya boleh tau dimana makam Jingga?" tanya Yasa sambil memegang pagar.
"Makam nya dekat sini juga kok, cuma harus naik kendaraan umum, tapi gak jauh dari perumahan ini. Itu yang di sebrang dekat warung makan besar itu." kata Ibu kost. "Memang ada apa kamu tanya Makam anak saya?" tanya Ibu kost.
"Hmm.. gini Bu, apa Ibu masih inget sama temannya Jingga yang sebelum kejadian mereka pergi?" tanya Yasa. Ibu kost terdiam sambil berfikir.
"Memang kenapa sama dia?" tanya Ibu kost.
"Namanya si Aldo, apa Ibu masih ingat?"
"Oh si Aldo, iya Ibu ingat, dia yang naik motor bersama Jingga kan?" tanya Ibu kost.
"Iya Bu."
"Apa kamu kenal sama dia? Kok Gimana kondisinya sekarang?" tanya Ibu kost.
"Kenal Bu, dia ternyata baru pindah ke kampus saya. Satu kelas juga kok. Aldo baik bu kabarnya, cuma masih trauma atas kejadian itu." kata Yasa.
"Jadi si Aldo itu yang ngajak pergi si Jingga ya?" tanya Ibu kost.
"Bu.. bukaan Bu, justru yang memaksa pergi itu Jingga untuk menemaninya bertemu seseorang dan menyelesaikan masalah. Tapi karena cuaca hujan deras, Aldo kehilangan kendali hingga..." Yasa terdiam melihat raut wajah Ibu kost yang terasa sedih. "Maa.. Maaf bu, kalau saya harus mengingatkan kejadian itu.
"Jadi bukan si Aldo itu yang mengajak anak saya pergi saat hujan?" tanya Ibu kost."Bukan Bu, justru si Also sudah melarangnya, tapi Jingga memaksa agar Aldo menemaninya untuk bertemu seseorang. Aldo memang menyukai Jingga, tapi, Anak Ibu sepertinya lebih memilih orang lain. Karena Aldo merasa sayang pada Jingga, akhirnya tak bisa menolak keinginan Jingga untuk pergi."
"Memang si Jingga itu sedikit keras kepala, Ibu pun sudah melarangnya pergi.
"Suatu saat nanti, apabila Aldo ingin bertemu Ibu, apakah Ibu mau menemuinya tanpa rasa dendam?" tanya Yasa. Ibu kost terdiam dan mengangguk dengan senyum kecilnya.
"Eh ya sudah Ibu masuk dulu ya, takut Jaka bangun minta sarapan." kata Ibu sambil menutup pintu pagar. Yasa mengangguk sambil menatap Ibu kost yang penuh iba. Kemudian Yasa menutup pintu pagar dan berjalan menuju teras. Namun ia terkejut melihat kopi susunya yang sudah habis tak tersisa.
"EVAAAAAAAAAAAANNNNNN!!!!"
*hanya gambaran ilustrasi
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA (Bab 1 s/d Bab 38) ENd ✔️
HorrorTiga mahasiswa bernama Yasa, Indra dan Evan yang menempati kostan dengan bangunan yang terlihat tidak begitu modern. Di dalam kostan itu ada sebuah kamar yang selalu di kunci dan tidak di sewakan. Mereka menduga itu adalah gudang penyimpanan, namun...