BAB 8

4.6K 325 0
                                    

     Pagi itu mereka terbangun dan bersiap-siap untuk berangkat kuliah, saat mereka keluar dan menutup pagar terlihat mbak-mbak sebrang kostan sedang menyapu dan bersendau gurau.

     "Pagi mas-mas ganteng, seger banget hari ini." canda mbak pertama.

     "Hehehe, iya dong kan mandi pagi." jawab Evan tersenyum. Tiba-tiba anak majikan yang digendong mbak ke dua menangis melihat Indra.

     "eeh kamu kenapa sayang?" tanya mbak ke dua. Anak itu dengan wajah sedikit ketakutan menatap Indra. Yasa dan Evan bingung saling menatap.

     "Kenapa sama om Indra? jelek ya mukanya?" canda Evan. Indra menyikut tangan Evan. Namun. anak itu seperti ketakutan dan membuang muka.

     "Eeh ya udah kita pamit dulu ya mbak, dadah adekkk!" kata Evan.

Mereka pun dengan sedikit bingung memandang anak itu dan melihat Indra.

     "Emang ada yang salah ya sama muka gua?" tanya Indra. Evan dan Yasa menatap muka Indra.

     "Gak ada kok, muka lu nyeremin kali!" canda Evan sambil tertawa. Indra menggelengkan kepala dan mereka melanjutkan perjalanan menuju kampus.
     Setelah jam kuliah selesai Indra pergi ke perpustakaan bersama Yasa dan Evan. Mereka mencari buku untuk mengerjakan tugas mereka. Terlihat di samping Indra ada dua anak kuliah menatapnya dengan sedikit takut kemudian pergi. Indra merasa bingung, lalu saat Evan dan Yasa menghampirinya Indra mengajak mereka keluar perpustakaan.

     "Apaan sih Ndra? kaya nya serius amat." kata Yasa.

     "Eh gua mau tanya, hari ini emang ada yang salah ya sama penampilan gua?" tanya Indra hera.

     "Gak ada kok, coba gua liat mata lu?" tanya Evan mendekatkan wajahnya ke Indra.

     "Ihh apaan sih lu deket-deket ke muka gua!" elak Indra.

     "Yee kagak, tadi gua mau liat apa di mata lu ada kotoran mata atau apa gitu." jawab Evan.

     "Ya udah sana lu cuci muka dulu biar segeran!" kata Yasa. Indra pun mengangguk dan berjalan menuju toilet. Saat di depan wastafel ia menatap wajahnya di kaca.

     "Ah gak ada yang aneh kok sama gua!" jawab Indra dalam hati kemudian ia mencuci mukanya. Saat Indra menunduk membasuh mukanya terlihat ada sosok bayangan wanita di kaca.
     Jam menunjukkan pukul empat sore, Yasa, Evan dan Indra masuk ke dalam kostan. Setelah mandi mereka menonton televisi, Indra keluar kamar untuk mengambil air mineral, tapi ia terkejut melihat buku diary yang ada di atas meja. Indra pun masuk ke dalam kamar melihat  dirak bawah tv dan melihat Yasa dan Evan.

     "Tadi di antara kalian ada yang bawa buku diary?" tanya Indra penasaran.

     "Nggak, dari tadi kita kan nonton tv disini." kata Evan.

     "Emang kenapa ndra? buku diarynya ilang?" tanya Yasa.

     "Hmm pas gua mau ambil minum gua lihat buku diary nya di atas meja." kata Indra.

     "Ah becanda lu! pas kita tadi pulang kan di meja gak ada buku apa-apa di meja makan!" kata Evan.
Indra keluar, disusul Yasa dan Evan. Mereka melihat buku itu masih berada di atas meja makan.

     "Apa jangan-jangan tadi Ibu kost masuk ke kamar kita?" tanya Yasa.

     "Ya tapi ga bisa gitu dong, itu kan kamar privacy kita, masa Ibu kost maen masuk ke kamar kita!" kata Evan.

     "Iya Yas, jangan nuduh dulu, biasanya kan kalau Ibu kost kesini dia izin sama kita." kata Indra.

     "Iya juga sih, terus siapa dong yang taro buku diarynya disitu?" tanya Yasa. Indra dan Evan saling menatap mengangkat bahu.
Kemudian Indra mengambil buku diary nya dan membuka pintu depan.

     "Lu mau kemana ndra?" tanya Evan.

     "Mau ke rumah Ibu kost, balikin buku ini." kata Indra dan keluar pagar. Namun ia melihat pagarnya di gembok dan Indra masuk ke dalam. Yasa dan Evan duduk di teras depan.

     "Kenapa ndra kok balik lagi?" tanya Evan.

     "Pagernya di gembok, si Ibu pergi kayanya." jawab Indra.

     "Ya udah nanti malam lu balik lagi aja buat kembaliin tuh buku." kata Yasa. Indra pun mengangguk dan masuk ke dalam.
     Hujan rintik membasahi taman dan sekeliling rumah, hawa terasa dingin memberi hembusan dalam setiap sudut. Secangkir teh hangat cukup membuat Yasa santai duduk di ruang makan bersama Indra dan Evan saat mengerjakan tugas. Indra pun membuka pintu depan melihat hujan yang turun sedikit deras kemudian ia menutup pintunya lagi.

     "Masih ujan diluar, gua mau kesebelah tapi kayanya Ibu kost belum pulang." kata Indra.

     "Emang lampu terasnya mati?" tanya Yasa. Indra mengangguk dan duduk kembali melihat layar laptopnya. Malam semakin larut, mereka pun beristirahat.
     Indra seperti berada duduk di ruang kosong yang gelap, hanya terlihat cahaya dari atas, entah apakah itu cahaya bulan atau cahaya lampu, ia pun merasa sesak berada di ruang tertutup itu, dan melihat ada sebuah bangku anyaman. Perlahan ia berdiri dari duduknya menuju bangku anyaman itu, namun saat Indra menghampiri ia melihat ada sosok wanita yang menunduk berdiri di sudut ruangan. Ia berusaha menegaskan namun tak tampak jelas raut wajah wanita itu, perasaannya sedikit khawatir dan terkejut mendengar suara bisikan dari samping telinganya, matanya melirik ke kiri memastikan seperti ada yang sedang menghampiri namun tak ada siapapun di sampingnya. Saat Indra kembali melihat depan ia terkejut dengan tatapan mata yang tajam dan seram. Indra terbangun! Nafas nya ter engah-engah, menarik nafas panjang, melihat sekeliling ruangan yang ternyata ia bermimpi. Indra pun keluar kamar menuju dapur mengambil gelas dan membuka kulkas untuk mengambil sebotol air mineral dingin. Ketika menutup dan berdiri ia tak sadar ada yang sedang memperhatikannya. Air di teguk untuk menenang kan jiwanya yang tegang, namun terdengar seperti nafas dari arah dapur. Mata nya melirik ke belakang namun tak ada siapapun di belakang.
Kemudian Indra kembali ke kamar dan merebahkan diri memejamkan matanya untuk beristirahat.
     Pagi itu Yasa, Indra dan Evan sarapan di ruang makan. Mereka duduk santai menikmati udara pagi yang segar dan angin yang berhembus dari pintu depan yang terbuka.

     "Akhir-akhir ini gua mimpi aneh terus deh." kata Evan.

     "Emang mimpi apa?" tanya Yasa.

     "Gua mimpi ketemu cewek yang minta tolong gitu.." Jawab Evan menikmati secangkir teh hangat.

     "Gua juga!" kata Indra. Evan dan Yasa menatapnya dengan serius.

     "Elu mimpi apaan Ndra?" tanya Evan.

     "Gua kaya di datengin seseorang wanita, cuma gua gak jelas wajahnya." jawab Indra.

     "Oh semalem gua ngerasa lu masuk ke kamar dari mana tuh?" tanya Yasa.

     "Ya itu! abis gua mimpi terus gua kaget kebangun terus ambil minum." jawab Indra.

     "Apa jangan-jangan wanitanya sama ya Ndra kaya di mimpi kita?" tanya Evan.

     "Gak tau deh, abis gua gak lihat wajahnya." jawab Indra.

     "Terus Yas, elu gak mimpi apa-apa?" tanya Evan.

     "Gua semalem mimpi apa yaaa? lupa!" jawab Yasa.

     "Ih sekarang kok makin aneh aja ya suasananya." jawab Evan. Yasa dan Indra pun hanya terdiam saling memandang. Selesai sarapan mereka pergi ke kampus.

JINGGA (Bab 1 s/d Bab 38) ENd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang