BAB 28

3.2K 199 12
                                    

     Semua beranjak dari duduknya saat mata kuliah selesai. Sementara Hanya Yasa dan Aldo yang masih pura-pura membereskan buku.

     "Kalian mau ikut ke kantin gak?" tanya Indra.

     "Kalian duluan aja deh, gua masih mau bahas tugas kuliah sebentar sama Aldo." Jawab Yasa.

     "Kalian ada apa sih? emang gak bisa bahas nya di kantin?" tanya Evan dengan wajah curiga.

     "Udah sono duluan aja, kepo banget sih! Lu kangen sama gua? Sampe gak mau jauh dari gua ya?" jawab Yasa dengan wajah cengengesan.

     "Idihhh.. Ogah banget gua kangen sama lu, ayook anak-anak bebek, kita ke kantin, biarin tinggalin si Yasa di sini." kata Evan sambil merangkul Indra.
Saat semua sudah keluar Yasa segera menghampiri Aldo.

     "Gimana, lu udah baca isi buku diary nya?" tanya Yasa.

     "Udah Yas, sumpah gua sedih banget, gua jadi kangen sama tulisan dia, kangen saat dia natap mata gua, kangen saat dia nungguin gua di kantin sekolah dulu." kata Aldo.

     "Trus lu nangis gak?" tanya Yasa.

     "Ya pastinya lah, gak usah ditanya, namanya gua sayang sama dia. Trus semalem gua mimpi dia."

     "Lu mimpi apa tentang Jingga?" tanya Yasa dengan penuh penasaran.

    "Hmm.. gua mimpi dia nangis dan meluk gua."

    "Tapi serem gak wajahnya?" tanya Yasa.

     "Nggak kok, dia masih cantik seperti dulu, cuma dia nangis, pas gua tanya kenapa dia nangis, dia cuma kasih buku diary itu." kata Aldo.

     "Oh berati mungkin lu yang suruh pegang buku diary nya kali."

     "Mungkin juga, trus sebelum dia pergi dan menghilang dia cuma kasih gua kaya sapu tangan, tapi gua gak tau itu maksudnya apa!"

     "Sapu tangan? maksudnya?"

     "Iya sapu tangan, pas dia pergi menghilang gua mencoba mendekati sapu tangan itu, trus gua ambil. Abis itu gua kebangun, pas gua liat jam sekitar jam setengah tiga. Trus gua coba tidur lagi berharap mimpinya nyambung, eh gak taunya gua gak mimpi lagi." kata Aldo.

     "Emang sapu tangannya warna apa?"

     "Warna hitam, trus ada gambar motif ukiran gitu." kata Aldo, Yasa hanya terdiam sambil berfikir.

     "Lu punya gak sapu tangan kaya gitu?" tanya Yasa.

     "Gak punya, ada juga sapu tangan gua biasanya handuk kecil." jawab Aldo.

     "Trus di buku diary itu apa yang dia tulis? Apa ada keanehan yang ditulis di situ?" tanya Yasa.

     "Nggak ada sih, dia cuma tempelin foto dia, adiknya, bokap sama nyokapnya, trus temen-temennya, dan ada foto gua juga disitu, tapi di akhir buku itu cuma tulisannya tentang rumah, katanya dia gak mau kalau rumah itu di jual." jawab Aldo dengan wajah sedih.

     "Ya udah lu yang sabar ya, gua yakin perlahan semua akan terbuka jalan ceritanya, jadi gua juga harap dia gak ganggu di kostan gua lagi.

     "Yas, gua bisa minta tolong sama lu? Tolong tanyain  sama Ibunya, makam Jingga dimana. Gua mau dateng untuk menaburkan bunga kesukaan dia sama mendoakan dia." kata Aldo.

      "Bunga?"

     "Iya dia suka banget bunga sedap malam, gua juga mau minta maaf sama Jingga, karena gua dia jadi kehilangan nyawa, gua juga mau minta maaf sama Ibunya. Gua harap Ibunya mau memaafkan gua. Karena emang Jingga yang maksa buat pergi. Tapi namanya gua juga kondisinya lagi gak stabil saat menyetir akhirnya Jingga yang ikut jadi korban. Padahal lu tau sendiri kan kalau gua udah nawarin mau ambil helm dulu, dan sempet larang dia pergi demi cowok yang dia mau temui.

     "Hmm… nanti gua coba bantu, ya udah kita ke kantin yuk!" kata Yasa. Kemudian mereka berjalan keluar kelas. "Eh Al, maaf nih, lu tau yang nabrak Kalian gimana keadaanya?" tanya Yasa.

     "Kata nyokap gua sih waktu nanya sama orang-orang yang bantuin kita bawa ke rumah sakit, mobil itu kabur." kata Aldo.

     "Trus kenapa gak di laporin ke polisi?" tanya Yasa.

     "Nyokap gua juga saranin seperti itu, tapi kata orang-orang yang nolongin gua mereka gak sempet catet plat mobilnya, trus kata Ibunya Jingga gak usah di perpanjang masalahnya, mungkin Ibunya sudah mengikhlaskan. Awalnya nyokap gua gak terima karena kejadiannya juga celakain gua sama Jingga, tapi nyokap gua sadar kalau antara gua dan Jingga emang gak lengkap saat berkendara." kata Aldo.

     "Ohh gitu, ya udah, nanti gua coba bantu lu tanyain makam Jingga ya, tapi inget ini rahasia kita berdua aja."

     "Kenapa cuma kita berdua aja yang tau? temen-temen lu gak boleh tau?" tanya Aldo.

     "Gua cuma gak mau temen-temen gua di teror trus, kasian. Gua berharap Jingga bisa kasih petunjuk sama gua."

Setelah sampai di kantin Yasa dan Aldo memesan makan dan duduk bersama teman-temannya.

     "Nahhh ini keluarga minions kumpul! Asikkkk. Dari mana aja sih lu Yas?" tanya Icha.

     "Tau tuh, nih Evan kangen nih sama lu, coba liat dia nakal nih Yas." kata Vika.

     "Nakal kenapa? Eh Van lu bertingkah apa lagi?" tanya Yasa.

     "Itu dia lagi rebutan cemilan sama Aris." kata Vika.

     "Kakak ini tolongin, masa jangung manis sama makaroni pedes saya di rebut sma Evan." kata Aris.

     "Evaaannn.…..! Ayo balikin! Minta maap sama Aris!" kata Yasa.

     "Yahh.… udah abiss gua kunyah tadi, lagian tadi dia lagi ngemil sambil jongkok di pojokan kaya anak hilang, gua pikir dia lagi ngobrol sama rumput, gak taunya dia lagi kunyah cemilan." kata Evan membela diri.

     "Tapi kak saya tadi lagi ngemil sambil main sama semut." kata Aris.

     "Kek bocah aje lu maen pasir sama semut!" jawab Evan dengan mulut komat kamit.

     "Eh sebentar ya, gua mau ke tolilet." kata Indra.

     "Ya udah Ndra hati-hati, di toilet kan serem." kata Evan.

     "Lebih serem liat lu rebutan cemilan!" sahut Indra. Kemudian ia berlari ke arah toilet. Saat masuk ke dalam kamar mandi Indra menutup pintu. Ketika sedang membasuh tangannya ia mendengar ada seseorang yang mengetok pintunya dari luar, Indra pun menoleh ke arah pintu kamar mandi. Namun pantulan wajah Indra masih tetap menatap ke arah kaca sambil tersenyum sinis. Kemudian Indra menunduk menutup keran dan memandang ke kaca sambil melihat wajahnya. Tak berapa lama ia membalikkan badannya menuju pintu, namun Indra terdiam, jantungnya berdetak kencang, perlahan ia menoleh ke arah kaca dan terkejut melihat bayangan wajahnya yang masih terlihat di kaca menatap sinis. Dengang gugup Indra membuka kunci dan berlari keluar. Namun Indra tak meliah ada siapapun di depan kamar mandi.

*hanya gambaran ilustrasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*hanya gambaran ilustrasi

JINGGA (Bab 1 s/d Bab 38) ENd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang