BAB 20

3.3K 204 38
                                    

     Malam itu Yasa, Indra dan Evan sedang duduk di ruang makan menikmati makan malam bersama. Cuaca di luar sedang rintik hujan, membuat hawa terasa dingin. Yasa pun membuat secangkir teh hangat dan meletakkan di meja makan.

     "Ini kue dari Ibu kost buat dagangan ya?" tanya Evan sambil membuka kotak bungkusan itu.

     "Nggak kok, katanya ini oleh-oleh buat kita, lusa Ibu baru buat kue. Mungkin masih capek kali si Ibu." kata Yasa. Tak lama terdengar suara telfon berdering dari dalam kamar.

     "Eh telfon siapa tuh yang bunyi?" tanya Evan.

     "Eh telfon gua kayanya." kata Indra, ia pun segera bergegas masuk ke dalam kamar, ia segera mencabut kabel charge dan mengangkat telfonya. Namun ia bingung melihat ke layar handphone tak ada nama atau pun nomor telfon yang terlihat di layar.

    "Haloo.…. haloo.……" kata Indra.

Namun ia tak mendengar ada yang bersuara, hanya suara nafas yang terdengar di telfon itu.

     "Halloooo.… ini siapa?" tanya Indra lagi. Namum hanya suara tertawa dan kemudian menangis, Indra pun segera menutup telfonya dan meletakkan handphonnya di meja belajar dan kembali ke luar kamar.
Saat Indra keluar kamar ada sosok bayangan yang berjalan dari balik jendela luar.

     "Nih Ndra lu cobain kue nya, enak loh." Kata Evan.

     "Eh jangan di habisin! itu buat Indra! Elu tuh ya Van, maaaaakaaaaaaannnnnn terus!, granyem mulu mulut lu." Kata Yasa sambil menarik bungkusan dan memberikan pada Indra. "Nih Ndra jatah lu, umpetin, keburu di sikat sama si Evan loh."

     "Yaah… kok di geser kotaknya? gua baru makan tiga." kata Evan.

     "Tiga di tangan, lima di pangkuan lu!" kata Yasa. Dengan muka cemberut dan mulut komat kamit Evan menatap Yasa.

     "Eh tadi gua terima telfon tapi gak ada nama atau nomornya loh? Kira-kira siapa ya?" tanya Indra sambil meneruskan makan malam.

     "Hah serius lu? privat number kali?" Trus lu angkat?" tanya Yasa sambil menikmati kue.

     "Sumpah!  kagak ada tulisannya, nomornya juga gak ada, pas gua angkat cuma denger dari suara ketawa trus nangis, tapi nadanya pelan gitu." kata Indra.

     "Iiihhh bahas gituan lagi, udah sihh...! " kata Evan sambil tutup kuping namun mulutnya penuh dengan kue.

     "Tadi Ibu cerita apa aja sama lu?" tanya Indra sambil meneguk air dingin.

     "Iya gua tanya masalah anaknya yang meninggal itu, tadinya gua mau kasih buku diary nya ke Ibu kos, tapi liat Ibu nangis jadi gua gak jadi ngasih tau." kata Yasa.

     "Udah ah yuk nonton tv di kamar! Ayo Yas temenim yuk. Pleaseee.…..!" kata Evan sambil beranjak dari duduk dan meletakkan piring kotor di dapur.

     "Yaelah itu kue masih aja di pegangin! Emang lu gak kenyang?" tanya Yasa berdiri dan meletakkan piring kotor di cucian piring.

     "Buat ngemil sambil nonton, eh Ndra lu ikut gak?" Ajak Evan sambil membuka pintu kamar.

     "Iya gua nyusul, bentar gua minum dulu." kata Indra sambil beranjak dari duduk dan meletakkan piring kotornya ke cucian piringnya. Saat Indra membuka kulkas untuk mengambil sebotol air dingin ia mendengar seperti ada suara nafas dari kuping sebelah kirinya. Indra pun bergegas meneguk segelas air dan langsung mematikan lampu ruang makan dan masuk ke dalam kamar. Saat lampu ruang makan padam, terlihat sosok bayangan yang sedang berdiri di samping kulkas memandang ke arah kamar mereka.

 Saat lampu ruang makan padam, terlihat sosok bayangan yang sedang berdiri di samping kulkas memandang ke arah kamar mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*hanya gambaran ilustrasi

JINGGA (Bab 1 s/d Bab 38) ENd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang