Prolog

2.1K 102 2
                                    


“Halo… Bang?”

“Iya, kenapa?”

“Sepertinya aku meninggalkan barang kesayanganku di ruanganku. Abang lagi di kafe kan sekarang? Bisakah Abang mencarinya?”

“Tunggu sebentar. Abang baru sampai kafe.”

“Oke. Telfonnya nggak usah di tutup.”

“Sepertinya tidak ada. Kamu yakin meningalkannya di kafe? Bukannya kamu selalu membawanya dengan tasbih juga? Mungkin saja kamu memasukkan dalam koper?”

“Nggak ada Bang. Udah aku cari-cari di tas sama koper juga nggak ada. Terakhir aku bawa ya di kafe itu sebelum berangkat ke bandara.”

“Coba ingat-ingat lagi. Siapa tahu kamu lupa naruh dimana. Nanti aku bantuin cari disini sama aku tanyain juga ke anak-anak yang lain.”

“Ya udah kalau gitu. Nanti kabari aku ya kalau ketemu.”

“Pasti. Udah sampai rumah?”

“Baru aja sampai. Ya udah aku tutup. Tolong cariin yak.”

“Iya Abang cariin. Nanti Abang kabarin.”

Tampak seorang perempuan kembali mencari benda kesayangannya yang entah dia taruh dimana. Ini sudah kesekian kalinya dia mencari di dalam tas maupun koper. Dia baru saja sampai rumah tiga puluh menit yang lalu setelah menempuh perjalanan dari Lombok. Saat akan menjalankan sholat ashar dia mencari benda yang selalu dia bawa kemana-mana dengan tasbih kesayangannya, namun tidak menemukannya.

Benda itu sangat berarti baginya, karena itu adalah pemberian dari mendiang Neneknya dan sebaik mungkin untuk dipergunakan, dimanapun dia berada. Dia mendesah lelah, sejak tadi dia berfikir bagaimana jika benda kesangannya hilang? Jika memang terjadi dia akan mengirimkan doa untuk Neneknya dan meminta maaf karena tidak bisa menjaga pemberiannya dengan baik.
Kemudian dia memutuskan untuk sholat terlebih dulu lalu istirahat, nanti setelah dia merasa leih segar dan pikirannya lebih tenang dia akan mencarinya lagi. Semoga memang terselip di dalam tas atau koper. Kalau memang hilang dia akan mengikhlaskannya dan jika memang benda itu masih menjadi rejekinya pasti akan kembali padanya entah kapan.

Sementara itu di dalam pesawat, seorang pria terus memandang benda kecil yang dipegangnya sejak duduk di dalam pesawat. Dia tidak bisa melepaskan pandangannya dari benda tersebut. Entah karena benar-benar tertarik dengan benda terebut atau tertarik pada pemiliknya.

Tadi saat dia duduk di ruang tunggu bandara, seorang perempuan di sebelahnya tampak sedang memegang benda kecil dan membacanya. Saat dia meliriknya, dia cukup terkejut dengan perempuan tersebut yang masih sempat membaca benda itu. Di zaman sekarang, dimana setiap orang tidak pernah lepas dari gadget justru perempuan tersebut berbeda.
Dia merasa kagum pada perempuan tersebut. Ditambah dengan penampilannya yang menyejukkan mata maupun hati. Perempuan yang terlihat kalem dengan hijab yang menghiasi kepalanya. Membuatnya merasa segan untuk mengajaknya berbicara.

Untuk pertama kalinya dia merasa kagum pada seorang perempuan. Meskipun selama ini banyak perempuan cantik yang mendekatinya maupun dia kencani, tapi tidak ada yang membuatnya tertarik apalagi untuk hubungan yang serius.

Dengan terus memegang dan menatap benda tersebut, dalam hatinya dia memanjatkan doa semoga dia mendapatkan pendamping seperti pemilik benda yang dipegangnya. Seorang pendamping yang sholehah.

TBC

Hai hai salam kenal semua..
Semoga ada yang baca yah..
Pertama kali buat cerita semoga ada yang baca dan suka..
Mohon bimbingannya dan bantuannya kalau ada yg salah..
Jangan sungkan untuk komen dan kritik karena benar" baru pertama kali bikin cerita..
See you next part

Malang, 2 Februari 2019

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang