Part 19

1K 138 9
                                    

Relawan

Beberapa hari berlalu, tak terasa sudah 1 bulan terlewati. Shabila melaksanakan aktivitas padatnya dengan semangat. Meski ia disibukan dengan aktivitas barunya untuk persiapan program pertukaran mahasiswa, namun ia tak meninggalkan kegiatannya di organisasi, dan juga tak menurunkan nilai akademiknya.

Diluar dari itu, Sasa selalu meluangkan 1 hari penuh bersama keluarga. Yaitu hari minggu.
Seperti biasa, Sasa dan Mama selalu asik ngobrol, sedangkan Papa asik membaca koran.

(S): Ma, Sasa boleh kan ngobrolnya sambil nugas?
(Mama): banyak sa tugasnya?
(S): enggak sih ma, dikit lagi. Tinggal rapihin datanya aja.
(Papa): Hari libur ko masih nugas sih sa? Padahal tiap hari sibuuukk mulu keliatannya.
(S): Haha. Iya pah. Soalnya kadang Sasa kalau di kampus harus ngerjain tugas di organisasi pah. Kan bidang Sasa di organisasi itu mengurusi kegiatan sosial pemberdayaan anak pemulung dan gelandangan pah, supaya bisa baca-tulis. Dan sasa juga ada les, jadi keliatannya sibuk. Hehe.
(Papa): lagii ya kamu tuh Sa, di forsir banget. Banyak banget kegiatannya.
(S): hehe.

Sasa hanya tersenyum, mendengar ucapan papanya. Lalu mama ikut menanggapi.

(Mama): iya Sa.. Padet banget jadwal kamu. Kamu gak capek nak?
(S): hehe. Enggak ko ma, malah aku seneng. Jadi, gak ada waktu yang kebuang sia-sia. Hehe.
(Mama): tapi kan tubuh kamu juga perlu istirahat.
(S): kan ini aku lagi istirahat. ngobrol sama mama, sama papa. Setiap hari minggu semangat Sasa tuh jadi bertambah, karna bisa seharian penuh sama mama dan papa. Hehe.
(Papa): gombal tuh mah.. Hehe.
(S): enggaklah pah, sasa serius. Hehe.
(Mama): mama tuh khawatir sama kamu, kamu tuh sering banget pulang malem. Kan bahaya pulang malem.
(S): Maaf ya ma, selalu buat mama khawatir. Soalnya kan Sasa kadang ngambil les nya yang malem, setelah dari kampus. Tapi Sasa selalu hati-hati ko ma. Jadi mama jangan terlaku khawatir ya..
(Mama): kamu inget makan kan Sa kalau lagi berkegiatan gitu?
(S): Makan ko mah, sasa selalu inget makan. Kalau perut sasa laper, sasa pasti makan.
(Mama): tapi kamu makin kurus tau Sa, nih liat tangan kamu ya ampun sa.. Segede tangan bayi tau gak..
(S): haha. Masa sih mah? Ah enggak. Perasaan mama aja kali.
(Mama): Sa, sa. Kamu jaga kesehatan ya Sa. Kalau bisa, kuranginlah kegiatannya.. Kamu kan 3 bulanan lagi mau pergi. Banyakin istirahat, dan banyakin waktu buat Mama dan Papa juga yaa. Nanti kalau kamu pergi kuliah di luarkan mama kangen, dan gak ada temen ngobrol lagi kalau papa lagi kerja ke luar kota.
(S): aaa ko jadi melow sih mah. Hehe. Udah ah jangan melow gitu. Hehe. Iya nanti sasa kurangin ya kegiatannya. Biar bisa lebih banyak waktu sama Mama.

Sasa tersenyum, meyakinkan mama agar tak khawatir dan tak sedih.

Telpon Sasa berdering.
Panggilan dari Novi, partner satu bidang Sasa dalam organisasi.

(N): Halo Shabil..!!
(S): Iya halo, kenapa Nov?
(N): Shabil, kamu udah liat hotline berita belum?
(S): berita? Belum. Kenapa Nov?
(N): Ada gempa Bil di tempat kita bakti sosial dulu.
(S): Innalillahi, seriusan Nov?
(N): iya Bil. Nah, tadi anak himpunan ngabarin aku. Katanya beberapa anak himpunan siap jadi relawan kesana, minta tolong kita koordinir keberangkatan. Kamu siap bantu?
(S): Iya iya nov. Kita langsung beralih komunilasi ke grup aja ya nov. Biar ada yang ngurus peminjaman Bis ke kampus, aku coba hubungin Bendahara umum kita untuk bantuan dana.
(N): Oh, ok ok Bil. Siap bil.

Shabila menutup telpon dengan wajah panik, dan langsung beralih ke pesan dalam grup. Shabila mengkordinir beberapa Mahasiswa yang bersedia menjadi relawan bencana Lombok.

Melihat wajah Sasa begitu cemas, Mama mendekati Sasa dan mengelus punggung Sasa halus. Papa pun tak kalah khawatir dengan Sasa, papa duduk mendampingi.

Never Leave YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang