Sembilan

3.4K 151 3
                                    

Kutarik sprei yang baru aku ganti itu pada setiap sisinya. Karet pada keempat sisi sprei itu lalu kuselipkan ke bagian bawah kasur. Sarung bantal tak lupa kupasang kembali. Sprei dan sarung bantal lama yang sudah aku ganti itu, aku masukan ke dalam mesin cuci. Setelah mengisi air dan detergen, mesin cuci itu lalu aku nyalakan.

Aku hendak menuju kamarku kembali, ketika seseorang memanggilku dari luar rumah. Aku kenal betul suara itu. Aku bergegas membukakan pintu untuknya.

"So that's him?" Ucap Bagas.

Sahabatku sedari kecil itu muncul dari balik pintu, dan sekonyong-konyong mengintrogasiku.

"Siapa?" Tanyanya pura-pura tidak paham dengan apa yang dia maksud. Jelas dia merujuk pada pria yang bersamaku semalaman. Bagas satu-satu manusia di muka bumi ini yang mengetahui rahasiaku tentang Fadil.

"Five thousands rupiahs." Ucapnya sambil mengadahkan tangannya padaku. "You just broke the rule."

Aku baru saja melanggar sebuah kesekapatan yang kami buat sejak beberapa bulan yang lalu. Kami hanya boleh menggunakan Bahasa Inggris ketiga berbicara berdua. Bagi yang melanggar, wajib membayar lima ribu rupiah.

Aku menghembuskan nafas kesal. "Nanti aku bayar" Ucapku dalam Bahasa Inggris.

Bagas menggeleng. "Now." Sekarang. Dia tidak mau berkompromi.

Aku meninggalkannya di ruang tamu. Setelah mengambil uang Rp5000 dari saku celana panjangku yang tergantung pada gantungan di dinding kamar, aku kembali menemui Bagas di ruang tamu. Uang lusuh itu aku serahkan padanya.

"Jadi itu dia?" Tanyanya lagi dalam Bahasa Inggris. Dia segera merampas uang itu dari tanganku.

Aku mengangguk, lalu mengabaikannya lagi. Aku segera meraih remote TV di meja. TV menyala menayangkan sebuah berita pagi.

Dia tersenyum. "Akhirnya kalian bisa dekat juga ya." Bahasa Inggrisnya selalu terdengar lancar setiap kali menggodaku.

Bagas meninggalkanku di ruang tamu. Dia berjalan ke arah toilet. Beberapa saat kemudian terdengar bunyi flush toilet, yang disusulkan suara pintu kamar mandi terbuka. Cukup lama sebelum akhirnya dia muncul lagi di depanku dengan wajah penuh selidik.

"What did you both do last night?" Apa yang kalian lakukan semalam? Tanyanya.

"Did what?" Tanyaku keheranan. Jelas tidak ada yang kami lakukan, selain main PS, dan tidur.

"I see your..." Dia berhenti sejenak.

"Sprei apa bahasa Inggrisnya?" Lanjutnya.

Dia jelas melanggar aturan karena berbicara dengan Bahasa Indonesia. Aku menahan diri untuk merampas uang yang ada di tangannya. Kubiarkan dulu dia menyelesaikan introgasinya.

Aku menganggak bahu. Bukan karena aku tidak tau Bahasa Inggris sprei, namun bingung dengan arah pembicaraannya.

"I saw your sprei in washing machine." Ucapnya dengan menyelipkan satu kata Bahasa Indonesia dalam kalimatnya itu. Maksudnya dia melihat spreiku di dalam mesin cuci.

"Then?" Tanyaku.

"You must did something great last night, so that you have to change your sprei. To destroy evident maybe." Ucapnya tersenyum.

Aku akhirnya paham dengan apa yang dimaksud Bagas. Dia mengira aku mengganti sprei karena tadi malam habis melakukan sesuatu di atas kasur bersama Fadil. Jelas kami melakukan sesuatu, yaitu tidur.

Aku merampas uang Rp5000 dari tangannya. "It's bed sheet in English." Ucapku menjelaskan Bahasa Inggris sprei padanya.

Kami kemudian saling melempar argumen dalam Bahasa Inggris.

"Kami hanya main Play Station, lalu tidur." Jelasku.

"Hanya tidur, lalu kamu harus ganti sprei?" Dia semakin bersemangat mengintrogasiku.

"Sprei udah sebulan aku pakai, saatnya diganti"

Bagas menggeleng, "Aku tidak percaya."

"Terserah" Ucapku sambil bangkit, dan berjalan ke kamar tidurku.

Bagas mengikutiku, sambil terus menggodaku dengan kecurigaan-kecurigaannya.

"Aku kenal sekali dengan bau ini" Dia menghirup nafas dalam-dalam sesampai di kamarku.

Tommy & Fadil (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang