Pintu lift nomor satu di lantai basement terbuka, seseorang yang sudah aku tunggu muncul dari dalamnya. Fadil bergerak ke luar lift, mendekatiku. Ini waktu istiraat siang yang selalu aku tunggu-tunggu.
Kami sudah berjalan beberapa langkah menuju foodcourt, ketika kudengar seseorang memanggilku di belakang. Aku menoleh, tampak Anita tergesa-gesa mendekati kami. Dia baru saja keluar dari lift nomor dua.
"Mas Tom, mau ke foodcourt ya?"
Aku mengangguk.
"Boleh ikut?"Tanyanya.
"Boleh" Ucap Fadil disebelahku.
Anita tersenyum ke pada Fadil. "Temannya Mas Tom ya, Mas?" Dia menjulur tangannya pada Fadil. "Aku Anita."
"Fadil." Fadil meraih tangan Anita.
Sesampai di foodcourt, kami menyebar untuk menuju kios makanan yang kami mau. Aku bergerak menuju kios penjual Nasi Padang. Ketika menunggu pesananku disiapkan, aku mendapati Anita dan Fadil sedang berdiri di depan kios penjual Soto Madura. Mereka sedang berbincang, dan tampak sesekali diselingi tawa dari bibir masing-masing.
Setelah menerima pesananku, aku duduk pada sebuah bangku kosong di tengah foodcourt. Lima menit kemudian, Anita dan Fadil datang menyusulku. Fadil duduk di sebelahku, sementara Anita di depannya.
"Mas Fadil suka Jepang ya?" Tanya Anita.
Aku menahan gerakan tanganku yang akan menyuap Nasi Padang yang telah dilumuri kuah gulai kental berwarna kuning itu. "Tau dari mana kamu?" Tanyaku penuh selidik. Sudah sejuah itu dia mengamati Fadil.
"Saat kita ketemu di lift minggu kemarin, aku lihat jaketnya Mas Fadil. Itu susah sekali didapatkan di Jakarta." Terangnya. "Kalau tidak benar-benar suka Jepang, tidak mungkin punya jaket itu."
Anita benar-benar penyuka kebudayaan Jepang. Pernak-pernik khas Jepang menghiasi meja kerjanya. Sementara Fadil walau bukan pengagum Harajuku Style, sebagian Jepang ada dalam dirinya setelah menuntut ilmu dua tahun di sana. Jelas sudah, pembicaraan ini akan berlanjut. Aku lebih baik menikmati makanan yang ada di hadapanku.
Fadil mengangguk. "Iya, bahkan di Jepang jaket itu termasuk limited edition. Diproduksi terbatas untuk autumn season tahun kemarin."
"Kamu suka Jepang juga?" Tanya Fadil kemudian.
Anita tampak bersemangat, wajahnya tampak berseri-seri. Dia seolah menemukan lawan bicara yang satu frekuensi dengannya.
"Suka sekali, Mas." Ucapnya. "Aku bahkan gabung komunitas di sini."
"Mas Fadil ikut komunitas juga di sini?" Tanya Anita.
Fadil menggeleng. "Aku dua tahun di Jepang."
"Kuliah?"
"Iya"
"Mas Tommy tahun kemarin juga mendaftar S2 ke Jepang, tapi belum berhasil." Ucapnya tanpa permisi. "Padahal aku mau nitip barang-barang yang susah dicari di sini."
Nasi yang sedang aku kunyang itu tersendat di tenggorokan. Aku segera menyambar teh tawar hangat di depanku, sebelum aku benar-benar tercekik.
"Kamu nyoba daftar kampus di Jepang juga?" Tanya Fadil.
Aku hanya mengangguk, lalu permisi sebentar untuk membeli minuman tambahan. Cukup untuk sebentar terbebas dari wajah penasaran Fadil.
Ketika aku kembali, mereka tampak sedang bertukar nomor ponsel.
"Aku duluan ya, mau ke mini market." Ucap Anita.
"Gokil juga ya anaknya." Ucap Fadil sesaat setelah Anita menghilang dari pandangan kami.
"Iya, dia paling heboh di divisi produk. Kalau dia tidak ada, satu ruangan terasa sunyi."
Aku ingin menarik kembali ucapanku itu. Namun semua sudah terlambat, Fadil sudah tampak terkesima dengan pribadi Anita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tommy & Fadil (Completed)
Romance(Ceritanya Udah Tamat ya) Tommy menyimpan perasaan pada seorang teman prianya bernama Fadil. Perasaan itu sudah dia jaga sejak pertama kali bertemu di hari pertama ospek. Empat tahun masa kuliah nyatanya tidak pernah mendekatkan mereka. Hingga akhir...