"Sibuk sekali Pak M.Hum." Ucapku.
Aku masuk ke dalam kamar Bagas.
Dia sedang memandangi mesin printer yang sedang mencetak lembar demi lembar thesis S2-nya itu. Bulan depan dia akan segera mendapatkan gelar Magister Humaniora.
Aku duduk di atas kasur, lalu meraih gitar coklatnya yang tergeletak di sana. Aku meletakkan jemariku pada posisi nada C. Itu salah satu dari beberapa nada yang sempat aku pelajari dari Bagas, sebelum akhirnya menyerah dan berhenti di nada F.
"Ini dia pemuda yang mau belajar gitar cuma karena ingin membawakan lagu The Reason-nya Hoobastank." Sindir Bagas.
Aku mengabaikannya, namun mau tau mau pikiranku kembali melayang ke hari itu. Suatu akhir pekan di pertengahan semester satu. Setelah puluhan kali mendengarkan rekaman suara Fadil, entah dari mana datangnya keinginan itu, aku tiba-tiba bertekat untuk bisa bermain gitar.
Hari itu, saat aku memasuki kamarnya, Bagas sedang berbicara dengan seseorang melalui ponsel. Dari nada suara, dan pilihan katanya, Aku sudah bisa menebak kalau lawan bicaranya di ujung sana adalah seorang wanita. Syukurlah dia sudah bisa move on dari mantan kekasihnya yang kuliah ke Yogyakarta itu.
Setelah telponnya ditutup, aku segera merengek pada sahabatku satu-satunya itu. "Ajarkan aku main gitar." Pintaku tanpa basa-basi.
"Kenapa tiba-tiba?" Tanyanya. Tentu saja dia merasa ada yang aneh dengan sikapku. Belasan tahun bersahat, tak pernah sekalipun aku memperlihatkan ketertarikan pada alat musik.
Aku menganggat bahu. Tak perlu menjelaskan terlampau jauh padanya.
Syukurlah Bagas tidak mendesakku untuk memberikan jawaban logis. "Sebentar, aku simpan dulu nomor cewek yang tadi." Ucapnya tersenyum.
"Anak mana?"
"Bandung." Jawabnya dengan raut muka berseri. "Teman satu angkatan."
Bagas lalu meraih gitarnya, dan memposisikan jari tangan kirinya pada sebuah nada. "Ini nada C."
Jreng
"Lagu The Reason nadanya itu?" Tanyaku
"Hoobastank?"
Aku mengangguk.
Bagas menggeleng. Dia memindahkan posisi jarinya pada nada lain. "Intronya nada G."
"Berarti aku belajar nada G dulu." Aku mengambil gitar coklat itu dari pelukannya.
"Tidak bisa begitu, kamu harus belajar semua nada." Ucapnya. "Dari nada C dulu, step by step."
"Tidak usah." Kilahku. "Aku cuma butuh lagu The Reason saja."
"Lagu The Reason ada nada C nya" Ucap Bagas mulai kesal.
"Serius?"
Dia mengangguk. "Di bait ke empat."
"Kita belajar nada G dulu, habis itu nada setelah G. Nada C nanti di bait ke empat" Ucapku.
Bagas semakin tampak geram. "Aku gurunya. Kamu harus ikut cara mainku."
Tampaknya dia tidak bisa diajak berkompromi lagi.
"Baiklah. " Ucapku menyerah. "Tadi gimana nada C?"
Aku memposisikan jariku pada senar yang aku ingat.
"Itu nada G." Ucapnya ketus.
"Oh iya.. Hehe."
Bagas memegang jariku, lalu menggesarnya pada posisi yang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tommy & Fadil (Completed)
Romance(Ceritanya Udah Tamat ya) Tommy menyimpan perasaan pada seorang teman prianya bernama Fadil. Perasaan itu sudah dia jaga sejak pertama kali bertemu di hari pertama ospek. Empat tahun masa kuliah nyatanya tidak pernah mendekatkan mereka. Hingga akhir...