Trap - 2

3.4K 313 21
                                    

Tifanny diminta Siwon untuk membantu Yoona mencari gaun pengantin.

"Ini gaun yang didesign sahabat Sehun sesuai permintaannya. Dia sungguh tahu mana yang cocok untukmu" ujar Tifanny

Yoona memperhatikan gaun yang ia pakai.

"Kamu sangat cantik. Sehun beruntung mendapatkanmu dan kamu juga beruntung mendapatkan pria romantis seperti dia" ujar Tifanny

"Siwon oppa juga pria romantis kan eonni" ujar Yoona sambil tertawa karena ia tahu sendiri jawabannya

"Kamu mengejek ya" ujar Tifanny sambil tersenyum.

"Aku serius eonni"

"Dia bahkan tidak tahu hari valentine" ujar Tifanny dan Yoona tertawa.

"Siwon oppa pria yang setia, aku yakin itu eonni"

"Ne tentu saja" Tifanny setuju dengan hal itu. Buktinya pria itu masih saja mencintai wanita itu.

***

Tifanny membawa tuxedo yang akan dipakai Siwon di pesta pernikahan Sehun dan Yoona ke kantor.

"Apa kamu sudah ambil gaunmu?" tanya siwon

"Tentu saja, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan memakai gaun mewah yang gratis" goda Tifanny

"Apa kamu tidak salah ambil tuxedo? Bukankah warna ini lebih cocok untuk Sehun?"

"Aniy, punya Sehun ukurannya lebih kecil. Itu milikmu. Aku juga tadi sudah menyampaikan hal itu ke designernya. Hanya saja katanya memang seperti itu"

"Baiklah, taruhlah di kursi itu. Aku akan membawanya nanti" ujar Siwon dan Sehun masuk ke ruangannya setelah itu.

"Aku keluar dulu" ujar Tifanny dan siwon mengangguk

"Hyung,"

"Ada apa? Kamu sudah selesai ujian?"

"Ne,"

"Ada masalah apa? Jika kamu khawatirkan masalah pernikahanmu. Tenang saja, tifanny sudah mengurusnya"

"Bukan itu hyung. Aku hanya ingin menyampaikan terima kasih. Hyung sudah menjaga yoona untukku"

"Kamu adikku dan Yoona itu adik iparku. Tentu saja aku akan menjaga dan melindungi kalian"

"Hyung, jagalah mereka untukku"

"Kamu bicara apa sih? Jika berbicara hal yang tidak penting keluarlah, aku memiliki banyak pekerjaan" ujar Siwon dan Sehun menghampirinya. Ia memeluk hyungnya.

"Aku menyayangimu hyung"

"Pria gila" gumam Siwon

***

Sehun mengajak Yoona keluar sepanjang hari untuk menggantikan beberapa hari ini ia tidak menemui Yoona.

"Sehun a, kamu memiliki ujian lagi besok?" tanya Yoona

"Aniy. Hanya saja aku memiliki jadwal bertemu dosen"

"Baiklah. Aku ingin makan siang denganmu"

"Aku akan menjemputmu setelah selesai"

"Ne, pulanglah. Aku akan masuk ke dalam" ujar Yoona

"Ne, jaga baby dengan baik ya" ujar Sehun sambil memegang perut Yoona

Yoona mengangguk

"Hati-hati di jalan"

***

Im Yoona POV

Aku baru saja mengganti piyama tidurku. Ponselku kembali berbunyi dan itu panggilan dari Sehun.

"Apa kamu sudah sampai?" tanyaku setelah menekan tombol jawab pada ponselku.

"Belum" ujarnya. Aku paling membencinya, dia suka bermain telepon saat membawa mobil.

"Lalu?"

"Aku merindukanmu yoong"

"Kita baru saja bertemu. Aku tutup" dia paling pintar menggombal.

"Benaran sayang"

"Sudahlah, jika sudah sampai baru telepon aku. Jangan sekarang. Bahaya" ujarku dan aku menjauhkan ponselku dari telinga. Setelah itu aku masih mendengar pembicaraannya.

"Aku mencintaimu yoong"

Aku tetap mematikan panggilannya. Aku paling tidak suka Sehun menghubungiku saat sedang membawa mobil.

Setelah itu aku pun meletakkan ponselku di atas meja rias dan mengsilentkannya. Aku tidak ingin tidurku terganggu. Apalagi ada nyawa lain dalam perutku saat ini.

Aku berbaring di atas ranjangku dan sesaat kemudian aku terlelap.

***

"Yoong,," aku terbangun karena gedoran di pintuku. Aku melirik jam di nakas sampingku. Sudah hampir siang.

"Yoong, bukalah pintu" itu bukan suara eomma, appa atau pun seulong oppa tapi Siwon oppa.

Ada apa dia kesini

Aku pun berjalan ke arah pintu dan membuka pintu.

"Oppa, ada apa?"

"Cepatlah ganti baju"

"ada apa?"

"Ada hal yang harus kamu lihat. Cepatlah"

"Ne" aku pun menutup kembali pintu dan berjalan ke kamar mandi untuk bertukar pakaian. Aku penasaran apa yang terjadi sehingga siwon oppa yang datang.

Selesai itu, Siwon oppa tanpa bicara membawaku ke mobilnya. Aku masuk tanpa bertanya.

Kita berhenti di sebuah rumah sakit. Ribuan pertanyaan hinggap di kepalaku hanya saja melihat wajah dinginnya, aku tidak berani bertanya apa pun. Dia mengenggam tanganku dan membawaku ke arah ruangan yang aku juga tidak tahu itu ruangan apa.

"Oppa, kenapa kita kesini?" tanyaku

Dia masih diam dan menarikku mengikutinya

"Oppa,,"

"Diamlah" suaranya begitu dingin

Aku pun terus mengikutinya dan saat tiba di sebuah ruangan. Ia berhenti. Ntah mengapa air mataku menetes. Aku merasa hal buruk telah terjadi.

"Masuklah, aboeji dan eomma di dalam" ujarnya, ia memilih berdiri di depan ruangan itu

Aku pun melangkahkan kakiku masuk ke ruangan yang ia tunjuk itu.




TBC

TRAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang