Im Yoona POV
Saat tiba di rumah, Siwon oppa tengah menonton bersama Darren. Rasa sayangnya pada Darren tak perlu aku pertanyakan lagi. Dia sangat menyayangi Darren.
Dia menatapku dan tersenyum. Aku memalingkan wajahku. Aku takut jika dia terlalu baik padaku, aku akan ragu mengatakannya.
Aku memutuskan untuk masuk ke kamar, keputusanku adalah tidak memberitahunya kehamilanku ini dan aku akan mengatakan padanya kondisi Tifanny eonni.
Pintu terbuka dan ia masuk ke dalam kamar.
"Sayang," panggilnya
"Oppa, aku mau bicara" ujarku dengan yakin.
"Oppa sudah tahu," ujarnya dan aku menatapnya dengan terkejut, apa dia sudah mengetahui kondisi Tifanny. Bagaimana bisa, bahkan aku belum menggatakannya. Tuhan, berikanlah aku kekuatan.
Ia meraihku dalam pelukannya.
"Aku sudah tahu dari Kyuhyun" ujar Siwon oppa
***
Choi Siwon POV
Aku pulang cepat, ternyata dia tidak berada di rumah. Mungkin dia dalam perjalanan pulang. Aku memutuskan duduk di ruang tamu bersama darren sambil menunggunya pulang.
Saat ia pulang, tanpa menyapaku maupun darren. Ia melangkah masuk ke kamar. Aku pun meminta ahjumma menemani darren dan segera menyusulnya. Wajahnya tampak begitu kusut, sebuah pertanyaan muncul di kepalaku, apakah dia tidak bahagia dengan kehamilannya? Apakah dia tidak senang mengandung anakku?
"Sayang," panggilku
"Oppa, aku mau bicara" ujarnya dan aku melihat ada yang beda dengan raut wajahnya.
"Oppa sudah tahu," ujarku. Jika ia ingin memberitahuku kehamilannya, aku sudah tahu dari Kyuhyun. Dokter kandungannya adalah kakak iparnya Kyuhyun.
Dia menatapku dengan tatapan terkejut,
"Oppa sudah tahu dari Kyuhyun tentang kehamilanmu" aku memeluknya
"Oppa,,"
"Apa kamu tidak bahagia dengan kehamilan ini? Oppa akan menjadi daddy dan suami yang baik" ujarku dan ia meneteskan air matanya. Apakah begitu tersiksa bersamaku?
"Jangan menangis" ujarku sambil menghapus air matanya "Apa kamu tidak bahagia karena mengandung anakku?"
Dia menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Aku bahagia, hanya saja,,"
"Tidak mengapa jika kamu belum bisa menerimanya" kenapa aku menjadi begitu cenggeng. Aku segera menghapus air mataku. "Jangan terus begitu, dia akan sedih jika tahu mommynya belum bisa menerimanya"
Dia menangis lagi, dia sangat tertekan mungkin. Seharusnya aku tidak membuatnya hamil jika aku tahu dia akan begitu.
"Apa yang harus oppa lakukan? Supaya kamu bisa menerima dia? Supaya kamu tidak menangis lagi?" tanyaku dan dia menggeleng
"Aku menyayanginya. Aku bahagia saat tahu dia hadir di perutku. Hanya saja,,"
***
Author POV
"Aku menyayanginya. Aku bahagia saat tahu dia hadir di perutku. Hanya saja,," ujar Yoona hanya saja aku tidak tahu harus bagaimana mengatakan padamu kondisi tifanny.
"Lalu kenapa?"
"Aku kesal, seharusnya ini menjadi kado ulang tahun pernikahan kita besok. Tapi dokter seo membuat semuanya gagal" ujar Yoona akhirnya, ia memilih menjadi egois dengan menutupi semua tentang tifanny dari Siwon. Demi bayi dalam kandungannya dan juga demi perasaan cintanya.
"Kamu membuat oppa khawatir jika kamu tidak menginginkan anak kita" bisik siwon sambil memeluk yoona
"Maafkan aku oppa, aku tidak bisa memberitahumu keadaan tifanny. Aku memilih menjadi begitu egois karena aku mencintaimu. Maafkan aku oppa, maafkan aku Tuhan" gumamnya dan ia membalas pelukan Siwon.
"Aku menyayangimu oppa" bisik yoona
"Nado" balas Siwon
***
Walaupun memilih untuk menjadi seseorang yang egois, Yoona tetap berhati lembut, ia akan selalu merasa bersalah jika melihat Siwon. Tapi ini pilihannya. Ia tidak bisa membiarkan Siwon meninggalkannya karena Tifanny.
Ia datang menjenguk Tifanny setiap hari.
"Eonni,," ia mengenggam tangan Tifanny "Kenapa kamu menjadi begini? Maafkan aku, aku tidak bisa merelakan oppa untukmu kembali. Aku mencintainya. Maafkan aku"
Yoona menangis.
"Aku ingin kamu cepat sadar, hanya saja jika kamu sadar dan kamu merebut suamiku, aku tidak rela. Maafkan aku yang begitu jahat. Maaf aku tidak mendoakanmu. Maafkan aku eonni, aku wanita yang egois" gumam yoona
"Aku akan datang menjengukmu setiap hari tapi aku tidak akan membiarkan oppa bertemu denganmu"
***
Siwon kembali ke rumah dan ia melihat Yoona sudah terlelap dengan darren di ranjang mereka.
Ia memilih mandi dan berganti pakaian setelah itu ia baru bergabung dengan ketiga orang yang ia cintai itu.
"Oppa, baru pulang?" tanya yoona saat siwon berbaring
"Oh ne, mianhae oppa membuatmu terbangun"
"Oppa sudah makan?"
"Belum,"
Yoona segera bangkit dari tidurnya
"Aku panasi makanan dulu, sebentar lagi oppa turun ya"
"Yoong, oppa ingin ramen buatanmu" ujar Siwon
"Aku akan membuatkannya"
***
Siwon menemani yoona memeriksakan kandungannya ke dokter. Yoona terus berdoa semoga Siwon tidak mengetahui keberadaan tifanny.
Siwon tampak senang saat melihat babynya bergerak dalam perut istrinya yang kini juga mulai membesar.
"Mungkin saat ini nyonya choi akan memasuki masa mengidamnya. Semoga tuan tidak keberatan disibukkan ngidam istrinya ya" ujar Dokter Seo
"Tentu saja, saat hamil putra pertamaku, dia jarang mengidam. Jadi aku ingin merasakan masa mengidamnya seperti yang pernah kyuhyun rasakan" ujar Siwon
"Asalkan jangan tengah malam seperti kyuhyun, kamu meneleponku mengatakan kamu tidak ingin istrimu mengidam lagi ya dan memintaku memberikan suntikan anti ngidam" ujar dokter seo
Siwon tertawa ternyata begitu konyol GM di perusahaannya itu.
Dokter seo berbisik pada siwon saat akan keluar dari ruangannya dan Siwon tertawa.
"Tapi aku menyukainya" ujarnya kemudian
"Oppa, apa yang dokter seo katakan tadi?" tanya Yoona, ia tidak tahan untuk tidak bertanya.
"Dokter Seo mengatakan kamu lebih kekanak-kanakan daripada adiknya"
"Aku akan memukulnya" ujar Yoona dan Siwon memeluknya
"Tapi oppa menyukainya" dan dengan tanpa malu ia mencium istrinya yang kini berperut buncit.
"Semoga kabahagiaanku abadi bersama oppa" gumamnya dan ia juga mengabaikan rasa malunya untuk menikmati ciuman dari suaminya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP
FanfictionJatuh cinta tidak pernah ada dalam kamusku, sampai aku bertemu denganmu. Aku terperangkap dalam keluguanmu, tanpa sadar aku jatuh cinta padamu. ~Choi Siwon Mungkin awalnya hubungan kita hanya karena sebuah pertanggungjawaban, tapi percayalah aku men...