Part 2

330 66 79
                                    

Salam kenal, aku penulis amatir, yang kerjanya cari pengalaman. Silahkan tandai kalau ada kesalahan atau kekurangan,ya. Happy reading, hope you like it!!

🌼🌼🌼

Dingin pagi menyeruak menembus kulit , belum lagi dinginnya begitu menusuk karena memang tak ada jaket yang menjadi pelindung di kulit tubuh Ray. Kini,Ray tengah berada didalam mobil polisi berfikir dan keheranan.  Ntah kenapa,dari sekian banyak anak yag terlibat tawuran tadi,hanya Ray yang tertangkap. Kalian juga pasti keheranna,kan?. Kemana yang lain?.

Ray  tak dapat berkata kata lagi. Fikirannya penuh sampai kosong memikirkan banyak hal. Sesekali ia melamun. Matanya menjadi kering karena terpaan angin pagi dan tak berkedip sama sekali. Padahal ia sudah membuat tekad bahwa ini adalah perkelahian terakhirnya, setelahnya ia akan menjadi Ray seperti dulu kala. Tuhan mengabulkannya, tapi tidak dengan pintanya untuk membahagiakan sang bunda. Kenyataannya, takdir menggiringnya masuk jeruji besi, menebus kesalahan dan keboodohana. Ah, ia tak sanggup memperkirakan reaksi ibunya saat tau dia berada di jeruji sel nanti.

Ceroboh sekali kau, umpatnya pada dirinya sendiri sembari mengusap kasar wajahnya.

Kantor polisi sangat sepi. Yah,ini masih jam 2 pagi. Ray mengalami berbagai proses penyelidikan. Ia menceritakan kejadian seluruhnya tanpa ada satu pun yang di tuutpi. Ray mendapat hukuman 5 bulan penjara. Ia diberi baju layaknya tahanan pada umumnya. Mengenaskan. Ia bahkan tak pernah memperkirakan bahwa baju orange itu akan ia kenakan bersama gelar tahanannya.

Sebelum kakinya melangkah sempurna memasuki sel penjara, ia menoleh ke arah polisi yang berada dibelakangnya. 

"Pak..."
Polisi bername-tag Brama Wijaya itu menyahut dengan suara deheman.

"Tolong kabari ibu saya jika saya berada disini. Dia akan sangat khawatir jika saya tak pulang"

"Harusnya kamu memikirkan beliau juga sebelum membuat kegaduhan tadi. Baiklah, sebutkan nomor ibumu!" Bram berjalan menuju telepon kantor dan memencet angka sesuai yang di diktekan Ray.

Setelah Bram mengabari Ibu Ray, ia menutup sambungan telpon. Ray tak lupa menyampaikan terima kasihnya.

Malam itu Ray resmi ditahan. Ia benar benar sangat menyesal. Namun apa daya,semua sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur. Kini Ray hanya mampu menunggu waktu mengalir seperti biasa,membawanya kembali ke alam yang bisa membawanya nyaman disamping ibunya.

***

Bu Indah mengambil handphone nya yang berdering. Baru saja dia tertidur akibat terlalu larut menangis memikirkan dan menunggu anaknya.

Nomor asing,batinnya.

Jika biasanya ia akan mengabaikan panggilan dari nomor asing, maka kali ini lain. Ia merasa panggilan ini akan memberikan kabar tentang anaknya.

Bu Indah mengambil nafas sejenak sebelum akhirnya menjawab panggilan tersebut.

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam. Selamat malam,Ibu. Apa benar ini Ibu Indah selaku Ibu dari Ray? Kami dari pihak kepolisian memberitahukan bahwa anak ibu bernama Ray sedang ditahan di sel kami akibat turut bergabung dalam aksi tawuran satu jam yang lalu di Jalan Kamboja"

"Astaghfirullah,Ray?' hampir saja handphone nya jatuh,jika ia tidak segera sadar bahwa masih ada panggilan di handphone nya.

Sambil menghapus sisa air matanya, Bu Indah menyahut.
"Baik pak. insyaAllah nanti pagi saja akan kesana"

***

Bu Indah bersiap-siap pergi ke kantor polisi pagi ini. Ntah apa yang tengah dirasakannya, semuanya tercampur rata. Antara sedih, kecewa dan lainnya bersatu padu membuat perasaan aneh. Ingin marah namun tak kuasa, ingin menangis tapi anaknya memang sudah keterlaluan dan tidak berhak ditangisi lagi.

Bu Indah menaiki angkotan umum seperti biasa. Saat dirinya sudah sampai dikantor polisi,bu Indah segera memohon ijin untuk bertemu anaknya.

"Maaf,Pak. Saya Indah,ibu Ray. Apa saya boleh menjenguk Ray?"

Bu Indah mencoba berbicara setegar mungkin. Padahal perasaannya benar benar sangat kacau. Kau pasti tau kan perasaan seorang iu yang di khianati anaknya sendiri?seperti itulah.

"Baik, Bu. Saya panggilkan dulu tahanan atas nama Ray. Waktu besuk hanya 20 menit"

Polisi itu,yang ternyata adalah Bram pun memanggil Ray. Ia membuka gembok sel nomor 13, dan menemukan Ray yang masing tertidur. Mungkin dia sangat lelah akibat tawuran tadi malam.

" atas nama Rayhan. Ada yang menjenguk. Ingat, waktu besuk hanya 20 menit"

Ray berjingkat terkejut. Ia mengusap kasar wajahnya, menghilangkan rasa kantuk yang masih mendera. Ia akan bertemu dan menjelaskan semuanya,meminta maaf kepada ibunya. Walaupun ibunya akan memukul atau mengusirnya, bertemu dengan ibu tetap menjadi hal yang ia sukai.

Ray pun melangkah ke ruang besuk setengah berlari. Didapatinya ibunya yang begitu mengenaskan. Bagaimana tidak? Ibu yang terkenal ramah dan murah senyum kini bermata sembab,berhidung merah Terisak dengan suara parau. Belum lagi aliran bening yang terus mengalir deras ke pipinya.

"Ibu.." Sapa Ray gugup.
Ray pun berjongkok,memeluk kaki ibunya penuh penyesalan.

"Kamu kenapa disini nak? Apa yang terjadi denganmu semalam? Teganya kamu selama ini membohongi ibu.  Jelaskan nak,kenapa kamu disini ? " suara bu Indah sudah benar benar parau,beradu dengan isak tangisnya.

Ray pun tak dapat menahan air matanya.
"Maafkan Ray bu. Ray hanya berniat membantu Iqbal,namun yang terjadi justru diluar dugaan Ray. Ray..." suara Ray ikut terisak,namun terhenti seketika saat bu Indah menyelanya.

"Membantu Iqbal seperti apa yang kamu maksud, Nak? Membantu tawuran dan membahayakan dirimu sendiri? Sudah berapa kali ibu bilang jangan berteman dengan Iqbal. Dia itu preman desa nak,semua orang mengenalnya sebagai pribadi yang buruk. Kamu tau itu.. " Bu Indah terhenti saat suaranya mulai terkalahkan oleh isak tangis.

"Maafkan Ray,Bu. Maafkan Ray"
"Lihat ibu,Nak. Lihat ibu! siapa yang mengajarkan kamu berbuat tercela seperti ini? Apa ibu pernah mengajarkanmu berkelahi? Apa pernah ibu mengajarkanmu keluar rumah tanpa pamit? Kenapa kamu seperti ini,Nak?"

"Maafkan Ray,Bu. Ibu adalah ibu terbaik. Maafkan Ray yang tak menghiraukan nasehat  ibu. "

Antara Ray dan Bu Indah pun tenggelam dalam alunan tangisan yang menyesakkan dada setiap pendengarnya.

Bram terus mengawasi mereka. Melihat jam besuk Ray yang habis,Bram pun menghampiri mereka.

"Ray,waktu besukmu telah habis. Silahkan kembali lagi ke sel."

Ray yang hanya bisa pasrah dan menyesal amat dalam pun mengikuti langkah  Bram yang menggiringnya kembali ke sel. Meninggalkan seorang ibu tulus yang ia kecewakan dan hancurkan hatinya.

Maafkan Ray,Bu.  Gumam Ray.

=====

Hallo!!
Ini karya pertama aku di wattpad,butuh banget Krisan kalian biar makin oke. Kalau ada kata yang nggak sesuai PUEBI atau kaidah kepenulisan,boleh di koment,ya. 🤗🥰

Biar pas aku revisi nggak bingung lagi. 😁
Penasaran sama para castnya? InsyaAllah habis part 5 aku bawa satu2. Sabar,ya😉

Terimakasih 😘

=====

Thanks you guys for reading this story. Dont forget to tap the star, koment and share. See you next chapter 🤗

Love much 💖


Meet For Leave (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang