Salam kenal, aku penulis amatir, yang kerjanya cari pengalaman. Silahkan tandai kalau ada kesalahan atau kekurangan,ya. Happy reading, hope you like it!!
🌼🌼🌼
Kehidupan Hanun sepi kembali. Orang-orang yang biasanya menghiburnya dan mengisi waktu luangnya dengan berdiskusi dan bercanda ria, kini satu persatu pergi. Yahya dan Yumna sudah berangkat tiga hari yang lalu. Sahabatnya, Afra Zanjabilla juga sedang berbahagia dengan suaminya di Paris.
Yah, beginilah kehidupan. Yang menemani pun punya masa untuk sendiri. Pada akhirnya hanya tinggal dua pilihan. Meninggal atau ditinggal.
Hanun membuka buku diarynya. Terlalu banyak yang terjadi, sampai ia lupa dengan buku diary. Ia masih shock dengan tragedi itu, belum lagi ia harus merawat ayahnya dan menyiapkan berbagai keperluan beliau selama bedrest. Ia benar-benar tak mempunyai waktu untuk menulis dibuku diary nya itu. Jangankan menulis, makan pun kadang ia lupa jika tak ada Yahya dan Yumna yang kadang mengingatkannya dan bergantian menjaga Pak Zumain.
Ia mengambil buku diary nya dan memposisikan duduk diatas kursi meja belajarnya. Dilihatnya jam dinding yang terus berdenting. Ia masih punya dua jam sebelum waktu dhuhur tiba.
“Baiklah, mari kita mulai!”
Hanun POV
‘Dear Allah, Dear Diary.
Aku sempet kaget pas buka lembaran kosongmu ini. Kenapa begitu berdebu? Apa aku selama itu tidak menyapamu? Maafkan,ya. Banyak hal yang sudah terjadi. Aku juga bingung mau cerita darimana. Tapi pelan-pelan akan aku coba jabarkan.
Beberapa bulan lalu, rumah kita kerampokan. Dan kejamnya, abah sempet kena tusuk dibagian perutnya karena coba mempertahankan apa yang harusnya milik kita. Perampok itu buru-buru lari dan aku sempet narik bajunya supaya ia bertanggung jawab sedikit. Setidaknya mau mengantar abah yang sudah terkapar kerumah sakit. Tapi mereka semua sudah hilang saat aku coba manggil orang-orang.
Beberapa hari abah harus dirawat dirumah sakit. Kita terpaksa menjual rumah kita itu untuk biaya rumah sakit. Sisanya kita buat mengontrak di rumah sederhana di kampung sebelah. Setidaknya cukup nyaman kita huni untuk 3 tahun ke depan.
Selama abah dirumah sakit, ada Yumna dan ustadz Yahya yang bergantian menjaga beliau. Aku sempet putus asa dan hilang kendali, sampai banyak melamun dan lupa makan. Beruntung ada Yumna, yang bisa ngertiin aku dan mengingatkan untuk tidak lupa makan. Dia gadis yang baik. Aku bahkan sudah menganggapnya sebagai adik. Aku senang punya adik sebaik Yumna.
Kamu tau,tidak? Sahabatku, Afra Zanjabilla sudah resmi menikah. Ternyata dia menikah sama teman SDIT ku dulu, Sultan Alzeria. Sekarang dia sudah honeymoon ke Paris, entah udah berapa lama. Aku harap Sultan bisa bener-bener membimbing sahabatku itu menuju syurga Allah. Billa sahabatku yang baik. Ia pantas bahagia dengan pilihannya.
Dan kabar menariknya lagi, aku bahkan tak menduganya sama sekali. Di malam resepsi Sultan dan Billa, saat aku dan Yumna ikut menghadirinya, ustadz Yahya justru da dirumahku, berdiskusi dengan abah. Kau tau apa yang di diskusikan? Ternyata tentang pernikahan. Ustadz Yahya menyampaikan niatnya melamarku, dan aku benar-benar terkejut. Seorang ustadz muda yang begitu luar biasa, melamar gadis desa yang cupu dan biasa saja seperti aku? Mimpi apa aku semalam? Tapi, itulah kenyataannya. Dan sekarang aku dan dia sudah mempersiapkan menuju pelaminan. Aku harus menunggunya dua tahun lagi pulang dari Yaman.
Sebenarnya dia ingin segera melangsungkn akad dan membawaku kesana. Tapi tidak mungkin. Abah baru saja pulih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet For Leave (Completed)
Teen FictionAku baru saja keluar pintu, tiba tiba dia menghampiriku. Dia membuat jarak sangat dekat, sampai aku menarik nafas terkejut atas kehadirannya. Matanya begitu menunjukkan penyesalan, namun setelah apa yang terjadi antara kita, masih menyisakan sakit b...