Part 20

102 16 48
                                    


Salam kenal, aku penulis amatir, yang kerjanya cari pengalaman. Silahkan tandai kalau ada kesalahan atau kekurangan,ya. Happy reading, hope you like it!!

🌼🌼🌼

“pokoknya kalau sudah disana, kamu jangann lupa sama kakak,ya,Yum. Jangan banyak leha-lehanya. Harus rajin belajar dan menghargai guru. Nggak banyak orang pintar yang berkesempatan kayak kamu. Ada yang pintar, tapi keuangannya kurang. Ada yang punya banyak uang, tapi otaknya dangkal.”

Mereka tertawa bersama.

“pokoknya yang sungguh-sungguh. “

Apa Hanun sudah mirip dengan seorang petuah? Ia memberi banyak nasihat  untuk Yumna yang juga akan berangkat kuliah di Universitas Al-Azar, Kairo,Mesir.

Hanun bahkan berbicara sambil menggenggam tangan Yumna sambil terus menepuknya pelan mengikuti kalimat nasihatnya yang terlontar.

“Kakak tenang aja. Aku disana pasti sungguh-sungguh. Aku dapetin ini juga perjuangan banget. Nggak maungkin aku sia-siain kesempatan ini. Kakak doakan aku,ya. Semoga pas pulang nanti, aku punya ilmu yang bermanfaat. Bekal nanti buat umat dan anak-anakku nanti” Yumna terkekeh pelan setelahnya. Lalu melanjutkan kalimatnya.

“Eh, yang bakal punya anak dulu,kan,kakak. Kak Hanun jaga diri disini ya. Aku nggak sabar pingin punya keponakan dari kamu, kakak ipar”

Hanun sudah tau kalau Yumna akan dengar kabar kakaknya yang melamar dirinya. Hanun juga sudah mendengar kalau Yahya akan berangkat keluar negri bersama yumna untuk study mereka. Lalu, bagaimana kabar pernikahan?Yahya sudah menyampaikan kepada calon mertuanya. Sebenarnya ia ingin sekali melangsungkan pernikahan sebelum dia berangkat ke Yaman dan membawanya serta kesana. Tapi Hanun menolaknya. Terlalu cepat dan ia beralasan yang sama kembali, ayahnya masih butuh ditemani.

Lagi pula, dirumahnya kini bukan hanya ada dia dan ayahnya. Namun ada seseorang yang masih sangat butuh dirawatnya.

Yumna dan Hanun sejak tadi bercengkrama di sebuah taman. Yahya mengajak mereka berkeliling kota sebelum besok pagi akan berangkat ke bandara. Mengejar cita-cita. Sebenarnya ini bukan kemauaannya, melainkan kemauan Yumna. Yahya masih tau batasan dan punya malu jika berdua dengan wanita yang masih belum menjadi mahromnya. Tapi adiknya sedari kemarin memaksa. Katanya buat kenang-kenangan jika ia rindu Hanun di Mesir sana. Akhirnya, ia mengalah juga.

Mereka sampai di sebuah restorant. Hari beranjak sore, dan sedari tadi siang mereka belum makan. Hanun mengikuti Yumna mencari buku novel kesukaannya, sementara Yahya hanya menunggu di dalam mobil.
Mereka menempati tempat duduk dibagian pinggir dari restorant itu, Yumna  bilang ia ingin sekalian melihat motor yang berlalu-lalang. Agak aneh memang. Apa karena dia akan pergi, jadi berlaku sesuka hati? Ah,biarlah.

Makanan datang, lalu mereka mekanannya dengan tenang.

“Han..” Yahya ragu melanjutkan kalimatnya.

“Iya?” Hanun mendongak, manis dengan senyuman tipis.

Ia masih menunggu Yahya melanjutkan pernyataannya.  Yahya yang ragu menatap sebentar makanannya. Ia ingin mengurungkan niatnya, namun kepalang tanggung. Daripada ia pergi dengan penasaran karena pertanyaan sepele ini?

“tentang laki-laki yang ada dirumahmu itu, apa kamu masih merawatnya?”

“Iya. Mau bagaimana lagi? Dia belum sadar. Mungkin kepalanya terbentur terlalu keras”

“kenapa nggak kamu larikan kerumah sakit saja,Han? Bukankah akan lebih nyaman buat kamu?”

Wajar Yahya khawatir. Hanun adalah calon pengantinnya. Tapi, ayolah! Lelaki itu bahkan belum siuman. Apa Yahya mulai cemburu?

Meet For Leave (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang