Salam kenal, aku penulis amatir, yang kerjanya cari pengalaman. Silahkan tandai kalau ada kesalahan atau kekurangan,ya. Happy reading, hope you like it!!
🌼🌼🌼
Langit fajar masih berwarna ungu, bahkan sinar matahari belum menyentuh bumi, namun dapur Bu Indah begitu semangat mengepulkan asap. Pagi ini Ray dan Bu Indah berniat menjenguk Hanun dirumah sakit, setelah kemarin tidak sempa menghampirinya karena hari semakin gelap dan khawatir Ray kelelahan.
Setelah mendapat berita tentang Hanun yang mengidap leukemia, malam harinya Ray tak tenang memejamkan mata. Fikirannya terus berkelana dan menerka-nerka tentang banyak hal menyangkut gadis itu. Sejak kapan, dan bagaimana bisa? Selama pemuda itu ‘menumpang’ dirumah Pak Zumain, gadis itu sepertinya baik-baik saja. Bahkan segala pekerjaan rumah gadis itu mengerjakan tanpa mengeluh sedikit pun.
Bu Indah masih sibuk dengan beberapa komponen masakan sehatnya.
“Masih lama, bu?”
“Ini udah selesai,nak. “
“Ayo berangkat sekarang bu.”
Setelahnya, dua anak manusia itu berjalan dengan cepat menuju tempat tujuan. Keduanya melewati beberapa putaran menit bersama kendaraan beroda empat yang penuh penumpang itu untuk sampai dirumah sakit yang tetangga Pak Zumain kabarkan kemarin. Setelah masuk pada pintu utamanya, Bu Indah mencekal tangan Ray.
“Nak, kamu tau ruangannya Hanun?”
Oh, tidak. Hati Ray mencelos. Kenapa tak ia tanyakan sekalian pada tetangga Pak Zumain kemarin? Karena terlalu terkejut, sepertinya syaraf berfikir pemuda itu terjeda beberapa detik saat itu. Bu Indah dengan wajah bingungnya mengedarkan pandangan, siapa tau bertemu seseorang yang dikenalnya dan dapat dimintai tolong.
Dari kejauhan, seorang pria paruh baya baru saja kembali dari toko swalayan membeli beberapa barang. semakin lama, langkahnya semakin dekat dengan tempat tujuan.
Tiba-tiba langkahnya memelan setelah menyadari sesuatu. Seorang pemuda yang postur tubuhnya sangat diingat oleh akalnya. Pemuda itu, dengan seorang wanita berkerudung yang sedikit lebih pendek darinya tampak kebingungan mencari sesuatu.
“nak Ray?”
Merasa terpanggil, pemuda itu menoleh.
"Pak Zumain ?" matanya berbinar seperti barusaja menemukan sebuah oase ditengah gurun.Pemuda itu kembali dari keterkejutannya, lalu menyalami pria paruh baya dihadapannya. "Assalamualaikum Pak."
Pak Zumain membalas pelukan setelah tak lupa menjawab salam pemuda itu. Tak lupa pula ia memberikan salam penghormatan dengan sedikit membungkuk dan menyatukan kedua telapak tangannya kepada wanita paruh baya di samping Ray.
"Ini Bu Indah, Pak. Ibu saya." Pak Zumain menggangguk sebagai isyarat bahwa pria itu mengerti.
"Kami kesini ingin menjenguk Hanun,Pak. Saat saya dinyatakan bebas kemarin, saya berkunjung kerumah bapak. Tenyata tetangga bapak mengabari kami bahwa Hanun sakit dan opname. Kebetulan sekali, bertemu bapak disini. Saya tidak tau dimana ruangan Hanun. “
Pak Zumain menunduk sebentar, mengingat kembali hari-hari berat belakangan ini bersama penuturan Ray.
“Mari ikut saya.”
***
Setelah melewati beberapa anak tangga dan menyusuri lorong rumah sakit, ketiganya telah berada di ruangan paling ujung. Kursi tunggu didepan ruangan itu di duduki oleh dua pasang anak manusia, yang Ray tau salah satu dari dua wanita itu adalah teman Hanun yang pernah ia lihat diangkutan umum. Semuanya memasang wajah lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet For Leave (Completed)
Teen FictionAku baru saja keluar pintu, tiba tiba dia menghampiriku. Dia membuat jarak sangat dekat, sampai aku menarik nafas terkejut atas kehadirannya. Matanya begitu menunjukkan penyesalan, namun setelah apa yang terjadi antara kita, masih menyisakan sakit b...