Part 30

78 12 7
                                    

Salam kenal, aku penulis amatir, yang kerjanya cari pengalaman. Silahkan tandai kalau ada kesalahan atau kekurangan,ya. Happy reading, hope you like it!!

🌼🌼🌼

Senja semakin menghilang, langit mulai menggelap,namun lelaki paruh baya itu masih duduk di depan laptopnya. Sesekali ia menggerak-gerakan kepala dan memijat pelan tengkuknya, merenggangkan otot lehernya yang terasa kaku. Malam ini ia melembur, menyelesaikan laporan terkait perampokan beberapa bulan lalu. Sebenarnya masih banyak kasus yang perlu ia tangani dan sudah lama mengantri, tapi ia justru tertarik menyelidiki kasus anak muda bernama Ray itu.

Ada keyakinan yang timbul di lubuk hatinya, bahwa Ray bisa dibebaskan dengan segera. Ray mempunyai peluang besar untuk berubah lebih baik, dan memberi banyak manfaat bagi sesamanya dengan berbagi kisah pengalamannya yang pahit, namun Allah masi memberinya jalan terang untuk kembali.

Setelah berkunjung dan meminta beberapa keterangan dan kesaksian dari Pak Zumain, Bram segera mencari beberapa bukti dan saksi yang memperkuat. Ia juga akan menindak lanjutin beberapa rekan Ray yang malam itu terlibat juga. Iqbal, dan kawan-kawannya.

“Malam ini tolong siapkan beberapa orang untuk bergabung dengan saya. Kita akan berkumpul di markas biasa tepat jam 11 malam, lalu bergerak ke sebuah desa bernama Desa Salak”

“Siap. Laporan diterima,Komandan”

Bram menutup sambungan telponnya. Ia menyimpan beberapa dokumen dan membersihkan meja kerjanya sendiri. Ia tak mau meja itu dibersihkan oleh Office Boy, karena khawatir ada dokument yang terselip atau terletak bukan pada tempatnya.

Lagi pula, ini berbahaya dan akan menyusahkan dirinyasendiri. Ia tak mau mengambil resiko dokument yang hilang, atau rahasia yang terbongkar.

Ia menegakkan badannya dan menuju pantri untuk membuat secangkir kopi untuk menghangatkan badannya. Ia berniat istirahat sebentar, agar dapat bekerja maksimal nanti malam. Ia berjalan melewati jeruji besi yang ditempati Ray, lelaki muda itu ternyata sedang duduk diatas sajadahnya menungguu maghrib.

Gerakan bibirnya membentuk kalimat istighfar yang diulang-ulang, tak memperdulikan napi lain yang melihatnya risih dan menilainya sok suci.

***

“semua sudah siap?”
Kepala orang-orang dibelakangnya mengangguk siap.

“Baik, kita berangkat sekarang!”

Sesuai kesepakatan yang dibuat, Bram dan beberapa orang-orangnya telah berada di dalam sebuah mobil yang mengarah ke Desa Salak. Ia akan mendatangi rumah-rumah tersangka dan meminta keterangan atas kejadian perampokan beberapa bulan lalu.

Bram sengaja menyuruh orang-orangnya membawa mobil hitam, bukan mobil kepolisian agar lebih mudah diterima nantinya dan tidak menimbulkan kegaduhan bagi warga maupun keluarga tersangka, sekaligus agar ia dapat melihat-lihat keadaan desa itu tanpa ditakuti.

Jam 11 malam, hawa yang dingin dan beberapa mata yang mengantuk. Beberapa mungkin telah tertidur. Namun bagi beberapa yang lain, mata itu harus tetap terjaga dengan alasan yang berbeda. Seperti Bram dan beberapa staf kepolisian yang bersamanya, mata-mata itu harus terjaga untuk menegakkan keadilan. Menolong dan membela yang lemah, serta menjamin kedamaian pada wilayah tanggung jawabnya.

Meet For Leave (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang