Epilog

290 18 43
                                    

Salam kenal, aku penulis amatir, yang kerjanya cari pengalaman. Silahkan tandai kalau ada kesalahan atau kekurangan,ya. Happy reading, hope you like it!!

🌼🌼🌼


Langit mendung. Seperti keadaan beberapa hamba Allah dibawahnya.  Angin berhembus seakan menyuruh orang-orang yang berdiri tegap sambil menunduk di tanah jirat itu pulang.

Masing-masing kain ditubuh pemiliknya bergerak liar, mengikuti trepaan angin yang semakin kencang. Namun kelopak bunga-bunga mawar penuh diatas makam itu tak bergeming barang sedetik pun. Seakan seluruhnya kompak merapatkan barisan melindungi gadis yang terbaring didalamnya.

Pelan-pelan, langit yang gelap dan berat itu menumpahkan dirinya. Ikut membaur bersama air mata manusia yang mati-matian ditahannya keluar. Tisu ditangan mereka basah. Mereka sebenarnya tak peduli jika harus tambil bengkak dimata yang lain, toh mereka memang sedang berkabung. Tapi sebisa mungkin mereka menahannya,bahkan sampai isakannya. Pemilik pekuburan ini pastilah akan ikut bersedih jika menyaksikan adegan penuh haru begini.

Satu-persatu, manusia itu mulai melangkah keluar dari pemakaman setelah tak lupa meninggalkan doa diatas sebuah kubur baru itu. Kini tinggal seorang pemuda dengan tatapan kosongnya yang keras kepala. Bahkan untuk sekedar mengalihkan pandangan pada sang ibu saja ia enggan.

“Ibu boleh pulang dulu. Ray masih mau disini.”

Dengan pasrah, ibu itu melepas tangannya yang sedari tadi bertengger pada bahu kekar—yang kini melemah—itu. Ia paham sekali hati anaknya yang kacau. Lelaki paruh baya diseberang sana juga mengangguk tanda menyetujui keputusan sang pemuda.

Pemuda itu memejamkan mata sambil berusaha menormalkan deru nafasnya. Air matanya ingin mengalahkan pertahanan pemuda malang itu. Lebih dari itu, rasanya air matanya itu ingin memenuhi seluruh rongga dalam tubuhnya sampai tidak tersisa sedikitpun ruang untuk nafas. Jika saja bisa.

“Pak ...”

“ ... apa aku perlu menjaga batasan juga ketika dia sudah sejauh ini?”

Lelaki paruh baya itu menggeleng.

“Kalau begitu, apa aku bisa sendiri disini?” suaranya memberat. Sesak di dadanya hampir berkuasa.

Lelaki paruh baya itu menghembuskan nafas pelan. Pelan tapi pasti, ia melangkah pergi setelah tak lupa mengecup batu nisan dengan nama bidadarinya. Chansa Hanun Nabila, anak gadis yang dicintainya.

Kini pemuda itu sendiri. Lamat-lamat  memperhaatikan tulisan yang terukir dibatu nisan itu.

“sayang sekali. Harusnya namamu ini ada dibuku nikah milik kita berdua. Bukan di batu sialan ini” tangannya tergerak mengambil kerikil paling dekat, lalu menggosok-gosokkannya di batu nisan Hanun itu.

Namun tak berhasil, ia makin frustasi. Ia melempar kerikil itu ke sembarang arah lalu menormalkan deru nafasnya lagi. Seakan gadis pujaannya itu tengah berada di sampingnya dan memperhatikannya. Pemuda itu kemali tenang.

“Maaf kalau aku egois. Aku menyuruh mereka semua pulang, padahal aku tau mereka masih mau berlama-lama disini. aku tau mereka sama sedih dan kehilangannya denganku. Tapi biarlah aku begini dulu. Aku hanya punya satu hari ini untuk bersamamu. Dan ini terakhir kalinya.”

Pemuda itu membuka kaca mata hitamnya, mengusap airmata diujung netranya yang mendesak keluar semakin deras.

“Apa aku berdosa jika menetaskan airmata disini?”

Ray tertawa sumbang.

“Tapi mau gimana lagi? Aku benar-benar sudah tidak sanggup.”
Ray kembali bersimpuh, membiarkan celana bahannya lusuh. Ia melepas nafas kasar.

“Han, kamu bilang kita harus membuat 1000 kemungkinan hal baik sebelum mencela sesuatu,kan? Mungkin maksudmu agar aku tidak sembarangan mencela sesuatu. Tapi baiklah, kali ini aku akan benar-benar melakukannya”

“Pertama, kenapa kita ditakdirkan bertemu jika akhirnya harus berpisah? Mungkin maksud Allah agar kita hanya bergantung pada-Nya yang Maha Pasti dan Abadi. Seperti katamu, setiap pertemuan dan perpisahan tidak akan terjadi tanpa kebaikan. Dan Allah Maha Baik, memberi kesempatan padaku untuk bertemu dan belajar banyak hal dari wanita sepertimu. “

“Kedua,kenapa kamu harus sakit dan meninggalkan kita secepat ini? Kamu pernah bilang, hamba yang sering mendapat ujian dan bersabar adalah hamba yang sangat dicintai-Nya. Mungkin kamu salah satunya. Tugasmu dirampungkan agar kamu cepat menikmati syurga,kah? Meninggalkan segala fitnah dan kerusakan yang menjadi-jadi di bumi ini dengan damai. Mungkinkah begitu? ....”

“Han, menurutku tidak ada seseorang yang pantas bersanding denganmu. Entah itu aku, atau lelaki bernama Yahya itu. Kamu definisi dari sabar dan tegar yang bersamaan. Halus dan lurus yang berdampingan. Mungkin karena kamu terlalu sempurna, jadi Tuhan tidak menjodohkanmu dengan kita? Ah, entahlah.”

“Dari rentetan kejadian yang sudah kita alami, sampai di tempat terakhir kita ini, aku merasa menyesal karena membuka pemicu kematianmu. Aku terus-terusan mengatakan senadainya, seandainya, dan senadainya. Tapi aku tau kamu pasti membenci kalimat itu. Aku tidak sanggup membuat 1000 kemungkinan,ternyata. Dan untuk yang terakhir ini, aku berhusnudzon, mungkin jika bukan karena kejadian itu, kamu tidak akan sampai dengan tenang di tempat terbaik sana ....”

Pemuda itu akhirnya bangkit sambil berkata, “Aku pulang dulu. Aku tak perlu mengatakan ‘jaga dirimu baik-baik’,kan? Kamu sudah dalam penjagaan terbaik-Nya. Assalamualaikum “

Kakinya yang lemas dipaksakannya berdiri. Melangkah menjauh dari pekuburan penuh haru itu. Ia tengok sebentar kearah langit yang tadinya siap mengguyur, ternyata urung. Rintik airnya dibiarkan jatuh hanya sebagai tanda rahmat-Nya turun, tapi tidak mengganggu tubuh milik seorang gadis yang telah tenang terbaring beralaskan tanah.

Pemuda itu menyempatkan meyapu seluruh pemandangan dihadapannya. Hatinya berdesir kala teringat tabiat manusia yang rakus dan tergesa-gesa, nantinya ia akan berakhir disini pula. Berada didalam lubang tanah tanpa alas dan penerangan apapun.

Pada akhirnya, angan manusia akan kalah dengan yang namanya takdir. Entah karena suatu kejadian, atau kematian.

-TAMAT-

****

Mau bilang sampai jumpa di next chapter,eh, lupa udah ending. Gimana ending nya? Aku nggak tau, itu penjabaran yang bener tentang Ray yang putus asa tapi harus tetap semangat apa nggak?

Makasih buat yang udah support aku terus sampai dititik ini. Buat temen2 yang ikut koment buat memperbaiki karyaku, so thank. I can't talk again.

Apa pelajaran yang bisa kalian ambil dari kisah ini?

Secara garis besar, di dunia ini nggak ada yang abadi. Planning rapi kita bisa aja berantakan kalau sudah Allah menakdirkan hal lain. Makanya,setiap hari kita di motivasi untuk selalu berbuat kebaikan, menebar manfaat untuk banyak orang. Sehingga,kalau kita pulang 'sewaktu-waktu' , kita bisa pulang dengan meninggalkan jejak yang baik.

Dan lagi, kita bisa mengambil pelajaran dari Hanun. Gadis agamis yang dekat banget sama Allah. Karena takwanya, dia memikat mahluk bumi, bahkan yang terjahat sekalipun. Cahaya Islam di dirinya itu memancar. Membuat siapapun yang berada di dekatnya Andi tenang.

Itu mengapa, kita harus bersama Islam dimana saja. Islam yang kita terapkan adalah sarana dakwah paling ampuh. Orang kafir nggak akan percaya dengan Alquran,tapi mereka akan terkagum dengan sikap kita yang mencerminkan isi Al Qur'an.

Semangat terus🥳🥳
Jangan minta sequel,karena aku udah punya cerita baru. Pastinya lebih seru lagi, InsyaAllah

Jangan lupa mampir ke Dari yang Sungguh Untuk yang Singgah dan Sombra ya.

Love much you all🥰🥰

Meet For Leave (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang