Part 16

98 12 24
                                    

Salam kenal, aku penulis amatir, yang kerjanya cari pengalaman. Silahkan tandai kalau ada kesalahan atau kekurangan,ya. Happy reading, hope you like it!!

🌼🌼🌼

Wanita paruh baya itu hampir menyelesaikan seluruh pekerjaannya. Memasak makan malam, mencuci piring, dan megisi bak mandi dengan menimba air dari sumur di dalam rumah. Terlihat sangat sederhana memang. Namun pekerjaan yang sederahna itu sangat menguras tenaganya.  Tinggal satu, menyapu ruangan.

Semangat wanita paruh baya itu masih sama walau peluhnya menetes saat ia menyapu ruangan. Walau hari sudah malam dan udara terasa dingin, peluh itu seakan memaksa turun saking lelahnya. Pelan tapi pasti, setiap debu berhasil ia giring untuk menjauh ke arah tempat sampah. Ini semacam ritual rutin bagi bu Indah. Membersihkan rumah sebelum tidur. Tak terkecuali kamar anaknya.

Belakangan ini Ray semakin sering keluar, mungkin sedang beradaptasi dengan masyarakat lain. Bu Indah sudah mengira bahwa anak lelakinya pasti tidak akan sempat membersihkan kamarnya sendiri.

Sesuai perkiraannya, kamar Ray begitu kotor dan pengap. Baju kaosnya yang telah kotor berserakan di atas lemari, kasur, dan nakas. Belum lagi seprei yang awut-awutan tak tertata dan baju bersih yang tak sempat dilipat, membuat bu Indah hanya bisa mengelus dada.

"ya Allah, berantakan banget kamarmu, nak!" dengan sabar ia membersihkan kekotoran itu semua. Ia dengan sabar memilah mana baju yang kotor dan baju yang bersih lalu meletakkannya di lemari dan ranjang baju kotor. Tak lupa ia juga merapikan nakas yang hampir menyerupai kapal pecah itu dengan mengembalikan semua barang pada tempatnya.

Bu Indah  mengambil sapu dan mulai membersihkan seluruh ubin lantai kamar anaknya, hingga sampai ke ujung-ujung  kolong kasur. Beberapa bungkus makanan ringan menyembul keluar, juga sebuah kain putih yang telah penuh dengan debu. Bu Indah berfikir jika kain itu adalah baju Ray yang mungkin terjatuh, namun ia salah.

Apa ini? Batinnya.

Dadanya terasa sesak dan mulutnya tak mampu tertutup akibat terlalu terkejut. Kaos putih  itu telah koyak bagian punggung atasnya dan yang paling mengejutkan adalah adanya bercak darah di kaos itu.!

Seketika ingatannya seperti menghubungkan sesuatu. Saat Ray meminta ijin untuk mengambil handphone di rumah Iqbal, bukannya ia memakai kaos putih? Lalu saat Ray  pulang terburu buru dengan bekas keringat yang masih kentara, sepertinya memegangi bagian kaosnya yang terkena bercak darah dan berganti dengan kaos biru. Lalu paginya warga di gemparkan dengan berita perampokan rumah pak Zumain.

Apa berarti??

Sementara itu, Ray masih menyusuri jalan setapak dengan gontai. Rasa  bersalah yang terus menghantuinya membuat ia nekat menuju rumah pak Zumain, tak peduli jika nantinya beliau akan melaporkan hal keji yang diperbuatnya kepada pihak berwenang. Ray sudah siap dengan kenyataan yang mungkin terjadi, setidaknya ia tak lagi merasa terbebani dengan perasaan bersalahnya.

Namun nihil, beberapa warga memberitahunya jika pak Zumain telah pindah rumah setelah menjual rumahnya yang pernah kerampokan. Sebagian mereka juga tak tau persis dimana letak rumah baru pak Zumain, yang pasti tak jauh dari desa ini katanya. Ray akhirnya memilih menyerah dan kembali ke rumah.

"Assalamualaikum," ucapnya sambil menutup pintu perlahan.

Bu Indah yang sedari tadi menahan gejolak kecewanya di kamar Ray akhirnya keluar setelah mengusap kasar air matanya dan menstabilkan deru nafasnya.

"Waalaiakum salam," jawab ketus bu Indah. Wajah bu Indah tak lagi memancarkan keramahan, rautnya telah diliputi dengan rasa kecewa yang mendalam.

Namun Ray tak melihat itu. Ia sibuk memikirkan dimana rumah baru pak Zumain, dan itu sudah cukup membuatnya pening. Sedari tadi ia hanya menunduk sambil mengurut keningnya.

Meet For Leave (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang