Part 4

231 45 26
                                    

Salam kenal, aku penulis amatir, yang kerjanya cari pengalaman. Silahkan tandai kalau ada kesalahan atau kekurangan,ya. Happy reading, hope you like it!!

🌼🌼🌼

5 bulan kemudian..

Hari hari terus mengalir seperti biasanya. Minggu berganti bulan,bulan menjadi tahun. Tak terasa sudah genap lima bulan ia mendekam di penjara ini.  Hari ini adalah hari bebas Ray. Tak ada seorang pun yang menjemputnya seperti tahanan-tahanan lain ketika dibebaskan. Ray meminta Bram agar tak menghubungi ibunya karena ia ingin memberikan kejutan, dan tidak merepotkan ibunya itu.

Bram menatap Ray yang berkemas dan memakai kembali sepatunya. Ray berpamitan dengan para nafi dengan salaman ala lelaki, tak lupa beberapa staf polisi lainnya yang sedang berada di kantor.

Ray menghampiri Bram,Bram pun merangkul dan menepuk pundak Ray.

"Jaga dirimu anak muda. Aku harap tak menemukan kamu lagi disel penjara ini. "

"Siap,Pak. Aku juga membenci tempat ini

"Aku harap dapat bertemu kembali denganmu dalam kondisi yang lebih baik dari ini,anak muda!"

"Tentu,Pak. Tak perlu risaukan soal itu, ibuku orang baik “

"Baguslah kalau begitu. Cepat temui ibumu,dan berjanjilah kau tak akan nakal lagi"

Ray melangkah menjauhi kantor polisi,mendekat kearah halte bis yang berada di dekat situ. Seperti biasa,halte itu sangat ramai sekali dengan orang-orang yang membawa tas-tas besar. Beberapa diantara mereka bahkan tak mendapat tempat duduk. Ray berbaur bersama mereka, danmemilih berdiri di tepi. Mata-mata yang meliatnya megidik ngeri. Wajah Ray yang sangar ditakuti. Beberapa diantaranya bahkan beranggapan bahwa Ray pencopet yang menyamar menjadi calon penumpang. Ray menatap sinis kearah orang-orang. Ah, tak peduli. Yang terpenting ia cepat sampai dan bertemu ibunya.

Sebuah bis bermuatan hampir penuh itu berhenti didepan halte. Hanya 4 orang yang berhasil masuk karena didalamnya benar-benar sesak. Ray dan beberapa orang yang benci berdesak-desakan memilih menunggu bis yang lain walau harus mengorbankan waktu yang lama.
Namun takdir belum memihak mereka. Beberapa bis mengalami overload saat sampai di halte itu. Bis itu hanya bisa memasukkan satu sampai tiga penumpang saja. Meski begitu, setidaknya sedikit demi sedikit keadaan halte makin sepi, dan kemungkin Ray mendapat bis yang nyaman terbuka lebar.

Hampir satu jam Ray menunggu. Kini hanya terlihat 3 orang yang tetap setia berada di halte tersebut. Hanya ada Ray,dan dua wanita asing berjilbab rapi yang duduk sangat jauh darinya. Mereka berdua sibuk bercengkrama, tak seperti penumpang yang sibuk sendiri dengan dunianya dengan berselancar dunia maya di ponsel.

Tak berapa lama, akhirnya sebuah bis berhenti. Ray mengeram kesal, akhirnya ia akan bisa duduk setelah begitu lama berdiri menunggu bis. Dengan cekatan tangan Ray menggapai pintu bis dan melompat kedalamnya. Ia mengehela nafas lega setelah menyandarkan punggungnya di kursi penumpang. Bis itu bergerak membawanya pulang kerumah.

Dilihatnya dua gadis berhijab yang bersamanya tadi di halte, mereka menempati bangku paling depan dengan kursi penumpang yang bermuatan dua orang. Ray dan dua gadis itu masuk bersamaan, namun melewati pintu yang berbeda.

Ray memejamkan matanya, mengatur deru nafas yang memburu seakan ditimpa beban berat.  Ia mendongak ketika gendang telinganya sayup-sayup menangkap bisik-bisik membicarakan dirinya. Benar, beberapa pasang mata menatap Ray sambil begidik ngeri.  Mereka menjadi was-was. Beberapa bahkan mengira bahwa Ray perampok yang menyamar menjadi penumpang. Sama persis seperti perkiraan orang-orang di halte tadi.

Meet For Leave (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang