Salam kenal, aku penulis amatir, yang kerjanya cari pengalaman. Silahkan tandai kalau ada kesalahan atau kekurangan,ya. Happy reading, hope you like it!!
🌼🌼🌼
Beberapa masa terlewat, tetapi ruangan itu tetap pengap. Hitam pekat. Ventilasi yang ada tak mampu menukar aroma alkohol dan rokok diruangan itu dengan oksigen yang baru. Mengenaskan,tampaknya. Tapi bagi mereka,inilah syurganya. Tak ada yang berusaha menyentuh tempat ini, atau sekedar mengubahnya menjadi tempat yang lebih bersih dan berguna.
Botol-botol kaca, putung rokok, dan benada-benda tajam masih disana. Mungkin karena mereka merasa aman dari yang aman.
Ah, mereka belum tau saja, bahwa dunia ini punya hukum timbal balik. Siapa yang merasa aman sekarang, tentu tak akan merasakannya kelak. Tinggal menunggu waktu, mereka akan merasakan penyesalan dan khawatir yang berkepanjangan itu.Iqbal menerawang, desanya kini tak lagi aman. Ia tak bisa lagi menindas orang yang lemah, atau memunguti pajak dari pedagang kaki lima. Membosankan. Padala keluarga Iqbal sudah kaya dan sangat berkecukupan. Apa orang kaya selalu rakus?. Iqbal menimbang, ia dan kawan-kawannya akan pindah tempat sasaran. Mungkin yang tak terlalu jauh. Seperti kampung sebelah, mungkin?
Entahlah, kini ia tenggelam dalam malam dengan seringaian yang kejam.
***
Witing tresno, jalaran soko kulino. Peribahasa jawa yang membahas tentang cinta karena terbiasa. Mungkin ini juga berlaku untuk seorang Ray. Bukan untuk Hanun , tapi untuk keluarga kecil ini. Semakin lama dengan mereka, semakin ia ingin belajar banyak tentang agama. Pak Zumain juga tak segan-segan mengajaknya berdiskusi ringan sambil menyesap kopi atau teh rimpang. Sejuk,hangat, dan bersemangat. Pak Zumain menerimanya dengan senang hati dirumah ini.
Ray sudah berubah banyak. Bahkan sangat banyak. Apa hanya karena terbiasa dengan Pak Zumain yang keras tentang agamanya, atau ikhlash untuk tuhannya? Ah, hati orang siapa yang akan tau.
Walau sudah merasa nyaman, perasaan bersalah itu masih ada. Walau kecil, tak sebesar dan semenakutkan dulu. Ia sudah menyiapkan mental untuk meminta maaf. Ray tau, Pak Zumain pasti akan memaafkannya. Pak Zumain pernah membacakannya sebuah hadits tentang Allah Maha Pemalu. Pak Zumain berkata bahwa Allah malu jika melihat hambaNya mengangkat tangan untuk memohon, lalu tangan itu kembali dengan kosong. Allah juga Maha Pemaaf, Allah akan sangat senang dengan hambaNya yang ingin kembali setelah lama berkelana di limbah dosa. Allah saja Pemaaf, mengapa hambaNya tidak? Begitu kata Pak Zumain.
Beberapa kali Ray mencari waktu santai berdua dengan Pak Zumain, bermaksud mengakui dan meminta pengampunan atas kesalahannya. Seperti sore hari saat pria paruh baya itu sibuk dengan berbagai kitabnya, atau pagi hari saat di masjid dan menunggu syuruq. Tapi tak ada. Baru mengaji sebentar, Ray terkadang sudah ketiduran. Jiwanya benar-benar payah, kalah dengan Pak Zumain yang bahkan matanya tak terpejam sejak jam 3 malam. Luar biasa, bukan?
Seperti pagi ini, misalnya. Jam delapan pagi. Sambil menyesap kopi, seperti biasa, Ray bermaksud mengutarakan semuanya. Pengakuan, penyesalan. Setelah ia mendapat ampunan, ia akan menyerahkan diri dan mendekam dalam jeruji sebagai bentuk penebus dosa.
Baru saja bibirnya akan bergerak menyebut nama Pak Zumain, putri kesayangan pria disampingnya ini muncul. Dengan wajah yang sumringah. Berbinar. Ray sampai tak tega menyela ucapannya.
“Abah, Hanun ijin pergi ke pasar sebentar,ya. Sekalian ambil titipan di toko bu Sulis”
Hanun bergerak mendekat ke ayahnya. Mengambil punggung tangannya sambil mengecupnya pelan, meminta ijin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet For Leave (Completed)
Teen FictionAku baru saja keluar pintu, tiba tiba dia menghampiriku. Dia membuat jarak sangat dekat, sampai aku menarik nafas terkejut atas kehadirannya. Matanya begitu menunjukkan penyesalan, namun setelah apa yang terjadi antara kita, masih menyisakan sakit b...