Part 36

106 13 37
                                    

Salam kenal, aku penulis amatir, yang kerjanya cari pengalaman. Silahkan tandai kalau ada kesalahan atau kekurangan,ya. Happy reading, hope you like it!!

🌼🌼🌼


Hanun terbangun saat angin lembut menerpa wajahnya. Matanya terbuka cepat, mungkin karena takjub dengan apa yang pemandangan yang memaksa masuk netranya. Langit sore yang teduh dengan semilir angin, perpaduan warna dan fenomena yang indah.

Ia bangkit meski tertatih, begitu penasaran dengan tempat yang dipijaknya. Meski begitu, tak ada ketakutan sedikit pun dihati gadis itu.

Ia berjalan pelan mengitari taman dengan rumput hijau yang membentang luas. Di depannya terdapat sebuah danau dengan seorang wanita yang terduduk. Ditengah danau itu ada jembatan, setelah jembatan adalah tepi indah yang bercahaya silau. Hanun mencoba mendekati wanita di pinggir danau itu. Hatinya menghangat mengetahui ia tak sendiri.

“Permisi.”

Wanita dengan jubah dan kerudung putih yang lembut itu menoleh.

“Hanun? Kau sudah bangun,nak?” wanita itu tersenyum manis. Sama seperti biasanya.

Tumpukan rindu yang selama ini tertahan di dasar hatinya kini menerobos keluar. Ibunya yang ia sayangi, orang yang paling dirindukannya, kini tersenyum sambil merentangkan tangan membuka pelukan.

“umma..” setitik air mata Hanun menetes, setelahnya gadis itu lebih banyak terpejam sambil mengendus aroma ibunya dipelukan.

Menumpahkan segala bentuk keluh kesah dalam linangan air mata yang semakin membuncah.

“anak ibu yang sholihah. Kamu sempurna menjalankan tugasmu. Kamu hamba yang baik dan anak yang berbakti. Terimakasih telah merawat abah dengan penuh cinta.”

Hanun makin tergugu “Umma kenapa disini? ayo kita pulang. Banyak hal yang sudah kami alami. Hanun ingin cerita banyak.”

Wanita yang dipanggil Hanun umma itu membelai puncak kepala anaknya.
“Umma akan mendengarkan seluruh kisahmu. Tapi tidak disini. setelah ini, kamu tidak akan merasakan kesusahan lagi,nak.”

Wanita itu membawa Hanun maju perlahan-lahan, sampai tidak terasa keduanya sudah berada di tengah-tengah jembatan. Tepi danau yang bercahaya itu seperti memanggil-manggil keduanya untuk masuk. Seakan sebuah kenikmatan abadi menanti mereka disana.

“Benarkah?” Umma Hanun mengangguk membenarkan.

“Kalau begitu, Hanun akan pamit terlebih dulu dengan abah. Boleh kan,umma?”

“Boleh. Berjalan luruslah kearah pohon besar itu. Jangan menoleh kebelakang. Kau tak perlu khawatir, setelah berpamitan dengan Abah nanti, umma akan menjemputmu di pinggir danau ini.”

Setelahnya Hanun mencium punggung tangan ummanya, dia berjalan perlahan menjauh. Sesuai arahan, gadis berumur dua puluh tahunan itu sama sekali tidak menoleh ke belakang. Langkahnya membawa gadis itu semakin mendekat kearah pohon lebat yang kelam. Dingin menyeruak ketika berdiri dii salah satu sisinya.

Semakin lama semakin menggelap. Kepalanya memberat dan terkulai lemas, terjatuh diantara akar-akar besar pohon itu.

***

Suasana haru menyelimuti ruangan tempat gadis itu berbaring. Netranya memicing, menyesuaikan cahaya yang menyeruak masuk. Lamat-lamat ia perhatikan siluet yang semakin menjelas, ternyata ayahnya berdiri khawatir sambil menunggu mata gadisnya terbuka sempurna.

Meet For Leave (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang