Part 13

132 23 37
                                    

Salam kenal, aku penulis amatir, yang kerjanya cari pengalaman. Silahkan tandai kalau ada kesalahan atau kekurangan,ya. Happy reading, hope you like it!!

🌼🌼🌼


Hanun masih menunggu waktu besuk dibuka. Jam 5 sore, dan itu lima menit lagi.

Beberapa hari ini banyak kerabat dan komunitas islam menawarkan bantuan dan menyampaikan belasungkawa sekaligus berbagi semangat atas apa yang terjadi pada Hanun dan ayahnya. Hanun sungkan, tapi tak dapat menolak. Ia benar-benar membutuhkan itu dan sangat berterimakasih pada mereka yang telah berdonasi sepenuh hati.

Yahya dan Yumna juga masih setia menjenguk pak Zumain. Beberapa kali bahkan mereka menawarkan diri untuk bergantian menjaga Pak Zumain dan memberi waktu Hanun beristirahat. Hanun sangat terbantu dan sangat berterimakasih kepada sepasang kakak beradik itu.

Billa, sahabat Hanun, minggu ini tak bisa membantu banyak. Mengingat bahwa 10 hari lagi adalah hari pernikahannya,ia sangat sibuk untuk mempersiapkan segala sesuatu. Meski begitu, setiap malam ia tak lupa selalu menyempatkan untuk menelpon dan menyemangati sahabatnya itu. Billa berharap urusannya segera selesai dan bisa beristirahat sejenak sebelum pernikahan, lalu ke rumah sakit untuk menjenguk Hanun dan pak Zumain.

Pikiran Hanun hanya tertuju pada satu titik. Ia tak lagi memikirkan penampilan. Tak lagi memikirkan tentang rasa lapar.
Ayahnya. Hanya ayahnya.

Ia bahkan melupakan kenyataan pahit yang disampaikan dokter Albi kemarin. Pernyataan bahwa ia mengidap salah satu dari tiga tipe kanker darah, yaitu leukimia. Itulah mengapa dia tak dapat mendonorkan darah untuk ayahnya.

Penderita leukimia memiliki sel-sel darah putih abnormal yang menyebar diseluruh tubuhnya. Namun sel yang bersifat kankernya sendiri (prekursor kankernya) berada di sum-sum tulang. Sel-sel darah putih yang sudah dihasilkan dan menyebar keseluruh tubuh bersama darah tak mempunyai kemampuan membelah diri seperti prekursor kankernya.

Secara teoritis, sel darah putih abnormal yang diterima oleh resipien darah akan mati dengan sendirinya. Kemungkinan leukimia yang transimisi melalui tranfusi darah masih dipertanyakan,karena banyak penelitian yang kontradiktif. Namun untuk kehati-hatian, dokter Albi kemarin menyarankan Hanun mencari pendonor lain selain dirinya. Dan dirinya sendiri juga harus secepatnya mendapat penangan sebelum menjadi akut.

Pintu terbuka. Menampilkan seorang dokter dengan nametag Albigael lagi yang beberapa hari lalu juga bertemu Hanun ketik hendak tranfusi darah .

"Selamat sore, nona. Keadaan pasien saat ini baik-baik saja. Semuanya stabil dan menunjukan tingkat kesembuhan yang cukup signifikan. Kami sudah melakukan transfusi untuk resipien atas nama Zumain Nawawi. Sekarang pasien masih dalam masa pemulihan dan harus banya istirahat untuk dapat segera sadar."

Hanun tercekat.
Apa? Transfuse darah? Darah siapa?
Bukannya beberapa hari lalu stock darah masih dinyatakan belum cukup untuk abah? Batinnya.

"Transfusi darah dok? Memang siapa yang mendonorkan?"

"Maaf,nona. Pendonor tidak ingin namanya disebut. "

Hanun kembali termenung. Mencoba menerka-nerka siapakah orang ikhlas itu? yang bahkan kebaikannya tak mau diketahui sebagai pendonor bagi ayahnya?

Sampai beberapa saat,dokter tersebut pun melambaikan tangan dihadapan Hanun. Mencoba membuyarkan lamunannya.

"Hey,nona. Kau baik baik saja?" ucapnya sambil sedikit menunduk memperhatikan wajah Hanun yang masih menatap kosong kearah lorong rumah sakit.

Hanun mengerjap. "Saya baik-baik saja dok. Kalau begitu,apa saya boleh masuk menemui ayah saya?"

Meet For Leave (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang